Terlepas dari apa yang dia pelajari dari para penculiknya, Vlad tidak senang menjadi tahanan.
Sebaliknya, adik laki-lakinya menyesuaikan diri dengan baik menjadi tawanan, menjalin persahabatan dengan putra Sultan, Mehmet II, dan akhirnya memeluk Islam.
Permusuhan ini mungkin menjadi motivasinya untuk berpihak pada Hongaria melawan Ottoman ketika ia akhirnya menjadi penguasa Wallachia pada 1448.
Vlad si Teroris
Kekejaman Vlad didokumentasikan dengan baik dalam teks-teks sejarah, tetapi yang sering diabaikan adalah bagaimana dia menggabungkan kekejaman ini dengan kelicikan untuk meneror musuh-musuhnya.
Misalnya, metode eksekusi pilihannya, bukan hanya cara sadis untuk menyingkirkan lawan-lawannya, tapi juga untuk menakuti mereka.
Pada 1462, Mehmet II (pada saat itu, sultan Utsmani), menyerbu Wallachia.
Baca Juga: Tak Tinggal Colok Seperti Di Indonesia, Beginilah Sulitnya Mengisi Baterai Ponsel di Afrika
Ketika dia tiba di ibu kota Târgoviște, dia menemukan tempat itu kosong.
Namun sisa-sisa membusuk dari tawanan perang Ottoman, masing-masing tertusuk paku, adalah satu-satunya tentara yang menyambutnya.
Siksaan seperti itu digunakannya sebagai bentuk teror bagi musuh.
Vlad sang Vampir
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR