Intisari-Online.Com - Hampir semua orang tidak akan pergi ke suatu tempat yang berbahaya apalagi jika dihuni orang-orang kanibal.
Tapi berbeda dengan pelancong wanita tomboi asal Austria ini.
Dikabari ada suku kanibal menghuni Tanah Batak, justru keinginan untuk menemui orang-orang 'mengerikan' yang belum banyak dikenal itu semakin kuat.
"Para tawanan perang diikat pada sebuah pohon dan dipenggal sekaligus,” tulis Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam catatan perjalaannya di Sumatra.
Baca Juga: Kisah Sang Sultan, Ida Pfeiffer, dan Taman Sari, Tempat Wisata yang Instagram-able di Yogyakarta
“Darah mereka diawetkan untuk minum, dan kadang dibuat menjadi semacam puding yang disajikan dengan nasi.”
Siapapun yang membaca kisahnya, barangkali bakal ngilu. Namun, kisah itu belumlah selesai.
“Bagian tubuh kemudian dibagikan."
Ida melanjutkan kisahnya, "Telinga, hidung, dan telapak kaki adalah bagian milik Rajah, yang juga memiliki klaim atas bagian lain."
"Telapak tangan, telapak kaki, daging kepala, jantung, dan hati—yang semuanya adalah hidangan aneh—dan semua daging dipanggang dan disantap dengan garam.”
Ida tidak menyaksikan kengerian itu dengan mata kepalanya.
Dia mendapat informasi tersebut dari beberapa pejabat pribumi setingkat bupati di Muara-Sipongie—kini bagian dari Kabupaten Mandailing-Natal, Provinsi Sumatra Utara.
Para pejabat pribumi itu juga meyakinkan Ida bahwa para perempuan tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam makan malam utama.
Kisah tentang Ida Pfeiffer ini merupakan cuplikan dari A Lady's Second Journey Round the World: From London to the Cape of Good Hope, Borneo, Java, Sumatra, Celebes, Ceram, the Moluccas, Etc., California, Panama, Peru, Ecuador, and the United States, Volume 1.
Buku tersebut merupakan catatan perjalanan Ida yang terbit di London pada 1855.
Baca Juga: Kegilaan Idi Amin, Diktator Bengis Uganda yang Diduga Kanibal dan Telah Tewaskan 300.000 Orang
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR