Advertorial
Intisari-Online.com – Alangkah banyak yang bisa diceritakan mengenai pengalamannya. Lebih-lebih di lembah sungai Loire di mana puri-puri bertebaran di mana-mana, seakan-akan puri yang satu bertetangga dengan puri yang lain. Mengapa bisa begitu ada sejarahnya tersendiri.
Dalam abad ke-15 dan 16 daerah ini menjadi tempat permukiman yang disukai oleh keluarga kerajaan Valois.
Dari Charles VII sampai Henry III raja-raja Prancis suka tinggal di situ. Tak lama kemudian keluarga kerajaan Perancis yang terkenal santai itu tidak puas dengan satu puri saja.
Sering mereka tinggal di beberapa puri sekaligus. Dan orang-orang kaya ikut-ikutan.
Baca Juga: Tidak Bisa Hidup Bahagia Selamanya, Ini 6 Pernikahan Keluarga Bangsawan Terburuk Sepanjang Sejarah
Beberapa dari puri itu juga menjadi saksi peristiwa-peristiwa menggemparkan yang pernah terjadi dalam sejarah Perancis.
Misalnya penumpasan suatu perebutan kekuasaan di Amboise tahun 1560, pembunuhan duc de Guise (duc = duke) di Blois tahun 1588 dan "Pengakuan" raja Charles VII oleh Jeanne d'Arc gadis dari Orleans di Chinon tahun 1492 yang berakhir dengan pembebasan kota Orleans.
Mungkin kita masih teringat pada fakta-fakta itu dari pelajaran sejarah di sekolah dulu atau mungkin juga tidak, tetapi perhatian kita pasti lain kalau kita melihat tempat itu sendiri dengan seorang pramuwisata yang pandai menghidupkan sejarah kembali.
Kalau melihat terlalu banyak puri dalam waktu singkat rasanya lama kelamaan semua tidak banyak berbeda.
Baca Juga: Bagai Mimpi, Pria Biasa Ini Warisi Rumah Megah Setelah Tes DNA Buktikan Dia Adalah Putra Bangsawan
Namun puri Blois yang terletak di atas bukit di jantung kota tanpa kebun luas di sekitarnya, toh memberi kesan yang mendalam bagi saya.
Pertama karena bentuknya yang hasil "bongkar' pasang" dan menunjukkan gaya arsitektur campur aduk empat abad, tetapi juga karena banyaknya intrik yang terjadi di situ.
Konon ini puri kedua yang terbanyak dikunjungi turis setelah istana Versailles dekat Paris tempat Maria Antoinette tinggal waktu revolusi Perancis meletus.
Bagian puri Blois yang dianggap paling bagus ialah tangga Francois I yang menghubungkan sayap Gaston d'Orleans (dibuat abad ke 17) dengan Salle des Etats (dibuat abad ke 13).
Isteri yang tidak setia
Untuk memberi gambaran bagaimana kehidupan kaum ningrat jaman itu mungkin menarik juga untuk mengutib sedikit sejarah Blois.
Blois pertama muncul dalam sejarah selama jaman Meroving dan tak lama kemudian menjadi pusat daerah kekuasaan seorang Comte (Count).
Pada abad ke IV Comte de Chatillon, yang sudah tua tetapi mempunyai isteri yang muda belia. Akibatnya sang isteri ini lebih tertarik pada duc d'Orleans yang terkenal pandai memikat wanita.
Sifatnya tidak terlalu kesatria. Ia selalu kekurangan uang dan tidak segan-segan meminta dari pacarnya.
Karena takut kehilangan cinta kasih dari duc tersebut isteri Comte de Chatillon itu sangat royal. Malahan terlalu baik hati sampai suaminya sendiri bangkrut dan terpaksa menjual purinya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh duc. Puri itu langsung dibeli. Tidak ada catatan apakah pacarnya kemudian tetap tinggal di situ.
Namun enambelas tahun kemudian ia dibunuh atas perintah dari Jean-sans Peur, duc de Bourgogne. Janda duc, Valentine de Milan ternyata tidak sakit hati terhadap suaminya yang mata keranjang.
Setelah suaminya tiada ia mengurung diri dalam sebuah ruangan puri dengan jendela tertutup rapat bertirai hitam.
Di dinding tertulis mottonya yang menunjukkan perasaannya yang putus asa, "Plus ne m'est rien, rien ne m'est plus", maksudnya kira-kira: Hidup ini tidak berarti lagi buat saya. La meninggal setahun kemudian.
Cerita ini bukan dari pramuwisata tetapi dari buku setebal 98 halaman yang besarnya kira-kira 1 ½ kali Intisari. Buku petunjuk pariwisata Michelin itu isinya segala sesuatu yang mungkin diperlukan oleh seorang turis: petunjuk peta, makanan, sejarah, jadwal tempat wisata dan beberapa peta kota.
Namun peta jalan luar kota yang lebih terperinci harus dibeli tersendiri: Karena di Eropa jalan raya (highway) semua bernomer tidak sulit untuk berkeliling naik mobil yang dikendarai sendiri, biarpun belum pernah ke daerah itu sekalipun.
Di jalan kecilpun kita tidak akan mudah tersesat karena petunjuk jalan ada di mana-mana (Di Belanda malah ada tanda-tanda khusus untuk jalan-jalan yang dianjurkan untuk para wisatawan karena pemandangan yang dianggap lebih indah).
Lemari rahasia
Kembali ke puri Blois. Salah satu tempat yang ditunjukkan kepada setiap wisatawan ialah tempat duc de Guise dibunuh atas perintah Henri III yang takut digulingkan olehnya pada tahun 1526.
Sehari setelah pembunuhan itu saudara duc de Guise, Kardinal de Lorraine ditangkap dan dibunuh juga. Kedua mayat dibakar dan abunya dibuang ke dalam sungai Loire.
Yang juga menarik ialah ruangan-ruangan yang pernah dihuni oleh Catherine de Medici ibu Henri III. Di situ masih ada ranjang tempat ia meninggal tanggal 5 Januari 1589. Dindingnya ditutupi dengan kulit Kordova, kain hiasan dinding atau dilukis seperti hampir semua ruangan dalam puri.
Ketika diperbaiki tahun 1845 dekorasi asli banyak yang sudah rusak, diganti dengan kanvas yang dilukis. Salah satu ruangan yang paling menarik ialah ruang kerjanya yang terdiri dari 237 panel kayu.
Tetapi empat di antara panel itu menyembunyikan lemari rahasia yang bisa dibuka dengan memijak pedal. Apa isinya dulu? Perhiasan, naskah rahasia? Menurut pramuwisata racun.
Permadaninya diloak
Baca Juga: Sebelum Putri Diana Memakai Gaun Telanjang Bahu Sebelah Bangsawan Mesir Kuno Sudah Mengenakannya
Puri di Angers yang sudah sebagian dirusak letaknya juga di tengah kota. Puri pada Comte d'Anjou ini dibangun oleh St. Louis antara 1228 dan 1238. Ini merupakan contoh menarik dari benteng jaman abad pertengahan.
Di bawah Henri III, selama perang agama benteng ini diperintahkan untuk dibumiratakan. Namun gubernur telah mengulur-ulur waktu sehingga berhasil menyelamatkan bagian terpenting dari puri itu.
Kapel dari abad ke 15 letaknya di dalam dinding puri dan kemudian digali dan direstorasi.
Kalau ke sana Anda akan melihat bahwa puri itu dikelilingi oleh parit. Sisa-sisa jembatan yang bisa ditarik dan diturunkan di depan pintu gerbang juga masih ada. Persis seperti cerita film.
Baca Juga: Lagi, Demi Cinta Sejatinya, Putri Kerajaan Jepang Rela Tinggalkan Gelar Kebangsawanannya
Yang mungkin menarik bagi seorang turis ialah semacam jeruji berpola rapat di depan jendela-jendela. Konon dulu tuan rumah suka menonton pertempuran dari jendela-jendela itu. Hiasan itu khusus dibuat rapat agar jangan ada panah atau benda nyasar lain yang masuk. Setiap jendela pola hiasannya lain.
Keadaan yang menyayat hati, kami lihat dalam gereja. Di pinggir ada ruangan kecil. Konon dulu kaum ningrat berada di situ dengan alat pemanas kalau mengikuti misa, sedangkan rakyat biasa cukup berdiri dalam ruangan besar yang dingin di tengah.
Salah satu obyek turisme di puri itu juga ialah sebuah hiasan tenunan yang aslinya panjangnya 168 meter dan tingginya 5 meter. Hiasan panjang itu terdiri dari 7 kelompok gambar yang besarnya sama dan setiap kelompok terdiri dari satu gambar besar dan 14 gambar kecil-kecil.
