Advertorial
Intisari-Online.com – Persahabatan tak akan lekang oleh waktu bila orang yang bersahabat bisa saling menjaga perasaan masing-masing.
Tak heran pula bila akhirnya sebuah persahabatan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin akhirnya berakhir di pelaminan.
Mungkin perjalanan kehidupan persahabatan itu bisa dilukiskan dari perjalanan kehidupan pasangan Mark Daugherty dan Samantha Settle pantas disebut sebagai kisah cinta sejati.
Setelah bersama berjuang melawan penyakit leukemia yang menjangkiti selama lebih dari 15 tahun, pasangan teman masa kecil itu pun menikah pada bulan Mei 2019 lalu.
Dikisahkan, Daugherty pertama kali bertemu Settle ketika masih berusia lima tahun. Kala itu, umur Daugherty sudah tujuh tahun.
Kedua bocah itu didiagnosa mengidap penyakit acute lymphoblastic leukemia (ALL), dan kemudian kerap bertemu karena ditangani oleh dokter yang sama.
Mereka tumbuh bersama dan mampu berinteraksi satu sama lain dengan cara yang tidak bisa dilakukan orang lain, terutama karena mereka menghadapi tantangan yang sama dengan leukemia.
Melawan leukemia bersama
Dalam waktu singkat, Daugherty dan Settle membentuk ikatan yang erat satu sama lain, yang mereka sebut sebagai "chemo brain."
"Dia (Daugherty) sungguh mengajarkan saya untuk tidak menyerah."
"Ketika pun kita sedang berjuang keras menghadapi sesuatu masalah, kami selalu mengatakan, 'chemo brain kami memberikan yang terbaik bagi kami'," kata Settle.
"Tentu saja, tak ada orang lain yang bisa sungguh-sungguh paham dengan apa yang kami lakukan, kecuali mereka memiliki pengalaman efek kemoterapi apalagi di usia balita."
Meskipun perjuangan panjang mereka berakhir manis, setelah lebih dari 15 tahun, satu hal yang juga dirampungkan Settle sejak menjalani kemoterapi di usia balita adalah membaca.
Perempuan itu menyebut, sosok Daugherty yang selalu ada membantunya setiap kali dia menghadapi hambatan dengan membaca di sepanjang hidupnya.
Baca Juga: Ani Yudhoyono Meninggal Dunia: Menurut Penelitian, Vitamin C Bisa Hentikan Perkembangan Leukemia
"Sungguh dia yang mengajarkan aku bagaimana untuk tak menyerah," ucap Settle lagi.
"Dia bisa duduk di samping ku, dan mengatakan 'kamu gak boleh menyerah, kamu gak boleh menyerah'," kata dia.
"Membaca itu berat, tapi teruslah berjuang. Dan, aku kok merasa semangat itu merasuk hingga ke dalam banyak hal dalam hidupku," sambung Settle.
Lewat pengalaman dalam penanganan dokter yang sama, mengikuti summer camp, dan acara komunitas, Daugherty yang kini berusia 26 tahun dan Settle 23 tahun, telah menjadi kawan karib selama bertahun-tahun.
Sahabat jadi teman hidup
Namun mereka belum menjalin hubungan asmara, hingga keduanya masuk ke Florida State University, dan relasi mereka menjadi lebih istimewa.
"Aku yang yang menyatakan rasa cintaku lebih dulu kepada dia," aku Settle.
"Kami selalu melewatkan hari yang begitu alami penuh dengan tawa, dan menikmati waktu bersama," sambung Daugherty.
Di tahun 2017, Daugherty menyampaikan lamarannya kepada Settle di the Biltmore Estate, North Carolina, dengan disaksikan sanak keluarga.
"Sejak awal kami berkencan, adalah nyata bahwa dia berubah dari sahabat karib masa kecil menjadi pacar saya," kata Settle.
"Kemudian lebih nyata lagi bahwa dia beralih dari pacar menjadi tunangan." "Lalu saya seperti bermimpi ketika hari penikahan tiba," sambung dia.
Pernikahan mereka dihadiri oleh sanak keluarga, termasuk dokter yang menangani kesembuhan mereka, Dr. Fouad Hajjar.
Hajjar adalah direktur medis hematologi dan onkologi anak di AdventHealth for Children, tempat pasangan itu dirawat.
"Melihat mereka kini tumbuh dewasa dan menikah, menjadi pasangan hidup, sungguh pemandangan yang mengagumkan," kata Hajjar.
"Ini bukan hanya menyelamatkan hidup, tetapi juga menyelamatkan kenangan seumur hidup," katanya.
Periksa dokter
Hingga saat ini, pasangan tersebut tetap rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter.
"Istriku adalah seseorang yang selalu mampu menjadi kawan berbagi terutama ketika aku harus menjalani segala rangkaian tes demi memastikan aku tetap dalam kondisi yang baik," ucap Daugherty.
"Dia adalah perempuan yang mengerti kesehatan saya, dan tak hanya soal fisik tapi juga mental dan spiritual sebagai bagian paling penting," sambung dia.
Kini, pasangan ini telah membuat keputusan besar untuk menjalani sisa hidup mereka bersama-sama sepenuhnya.
Mereka suka pergi "berpetualang" bersama, entah menghadiri pesta bazar atau pergi melintasi wilayah North Carolina.
"Ayahku selalu mengajariku bahwa memori lebih tahan lama daripada benda-benda material," kata Daugherty.
Keduanya juga penggemar berat Walt Disney World, dan sering pergi ke taman bermain itu. Mereka bahkan merayakan bulan madu di tempat itu.
"Ketika kita berada di Disney World, dia selalu bersemangat melihat Winnie the Pooh," kata Daugherty tentang istrinya.
"Kami memilih untuk melewati hidup dengan cara ini, hidup ini sangat singkat dan dapat berubah dengan cepat, lalu mengapa kita tidak menjalaninya dengan sepenuh hati?" (Glori K. Wadrianto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Sepasang Bocah Pengidap Leukimia, dari Sahabat Jadi Suami-Istri"