Ketika Paus Benediktus XVI Bertakhta di Tengah Gelombang Umat yang Kecewa

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Naiknya Paus Benediktus XVI setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II memicu kontroversi. Dia dianggap sebagai sosok yang konservatif, kaku.
Naiknya Paus Benediktus XVI setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II memicu kontroversi. Dia dianggap sebagai sosok yang konservatif, kaku.

[ARSIP]

Kardinal Ratzinger terpilih menggantikan Paus Yohanes Paulus II sebagai penerus takhta Santo Petrus dengan nama Paus Benediktus XVI. Sudah diduga sebelumnya meski banyak juga yang kecewa.

Penulis: Tonny D. Widiastono, untuk Majalah Intisari edisi Juni 2005

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Selasa, 19 April 2005 sore, bunyi lonceng seluruh gereja di Kota Roma ditabuh bertalu-talu. Seluruh manusia yang sedang berada di tengah kesibukan menghentikan aktivitasnya, keluar kantor, keluar rumah, atau keluar kafe, segera lari menuju Basilika Santo Petrus.

Tua-muda, besar-kecil, perempuan-lelaki, semua berlari-lari menuju Basilika Santo Petrus. Tak mengherankan bila jalanan pun segera menjadi macet.

Bus-bus kota yang sebelumnya dijejali penumpang, tidak bisa melanjutkan perjalanan. Taksi pun terpaksa berhenti di tengah jalan, karena jalan sudah dipenuhi arus manusia yang berlari-lari menuju Lapangan Santo Petrus di Vatikan. Melihat arus manusia yang membeludak, polisi dan carahineri terpaksa menutup sebagian besar Via (Jalan) Conziliazione yang dipotong oleh Via Pio X. Tiga mobil polisi dipalangkan menutup jalan.

"Fuma bianca, fuma bianca," kata mereka sambil berlari-lari menuju Lapangan Santo Petrus.

Sementara itu, lautan manusia yang sudah memenuhi lapangan itu meluapkan kegembiraan ketika melihat asap putih (fuma bianco) keluar dari cerobong asap Kapel Sistina. Tepuk tangan itu bagai memecah keheningan setelah beberapa saat ratusan ribu peziarah yang memenuhi Lapangan Santo Petrus menunggu dengan harap-harap cemas.

Baca Juga: Diawali Santo Petrus, Inilah Daftar Paus Pemimpin Gereja Katolik yang Berkedudukan di Vatikan

Alasannya konservatif

Para peziarah tahu, munculnya asap putih pertanda ke-115 kardinal yang mengikuti konklaf (pemilihan Paus) sudah berhasil memilih Paus baru, menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat tanggal 2 April 2005.

Kardinal yang terpilih sebagai Paus pun sudah menyatakan kesediaannya untuk dipilih menjadi Paus. Namun, persoalannya, siapa yang telah dipilih menjadi paus? Tak ada seorang pun yang tahu. Radio Vatikan yang terus-menerus menyiarkan situasi di luar Kapel Sistina juga tidak mengetahui siapa yang telah terpilih menjadi Paus.

Kepastian baru muncul tatkala Kardinal Jorge Medina Estevez dari Chile pukul 18.45 waktu Roma (atau pukul 23.45 WIB) tampil di balkon Basilika Santo Petrus dan memberikan maklumatnya.

"Anuntio vobis, gaudeum magnum; habemus Papam, Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominumjoesphum, Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI."

Pengumuman itu disambut gegap gempita oleh lautan manusia peziarah yang memenuhi Lapangan Santo Petrus, bahkan membeludak hingga ke jalan-jalan di luar Vatikan.

Sorak sorai, tepuk tangan, lambaian bendera dari berbagai negara yang dibawa para peziarah memecah keheningan, sementara sejumlah pastor, frater, dan suster yang juga ikut menunggu pengumuman, masih melanjutkan ucapan syukur dengan doa-doanya.

Terpilihnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus ke-265 dan mengambil nama Benediktus XVI segera memutus rantai teka-teki yang sempat mencuat beberapa saat sebelum konklaf dimulai. Bagi masyarakat Italia, terpilihnya Ratzinger sedikit banyak membuat mereka kecewa.

Sebelumnya, sempat muncul beberapa kardinal dari Italia seperti Kardinal Camilo Ruini (74) dari Italia yang juga Ketua Presidium Konferensi Uskup Italia (CEI), atau Kardinal Maria Martini (70 tahun lebih). Sayang, pilihan jatuh pada Ratzinger yang lahir di Bavaria, 16 April 1927.

Tampilnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus Benediktus XVI sebenarnya sudah mulai terlihat sejak ia ditunjuk sebagai Dekan Kolegium para Kardinal begitu Paus Yohanes Paulus II wafat. Apalagi dengan meninggalnya Paus, segala posisi yang diemban para kardinal di Vatikan, secara formal tidak berfungsi lagi.

Di saat kosong tidak ada Paus, kegiatan sehari-hari kepausan dilakukan oleh Kolegium para Kardinal. Dekan Kolegium Kardinal bertanggung jawab atas segala urusan dan upacara pemakaman Paus yang wafat, serta pelaksanaan pemilihan Paus yang baru (konklaf).

Sejak Paus Yohanes Paulus II wafat, semua mata hampir sudah tertuju pada Ratzinger yang mengatur seluruh jalannya "pemerintahan" Vatikan. Selain itu, pada masa Paus Yohanes Paulus II, Kardinal Ratzinger boleh dikata menjadi tangan kanan dan kepercayaan Paus. Saat itu ia diserahi tugas yang amat berat dan menjadi penjaga gawang untuk bidang iman dan doktrin gereja. Karena tugastugasnya itu, ia sering bersikap "konservatif alias kaku".

Cap seperti itu terutama keluar dari mereka yang tidak setuju dengan pandangan-pandangan gereja yang muncul dari pemikiran Ratzinger. Maka Ratzinger sering dinilai berhaluan konservatif dan sikapnya tidak kenal kompromi. Itu semua dilakukan karena ia harus menjalankan tugas yang diserahkan kepadanya semasa Paus Yohanes Paulus II. Atas haluan dan sikapnya yang tidak kenal kompromi itu, para pengkritik sering memberi cap kepada Ratzinger, kardinal panzer.

Namun, penilaian atau tuduhan yang sering berlebihan terhadap Ratzinger seolah ditanggapi melalui khotbahnya saat misa pembukaan konklaf. Dia menyebut, selama 20 tahun terakhir, Gereja Katolik menghadapi berbagai ajaran baru.

Berbagai pemikiran kecil seperti diombang-ambingkan oleh gelombang pemikiran besar. Lalu, manusia yang ada di tengah-tengah gelombang itu menjadi sarana tarik-menarik pemikiran atau ajaran dari arah marxisme sampai liberalisme, bahkan libertinisme.

"Manusia diombang-ambingkan dari pengaruh kolektivisme ke individualisme radikal, dari ateisme ke mistik religius yang sering ekstrem dan aneh, dari agnotisisme ke sinkretisme. Bahkan, kita setiap hari juga mengalami munculnya sekte-sekte baru. Gereja Katolik ikut tertempa berbagai arus pemikiran itu," katanya.

"Akan tetapi, lalu muncul pemikiran dari mereka, memiliki iman yang kuat menurut kepercayaan Gereja Katolik sering dicap sebagai fundamentalisme atau konservatif. Begitu besarnya pengaruh pemikiran-pemikiran baru itu, sehingga relativisme, individualisme, sering digunakan sebagai sarana untuk mengukur kepercayaan seseorang. Sebagai orang Katolik, kita mempunyai satu tolok ukur, yaitu Yesus Kristus. Dialah yang menjadi ukuran kemanusiaan sejati. Menjadi dewasa dalam iman tidak berarti harus mengikuti gelombang mode dan pemikiran-pemikiran baru yang bermunculan."

Atas khotbah itu, berbagai komentar dari beberapa peserta misa pun bermunculan. Ratzinger yang dikenal konservatif ingin menjelaskan mengapa selama ini ia bersikap demikian.

Kedelapan dari Jerman

Paus Benediktus XVI bukan satu-satunya paus non-italia. Pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II berasal dari Polandia. Sebelumnya, ada sejumlah Paus yang berasal bukan dari Italia. Meski demikian, Italia masih menempatkan dirinya pada urutan pertama sebagai negara "pemasok" Paus.

Tercatat ada 217 kardinal asal Italia yang menjadi Paus. Urutan kedua diduduki Perancis dengan 17 Paus. Sedangkan Jerman baru ada delapan Kardinal (termasuk Ratzinger) yang menjadi Paus, tiga dari Spanyol, dan satu dari Belanda.