Rencana itu dibuat oleh Hennequin de Bruges dari miniatur-miniatur. Permadani itu dibuat untuk Louis d'Anjou dan menggambarkan peperangan antara tahun 1375 dan 1380 di Paris. Raja Renej memberikannya kepada katedral tetapi kemudian disisihkan begitu saja.
Baca Juga: Kisah Philipe I, Adik Raja Louis XIV yang dibesarkan Secara Aneh dan Gemar Berpakaian Seperti Wanita
Tahun 1843 benda itu dijual sebagai barang loakan. Uskup d'Angers mendapatnya dengan harga 300 frank dan dipasang.
Sisa 70 gambar kini masih dapat Anda lihat dalam ruangan kaca yang khusus dibuat untuk tenunan ini. Panjangnya 107 meter, jadi cukup panjang dan lebar untuk dinikmatinya dari jarak tertentu.
Berburu di Cheverny
Kedua puri sebelumnya hampir kosong tanpa mebel. Soalnya banyak yang dirusak selama revolusi Perancis dan sebagainya.
Namun puri Cheverny yang kami kunjungi agak lain. Begitulah bayangan saya tentang sebuah puri: Indah di tengah taman luas sekali. Gaya bangunannya utuh dari abad ke 17 dan bukan tambal sulam seperti di Blois. Dekorasi dalam dan mebelnya juga seperti abad ke 17.
Puri Cheverny selesai dibangun oleh Hurault de Cheverny pada tahun 1634. Pemiliknya sekarang, Marquis de Vibraye adalah keturunannya. Seperti di puri Chenonceaux dan Azay le Rideau, puri ini masih dikuasai oleh pemiliknya sendiri. Mereka bahkan masih tinggal di Cheverny.
Puri ini dikelilingi oleh taman yang luas sekali. Di luar Anda akan disambut oleh gonggongan sekawanan anjing. Ternyata ada sekitar 85 ekor anjing jenis tertentu yang tugasnya menemani majikan dan orang-orang lain berburu di hutan sekitar puri tersebut pada hari Selasa dan Sabtu.
Di puri itu ada museum perburuan yang letaknya dekat kandang anjing. Sekitar 2000 kepala binatang diperagakan di situ, memenuhi dinding dan langit-langit gedung.
Baca Juga: Foto Menggemaskan Ketika Putri Charlotte Memberikan Ciuman Lembut Untuk Adiknya, Pangeran Louis
Kalau Anda masuk dan melihat ke atas, Anda akan langsung melihat sebuah tanduk kijang besar dengan rantai terbelit dalam tanduknya. Tengkoraknya itu memang ditemukan begitu dalam hutan. Selain kepala kijang juga ada yang mirip babi hutan.
Menginap di puri
Bahkan orang bisa menginap dalam puri kalau mau. Salah satu puri yang bisa diinapi ialah Domaine de Beauvois yang letaknya di atas tanah seluas 140 ha, ada hutan-hutannya dan menghadapi danau.
Kalau Anda ingin- ke kamar memang harus melewati gang-gang yang dibuat mirip gua kuno, tetapi itu semua hanya buatan baru. Yang asli dari puri itu hanya sebuah menara yang sekarang juga disewakan sebagai kamar.
Baca Juga: Chateau Louis XIV, Rumah Termahal di Dunia Seharga Lebih dari 4 Trilyun Rupiah
Jendelanya masih dari kaca warna warni bermotip indah (glas in-lood) dan langit-langitnya dari kayu. Tentu orang yang ingin bermimpi dalam kamar abad ke 15 itu harus membayar lebih banyak. Bulan Nopember tahun yang lalu kamar kuno itu sewanya 210 frank per malam, sedangkan kamar biasa 175 frank.
Mungkin keindahan puri-puri itu juga didukung oleh keadaan alam di lembah sungai Loire yang terkenaL indah. Entahlah bagaimana keadaan di musim panas, tetapi para musim gugur daun-daunan di daerah itu seperti terbuat dari emas.
Ini kalau cuaca baik dan matahari bersinar. Namun kalau cuaca buruk sudah datang, sesuatu yang bisa terjadi setiap saat di musim gugur, alam emas yang gemerlapan itu tiba-tiba bisa terselubung oleh selimut kabut. (Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1979)