Advertorial
Intisari-Online.com – Pada Kamis (22/8/2019) malam, Kapal Motor (KM) Santika Nusantara dilaporkan terbakar di Perairan Maselembo, Jawa Timur.
Informasi yang dihimpun dari Kantor Basarnas Surabaya, KM Santika Nusantara bertolak dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Balikpapan, seperti dilansir dari kompas.com.
Informasi kebakaran terjadi pukul 20.45 WIB.
Dalam manifes kapal, seperti dikatakan Juru Bicara Pelabuhan Tanjung Perak, Syachrul Nugroho, terdapat 277 orang yang menaiki kapal tersebut.
Baca Juga: Pindah ke Kaltim, Ini Daftar Instansi yang Akan Dipindahkan ke Ibu Kota Baru
Akan tetapi, angka itu lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang dievakuasi.
Bahkan kapal juga mengangkut 83 kendaraan berbagai jenis.
Hingga Minggu (25/8/2019), sudah 311 penumpang yang dapat dievakuasi. Di mana 5 di antaranya meninggal dunia.
Segitiga Bermuda’ versi Indonesia
Ada satu fakta yang menjadi perbincangan mengenai lokasi terbakarnya KM Santika Nusantara, yaitu di Perairan Maselembo.
Sebab, Perairan Maselembo dikenal sebagai ‘Segitiga Bermuda’ versi Indonesia.
Seperti yang kita tahu bahwa Segitiga Bermudadikenal sebagai kawasan paling misterius di muka bumi.
Puluhan pesawat terbang serta kapal laut dengan total ratusan penumpang lenyap tak berbekas di kawasan yang terletak di perairan Samudera Atlantik ini.
Indonesia sendiri memiliki beberapa wilayah perairan yang disebut-sebut memiliki ciri yang sama denganSegitiga Bermuda.
Lokasi yang dimaksud adalah perairan di sekitar kepulauan Masalembo.
Mengapa?
Sebab, di lokasi itulah terjadinya kontak terakhir antara tower Lanud Hasanuddin Makassar dengan kokpit Adam Air, pesawat yang hilang pada 28 Agustus 2007.
Di mana hingga detik ini, tidak ada yang tahu di mana lokasi jatuhnya pesawat dan tidak pernah ditemukan bangkai pesawatnya.
Perairan Maselembo
Hanya saja kawasan Masalembo ternyata punya kekhususan sendiri.
Sekadar informasi, di kawasan Masalembo ini pernah aba kejadian serupa. Malah yang raib adalah 2 pesawat dan 2 helikopter sekaligus.
Peristiwa ini terjadi pada awal Februari 1961.
Diawali dengan hilangnya pesawat McDonnell-Douglas DC3 milik Garuda (GA 542). Dua hari setelah itu tim pencari dikirim.
Tidak tahunya tim pencari yang berangkat menggunakan pesawat Dakota C-47 dan 2 helikopter ikut raib sampai sekarang.
Lantas 20 tahun setelahnya, terjadi lagi musibah tenggelamnya kapal Tampomas II.
Terhitung jumlah korban mencapai 700 orang, 288 di antaranya dinyatakan hilang.
Kemudian yang juga masih hangat kasusnya adalah peristiwa tenggelamnya kapal motor Senopati Nusantara pada tanggal 28 Desember 2006 lalu.
Serentetan peristiwa inilah yang belakangan memunculkan teori jika di kawasan perairan kepulauan Masalembo terdapat fenomena seperti Segitiga Bermuda.
Mistik atau fenomena alam?
Benar tidaknya di kawasan Masalembo terdapat fenomena misterius "Segitiga Bermuda" masih dalam perdebatan.
Yang jelas angkernya kawasan tersebut tidak lantas dikaitkan dengan masalah metafisika.
Pasalnya ada teori yang menyebutkan jika faktor alam di kawasan tersebut memang berpotensi menimbulkan bencana.
Baca Juga: Untuk Atasi Masalah Defisit, Sri Mulyani Usul Iuran BPJS Kesehatan Naik 100 Persen
Kawasan Masalembo dicurigai sebagai titik munculnya fenomena alam yang disebutair pocketatau kantung udara.
Airpocketadalah kondisi di mana udara mengalir dalam kecepatan tinggi.
Pesawat yang kebetulan terbang di atasnya bisa dengan tiba-tiba tersedot ke bawah atau terpental.
Lantas perairan di kawasan tersebut juga berbahaya dengan adanya perairan dalam yang berputar.
Hanya saja kedua fenomena alam tadi belum dipastikan sebagai penyebab dari segala rentetan musibah.
Pasalnya sebelum penelitian atas bangkai pesawat atau kapal dilakukan, belum ada yang bisa memastikannya.
Sementara penelitian untuk kebutuhan ini aja masih sulit dilakukan mengingat bangkainya ada yang raib dan tenggelam.
Yang jelas fenomena Segitiga Bermuda versi Indonesia untuk sementara ini masih seru untuk dibahas.
Pasalnya, selain kawasan Masalembo, masih ada dua kawasan lagi yang dianggap berbahaya untuk transportasi udara dan laut.
Kawasan tersebut adalah gugusan pulau Katangkatang di Sumatera Barat dan perairan Liukang Tangayya Pangkep di Jawa Timur.
Di gugusan pulau Katangkatang kabarnya pernah ada juga pesawat yang raib, yaitu pesawat milik Merpati Airlines.
Artikel ini pernah dimuat di Majalah Hai edisi XXXI, Februari 2007
Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Apa yang Akan Terjadi Dengan Jakarta? Ini Jawaban Anies Baswedan