Jadi siapa pun bisa mengambil dan menaruh makanan sesuai keinginannya.
Di sinilah terlihat kejujuran, tidak ada yang saling mencurangi, misalnya hanya mengambil tanpa memberi.
Baca Juga: Dari Potong Jari Hingga Makan Abu Orang Mati, Ini 6 Tradisi Menyeramkan Beberapa Suku di Dunia
Semua warga sudah yakin bahwa tradisi Weh huweh menjadi salah satu bekal untuk menuju Malam Seribu Bulan atau Lailatul Qodar.
“Tradisi Weh Huweh menjadi satu momentum silaturahmi, tak ada saling menjahati atau menyakiti, di sini silaturahim menjadi kembali tulus, saling memberi tanpa pamrih, tanpa memilih siapa yang disukai siapa yang tidak disukai,“ ujarnya.
Tradisi Weh Huweh juga menjadi sebuah ajang netralisir kepentingan.
Sebab di sini siapapun berhak memberi dan menerima makanan yang ada tanpa pembatasan kasta. Hanya kejujuran dan tenggang rasa yang mewarnai.
Keindahan ini lalu ditutup selepas maghrib dengan memulai itikaf di tempat-tempat ibadah untuk mencari berkah Ramadhan. (Ari Widodo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tradisi Weh Huweh di Demak, Bebas Bertukar Makanan Saat Ramadhan...
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR