Advertorial

Pasutri Pasang Tarif Rp5.000 pada Anak Untuk Lihat Hubungan Intim Mereka Secara Langsung: Ini Efek Jika Anak Melihatnya

Mentari DP

Editor

Jika anak-anak tersebut ingin melihat langsung hubungan suami istri yang dilakukan pasutri ini, mereka dikenakan tarif Rp5.000.
Jika anak-anak tersebut ingin melihat langsung hubungan suami istri yang dilakukan pasutri ini, mereka dikenakan tarif Rp5.000.

Intisari-Online.com – Dilansir dari kaltim.tribunnews.com pada Selasa (18/1/2019), Ketua Komisi Perempuan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto merima laporan mengejutkan.

Ato telah menerima laporan dari orangtua yang resah dengan kelakuan pasangan suami istri atau pasutri.

Di mana demi mencari tambahan pendapatan, pasutri ini menyuguhkan hubungan suami istri mereka secara live (langsung) kepada anak-anak.

Jika anak-anak tersebut ingin melihat langsung hubungan suami istri yang dilakukan pasutri ini, mereka dikenakan tarif Rp5.000.

Baca Juga: Dul Jaelani Ngaku Minggat dari Rumah Ahmad Dhani dan Mulan Jameela: Ini 3 Alasan Anak Nekat Minggat dari Rumah

Lalu pasutri ini sengaja membatasi penonton hubungan suami istri mereka untuk anak-anak usia maksimal 12 tahun.

Bukan hanya bolah melihat langsung, anak-anak ini juga diizinkan merekam hubungan suami istri yang dilakukan di kamar rumahnya.

Tentu saja informasi tersebut meresahkan para orangtua dan membuat mereka melapor pada Komisi Perempuan Anak Indonesia (KPAI).

"Laporan ini berawal dari para orang tua yang resah dengan kelakuan suami istri tersebut,” kata Ato

“Awalnya hanya informasi mulut ke mulut, sampai akhirnya pengakuan dari anak-anak yang pernah menonton dan membenarkan kejadian tersebut.”

Hingga berita ini diturunkan, dilaporkan pasutri tersebut telah melarikan diri dan tak ada rumahnya.

Apa efek jika anak melihat orang dewasa melakukan hubungan intim?

Dikutip dari Today’s Parent melalui nakita.grid.id pada Selasa (19/6/2019), bagi anak yang melihat orang dewasa (termasuk orangtua mereka) sedang berhubungan intim, akan memberikan dampak bermacam-macam.

Salah seorang narasumber mengungkapkan bahwa hingga usianya menginjak 31 tahun, ia tidak bisa melupakan suara erangan orangtuanya saat berhubungan intim.

Saat itu, ia masih berusia 9 tahun. Bahkan ia mengaku masih merasakan menggigil ketika berpikir tentang hal tersebut.

Seorang ibu muda juga bercerita bahwa anaknya yang berusia 8 tahun pernah melihatnya sedang berhubungan intim.

Ketika sang anak bertanya mengenai apa yang sedang orangtuanya lakukan, ia hanya bisa menjawab “Kami sedang bergulat!”

Baca Juga: Kasus Bidan yang Masukkan Timun ke Organ Intimnya: Ingat ya Wanita, Jangan Pernah Lakukan 4 Hal Ini di Organ Intim atau Anda Akan Menyesalinya

Seorang ayah juga pernah berada di posisi tersebut dan mengatakan kepada anaknya bahwa ia sedang bermain kuda dengan istrinya.

Bagi orang dewasa, apa yang mereka katakan pada anak mereka mungkin terdengar becanda. Namun efek pada anak tidak.

Sebuah studi yang berlangsung selama 18 tahun tentang “Early Childhood Exposure to Parental Nudity and Scenes of Parental Sexuality” menunjukkan bahwa tidak ada efek negatif jangka panjang pada anak-anak yang secara teratur melihat berhubungan intim orang dewasa sebelum usianya mencapai enam tahun.

Tetapi, studi ini juga menunjukkan bahwa jika anak-anak usia dini terpapar adegan seksualitas dewasa, maka anak laki-laki lebih cenderung berisiko terkena infeksi PMS atau menghamili seseorang selama masa remaja.

Sedangkan anak perempuan lebih cenderung berisiko tertular PMS atau secara tidak sengaja hamil pada usia remaja.

Di sisi lain, beberapa studi lain menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua dan yang melihat berhubungan intim pada orang dewasa antara usia 6 sampai 11 tahun menunjukkan sikap permisif tentang seks dan lebih cenderung terlibat dalam hubungan seksual yang kasual.

Hasil dari studi yang sama juga menunjukkan bahwa anak laki-laki yang berusia tiga sampai lima tahun yang secara teratur melihat orang dewasa berhubungan intim sebenarnya memiliki citra diri yang lebih positif tentang tubuh mereka.

Apabila anak meniru perilaku orangtuanya, sebaiknya cegah dengan memberitahu secara baik-baik.

Misalnya, ketika anak menciumi gurunya/teman sekolah/saudara, katakan bahwa rasa sayang tidak harus diwakili dengan menciumi bagian tertentu, cukup dilakukan di pipi atau dahi layaknya yang dilakukan orangtua pada anak/sebaliknya.

Baca Juga: 'Screenshot' Foto Panas Bidan Tersebar di WhatsApp: Jangan Sembarang 'Screenshot' Chat WhatsApp Jika Tak Mau Dipidana

Bagaimana sebenarnya pornografi dapat merusak otak anak?

Dilansir dari kompas.com pada tahun 2012 sila, ahli bedah otak dari Amerika Serikat, dr Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak otak.

Bagian yang paling rusak adalah prefrontal cortex (PFC), yang membuat anak tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.

Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang.

Mark Kastleman, penulis buku The Drugs of the New Millenium, memberi nama pornografi sebagai visual crack cocaine atau narkoba lewat mata.

Kastleman juga menyebut adiksi pornografi pada anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar.

Perangkap yang diberikan bermacam-macam. Misalnya, awalnya gratis, lama-lama bayar.

"Persis kayak jual narkoba. Cicip dulu sedikit, setelah ketagihan, pasti si anak akan mencari.”

“Bedanya, orang kecanduan narkoba masih kelihatan, misalnya sakau. Tapi, kecanduan pornografi tidak. Kalau sudah kecanduan banget baru bisa," urai Elly.

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Hamil Bayi Kembar: Ini 5 Faktor yang Paling Berpengaruh dalam Mendapatkan Bayi Kembar

Artikel Terkait