Paus Adrian VI, atau Hadrian VI (2 Maret 1459 -14 September 1523) lahir dengan nama Adrian Florisz Dedel. Dia menjabat sebagai Paus mulai tahun 1522 hingga wafat. Sebenarnya, Paus ini lahir di Utrecht, Belanda. Namun, saat itu Belanda dianggap berada dalam periode atau bagian dari budaya Jerman. Paus ini adalah Paus terakhir yang berasal dari luar Italia hingga terpilihnya Karol Wojtyla asal Polandia sebagai Paus Yohanes Paulus II pada 1978.

Dia juga merupakan Paus terakhir yang berasal dari Jerman sebelum Paus Benediktus XVI terpilih pada 2005. Di eranya, Paus Adrian VI berjuang untuk melakukan reformasi agama Katolik sebagai pertahanan terhadap reformasi Protestan. Namun, tindakannya itu kurang bersambut karena dinilai melakukan tindakan-tindakan kontemporer yang bertentangan dengan sikap dan pendirian Gereja Katolik Roma yang konservatif.

Paus Clement II, menjabat 25 Desember 1046 - 9 Oktober 1047. Sebelum terpilih sebagai Paus, dia adalah Uskup Bamberg, 1040 - 1046. Dia dinominasikan oleh Raja Henry III sebagai Paus untuk menggantikan Paus Gregorius VI (Desember 1046). Setelah terpilih, Paus Clement II memahkotai Henry III sebagai Kaisar Romawi Suci.

Tindakan itu dikritik reformis gereja yang saat itu memang dipengaruhi Kerajaan Inggris. Dia meninggal pada Oktober 1047 dan dimakamkan di Bamberg, Jerman.

Paus Damasus II (Poppo), berasal dari Bavaria 17 Juli 1048 - 9 Agustus 1048), merupakan Paus kedua yang dinominasikan Raja Henry III. Nama aslinya Poppo, Uskup Brixen saat diangkat menjadi Paus. Dia juga hanya bertakhta sebentar. Rumor yang muncul, kemungkinan ia diracun, meski meninggalnya menimbulkan kesan akibat sakit malaria.

Paus Gregorius V, putra Otto, Duke of Carinthia, dan cucu Kaisar Agung Otto, menggantikan Paus Yohanes XV. Paus Gregorius V merupakan warga Jerman pertama yang menjadi Paus. Secara politik, dia bertindak konsisten sebagai perwakilan kaisar di Roma dan memberi hak-hak khusus kepada Kekaisaran Jerman yang ada di bawah Kekaisaran Romawi.

Paus Leo IX, lahir sebagai Bruno of Eguisheim-Dagsburg (21 Juni 1002 - 19 April 1054), menjadi Paus sejak 12 Februari 1049 hingga meninggal. Dia berasal dari Eguisheim, Upper Alsace. Paus ini berasal dari keluarga yang tergolong amat terhormat.

Paus Stephen X, terlahir sebagai Frederick of Lorraine dan menjabat Paus mulai 3 Agustus 1057 - hingga Maret 1058. Dia adalah adik Godfrey (Duke of Upper Lorraine). Peran politisnya amat kuat dengan kekaisaran saat periode kepausan. Frederick diangkat sebagai kardinal oleh Paus Leo IX.

Dia pernah bertugas mewakili Kepausan di wilayah Konstantinopel. Paus Victor II merupakan keturunan aristokrat dengan nama Gebhard dan gelar Count of Calw, Tollenstein and Hirschnerg dan menjabat Paus, 1055 - 1057. Ayahnya, Baron, dari Keluarga Swabian dengan gelar Count Harwig von Calw.

Atas desakan dari Keluarga Gebhard, Uskup Ratisbon dan Henry III, dia diangkat sebagai Uskup Eichstadt saat berusia 24 tahun. Ketika menjabat sebagai Uskup, dia selalu mendukung kepentingan Raja Henry dan bahkan menjadi penasihat kaisar. Dia juga dinominasikan oleh Henry di Mainz pada September 1054 sebagai Paus.

Paus Victor II meninggal di Arezzo, Italia, 28 Juli 1057 dan digantikan oleh Paus Stephen X.

Begitulah cerita Paus Benediktus VXI ketika naik menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolok di seluruh dunia menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat pada 2 April 2005.

Baca Juga: Siapa Paus Fransiskus? Bagaimana Perjalannya Menjadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik se-Dunia?

Artikel Terkait