Advertorial
Intisari-Online.com -Kegembiraan dan perayaan berubah menjadi horor dan pembantaian ketika seorang pembom bunuh dirimenargetkanaula pernikahan Afghanistan.
Serangan bunuh diri padaSabtu (17/8/2019) itu menewaskan sedikitnya 63 orang dalam serangan paling mematikan yang mengguncang Kabul dalam beberapa bulan.
Serangan di Kabul barat itu dihadapi Afghanistan di tengah perundingan antara Amerika Serikat dan Taliban untuk mengurangi jumlah militer AS di Afghanistan.
Melansir AFP, Minggu (18/8/2019), pahit harus dirasakan oleh pengantin, keluarga, dan juga tamu-tamu mereka.
Baca Juga: Rekam dan Edarkan Adegan Pemenggalan 2 Turis Wanita, 3 Militan ISIS Akhirnya Dihukum Mati
Pengantin pria ingat salam dari tamu yang tersenyum di sore hari, sebelum melihat tubuh merekadibawa dengan kondisi menyedihkan beberapa jam kemudian.
"Serangan itu mengubah kebahagiaan saya menjadi sedih", pria muda itu, yangmengaku bernama Mirwais, mengatakan kepada stasiun TV lokal Tolo News.
"Keluargaku, pengantinku terkejut, mereka bahkan tidak bisa bicara. Pengantinku pingsan," katanya.
"Aku kehilangan saudaraku, aku kehilangan teman-temanku, aku kehilangan kerabatku. Aku tidak akan pernah melihat kebahagiaan dalam hidupku lagi."
Juru bicara kementerian dalam negeri Nasrat Rahimi mengatakan seorang pembom bunuh diri melakukan serangan itu, dengan setidaknya 63 orang tewas dan 182 lainnya cedera.
"Di antara yang terluka adalah wanita dan anak-anak," kata Rahimi.
Pernikahan Afghanistan adalah peristiwa epik dan bersemangat, dengan ratusan atau seringkali ribuan tamu merayakan berjam-jam di dalam ruang pernikahan di mana pria biasanya dipisahkan dari wanita dan anak-anak.
"Para tamu pernikahan sedang menari dan merayakan pesta ketika ledakan terjadi," kenang Munir Ahmad (23) yang terluka parah sementara sepupunyajadi korban tewas.
"Setelah ledakan itu, terjadi kekacauan total. Semua orang berteriak dan menangis untuk orang yang mereka cintai," katanya dari tempat tidurnya di sebuah rumah sakit setempat.
Gambar-gambar dari dalam aula menunjukkan beberapa orang berdarah, di tanah adapotongan-potongan daging dan pakaian robek, topi, sandal dan botol air mineral.
Ledakan besar merobek bagian langit-langit aula pernikahan.
Pernikahan itu sebagian besar adalah pertemuan Muslim Syiah, yang sering menjadi sasaran.
Tamu pernikahan Hameed Quresh mengatakan kepada AFP bahwa begitu pengantin pria dan wanita muda mengucapkan sumpah mereka, seketika bom meledak.
"Kami pingsan setelah ledakan itu, dan kami tidak tahu siapa yang membawa kami ke rumah sakit," isak Quresh, yang kehilangan satu saudara lelaki dan dia sendiri terluka.
Seorang tamu lain mengatakan bahwa sekitar 1.200 orang telah diundang. Dengan keamanan rendah, pernikahan dipandang sebagai sasaran empuk.
Presiden Ashraf Ghani menyebut tindakan tersebut barbar, sedangkan kepala eksekutif Afghanistan Abdullah menggambarkan serangan itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sebagai tanda berkabung, Ghani menunda perayaan yang dijadwalkan pada hari Senin (19/8/2019) untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan Afghanistan.