Advertorial

Lebih Rendah dari Suhu Prancis yang Mencapai 45,9 Derajat Celcius, Gelombang Panas 1911 'Panggang' Orang di Bawah Matahari dan Membuat Mereka Hampir 'Gila'

Tatik Ariyani

Penulis

Pada Juli 1911, di sepanjang pantai timur Amerika Serikat, suhu meningkat hingga melebihi 40 derajat celsius dan berlangsung selama 11 hari.
Pada Juli 1911, di sepanjang pantai timur Amerika Serikat, suhu meningkat hingga melebihi 40 derajat celsius dan berlangsung selama 11 hari.

Intisari-Online.com - Suhu di Prancis kembali mengalami peningkatan pada Jumat waktu setempat (28/6/2019).

Hal itu sekaligus mencatatkan rekor sepanjang masa negara itu.

Kawasan Gallargues-le-Montueux bahkan mencapai suhu 45,9 derajat celcius, beberapa jam setelah Villevieille mencatat 45,1 derajat celcius.

Rekor sebelumnya adalah 44,1 derajat celcius yang terjadi pada Agustus 2003 ketika gelombang panas membunuh ribuan orang, seperti dikutip dari Sky News.

Suhu yang terjadi di Prancis saat ini membuat negara tersebut menjadi negara ketujuh di Eropa dengan suhu di atas 45 derajat celcius setelah Bulgaris, Portugal, Italia, Spanyol, Yunani dan Macedonia Utara.

Baca Juga: Waspada Buat Remaja Penggemar Junk Food Karena Pengaruhi Sperma Saat Dewasa Nanti

Menteri Kesehatan Perancis Agnes Buzyn mengatakan, semua orang berada dalam risiko tinggi akibat serangan panas, dengan dinas cuaca memberi peringatan terhadap empat wilayah.

Dilaporkan BBC, ratusan sekolah ditutup sepanjang Jumat dengan pemerintah lokal memberlakukan aturan ketat soal penggunaan air kepada para warganya.

Tak hanya di tahun 2003 dan 2019 ini saja suhu panas yang menyebabkan penderitaan terjadi.

Pada Juli 1911, di sepanjang pantai timur Amerika Serikat, suhu meningkat hingga melebihi 40 derajat celsius dan berlangsung selama 11 hari.

Selain menewaskan penduduk, peristiwa tersebut membuat banyak orang hampir gila.

Baca Juga: Hukum Yahudi dan Perang Nuklir, Bagaimana Pandangannya Tentang Aksi Militer Semacam Ini?

Di ujung jalan Pike Street, di Manhattan, seorang pria muda melompat dari dermaga dan terjun ke dalam air setelah berjam-jam mencoba tidur siang di sudut yang teduh. Sebelum melompat, ia berkata: “Aku tak tahan lagi!”.

Sementara itu, di Harlem, seorang buruh yang kepanasan berusaha menabrakkan dirinya di depan kereta dan harus ditahan polisi.

Jalanan AS penuh kekerasan. Warga berlarian seperti orang gila karena kepanasan. Salah satu pemabuk bahkan menyerang polisi dengan pisau daging karena tak tahan menahan suhu ekstrem.

Baca Juga: Wanita Ini Dijebloskan ke Penjara oleh Suaminya Sendiri Karena Sering Memintanya Membersihkan Rumah

Pada zaman di mana belum ada AC dan kipas angin listrik, banyak orang kesulitan bertahan dalam mengatasi panas yang mematikan ini.

Bulan Juni berlalu cukup mudah, namun setelahnya, sapuan udara panas dan kering dari dataran selatan menekan kebahagiaan dari angin laut.

Di Providence, pulau Rhode, suhu meningkat 11 derajat dalam setengah jam.

New York dan Philadelphia menjadi pusat kekacauan, sementara di New England, rel kereta melengkung, pengiriman surat ditunda, dan orang-orang meninggal di bawah matahari.

Baca Juga: Seorang Wanita Sukses Turunkan 44 Kg Berat Badan Hanya Dengan 4 Langkah Ini

Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai dua ribu orang hanya dalam beberapa minggu.

Ventilasi yang buruk serta tempat tinggal sempit memperparah keadaannya.

Orang tua, muda dan anak-anak kecil menjadi korban gelombang panas. Bayi-bayi menangis sepanjang malam, atau tidak bisa bangun sama sekali.

Mereka tidak hanya meninggal karena serangan panas langsung, tetapi juga kelelahan saat berusaha melarikan diri dari udara yang terik.

Baca Juga: Mau Kikis Lemak dan Bikin Perut Rata Lagi? Ini 4 Langkah yang Bisa Dilakukan, Termasuk Jangan Terpaku pada Area Perut Saja

Selain itu, sekitar 200 orang meninggal akibat tenggelam di laut, kolam, sungai, dan danau, dalam upayanya menyegarkan tubuh.

Selain manusia, kuda-kuda juga mati dan dibiarkan membusuk di sepanjang jalan.

Saat udara panas mencapai puncaknya, para penduduk meninggalkan apartemen mereka dan tidur di rumput yang dingin.

Mereka tidur siang di bawah pohon di taman Central Park dan mencari keteduhan di Battery Park.

Baca Juga: (FOTO) Diikat di Kuburannya, Tengkorak dan Kerangka yang 'Menari' Ini Berasal dari Zaman Kegelapan

Di Boston, sekitar lima ribu orang memilih menghabiskan malam di Boston Common dan menghindari risiko mati lemas di rumah mereka sendiri.

Di Hartford, Connecticut, orang-orang berkeliling dengan kapal feri demi mendapatkan angin.

Perusahaan bir lokal menyumbangkan satu tong air untuk taman.

Baca Juga: Ingin Selamatkan Ponselnya, Seorang Wanita Justru Tewas Tersambar Kereta

Pemerintah kota juga telah berusaha melakukan apa yang mereka bisa untuk mengatasi serangan panas. Termasuk menyiram air ke jalanan.

Sekitar tanggal 13 Juli, badai besar yang menyerang AS, akhirnya membawa suhu kembali ke tahap normal dangelombang panaspun berakhir.

Namun, lima orang meninggal akibat tersambar petir. (Nationalgeographic.grid.id)

Artikel Terkait