Advertorial

Kisah Pilu Orangtua yang Mengawetkan Putrinya dengan Es, Berharap Bisa Menghidupkannya Suatu Saat Nanti

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Orang tua Matherine memilih membekukan otaknya, setelah dokter mengumumkan kematian Matherine di sebuah rumah sakit.
Orang tua Matherine memilih membekukan otaknya, setelah dokter mengumumkan kematian Matherine di sebuah rumah sakit.

Intisari-Online.com - Kematian adalah jurang yang memisahkan antara kehidupan dan kematian.

Bagi sebagian agama meyakini bahwa masih ada kehidupan setelah kematian, namun sebagian orang tidak merelakan kematian itu datang.

Mungkin begitulah yang dirasakan oleh orang tua yang kehilangan anaknya ini.

Melansir China Economic Net melalui Toutiao Senin (24/6/2019), seorang gadis bernama Matherine asal Thailand yang meninggal diawetkan oleh ibunya.

Baca Juga: Galih Ginanjar Sebut Mantan Istri Bau Ikan dan Hedon: Awas, Buka Aib Mantan Bisa Pengaruhi Psikologis Anak

Ketika berusia 2 tahun, dia didiagnosis menderita kanker otak langka. Hal itu membuatnya menderita pada usia yang masih sangat belia.

Orang tuanya yang merupakan insinyur klinis memahami hal itu. Waktu yang tersisa untuk putrinya sangat sedikit.

Karena hal itu, orang tuanya memutusakan untuk menyerahkan anaknya sebagai bagian percobaan teknologi IVF.

Bersama dengan 165 mayat lainnya, dia dibekukan di tangki nitrogen, gadis 2 tahun ini adalah satu di antara mayat-mayat itu.

Baca Juga: Bukan untuk Sambal, Tapi Cabai Jawa Bisa Obati Lesu sampai Sakit Perut

Ibunya mengatakan bahwa, "Pada hari pertama Matherine sakit, saya langsung memikirkan cryoablation. Kita harus melakukan sesuatu untuknya dari sudut pandang ilmiah."

Meski demikian, kematian adalah sesuatu yang lain dan belum bisa diatasi dengan sudut pandang ilmiah manapun.

Seorang reporter bertanya, "Teknologi yang terlibat dalam cryoablation sangat baru. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa dia akan dibangkitkan."

"Apakah Anda benar-benar yakin, pada teknologi itu, atau Anda akan terus bertarung dengannya di menit-menit terakhir," tanya reporter tersebut.

Baca Juga: Pesan Online Kue Durian untuk Rayakan Ulang Tahun Ibunya, Wanita Ini Dikecewakan dengan Hasilnya

Kemudian, ayahnya menjelaskan, "Sebagai seorang ilmuwan, kami memiliki keyakinan 100% bahwa teknologi ini akan terwujud, di masa depan. Meskipun waktunya belum diketahui."

Jadi kedua pasangan ini setuju dengan hal itu, dan menyerahkan putrinya yang sekarat untuk penelitian yayasan Alco.

Yayasan tersebut merupakan, layanan cryonic terbesar di Amerika Serikat. Pelanggan bisa membekukan seluruh tubuh, atau hanya otak dan sarafnya saja.

Orang tua Matherine memilih membekukan otaknya, setelah dokter mengumumkan kematian Matherine.

Baca Juga: Hebat, TNI Berhasil Gagalkan Penyelundupan 1.445 Liter BBM ke Timor Leste

Kemudian, tim medis mulai melakukan proses pembekuan di tubuhnya. Otak Matherine kini dibawa ke Amerika oleh tim pelestarian, untuk diawetkan dibawah nitrogen 196 derajat celcius.

Proses ini akan melibatkan kriopreservasi manusia yang mengacu pada pembekuan cepat tubuh dengan cara yang tepat.

Kemudian, jasadnya disimpan pada suhu rendah, dan waktunya sudah matang di masa depan ia akan dibangkitkan.

Saat ini Amerika dan Rusia adalah negara yang menerapkan kriopreservasi manusia tanpa batas waktu.

Baca Juga: Walau Jadi Penyakit Mematikan Nomor 4 di Dunia, Depresi Dapat Diobati dan Dikontrol

Atas permintaan penerima cryosurgery, mayat akan diawetkan dengan pendingin setelah kematian, dan menyuntikkan bahan kimia menggunakan resusitasi kardiopulmuner.

Untuk mempertahankan pengiriman darah teroksigenasi untuk memaksimalkan perlindungan otak dari cedera dan pada akhirnya mereka akan dibangkitkan.

Orang tua Metherina adalah relawan yang menyerahkan jasad putinya untuk bahan penelitian, satu-satunya harapan mereka adalah bisa kembali berkumpul suatu saat nanti.

Artikel Terkait