Mereka memiliki tingkat hormon stres yang lebih tinggi, lebih sedikit salinan DNA mitokondria per sel, dan tarsus yang lebih pendek, atau kaki.
Kata para peneliti, ini menunjukkan pertukaran informasi.
Burung-burung lebih mampu merespon bahaya, tetapi lahir dengan kapasitas produksi dan pertumbuhan energi se yang berkurang.
Menurut analisis statistik, perbedaan fisiologis ini tidak dapat dikaitkan dengan panjang inkubasi saja.
"Hasil kami dengan jelas menunjukkan bahwa embrio burung bertukar informasi berharga, mungkin mengenai risiko pemangsaan, dengan saudara kandungnya," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR