Intisari-Online.Com - Dalam dongeng kita biasa mendengar kalimat 'hidup bahagia selamanya' di akhir kisah setelah putri dan pangeran menikah.
Tapi kenyataan tak selalu seperti dongeng, pernikahan beberapa keluarga kerajaan ini tak bahagia sama sekali.
Kisah pernikahan ini bahkan disertai dengan tragedi berdarah yang memilukan.
Bagian dari masalah bagi banyak bangsawan adalah bahwa pernikahan biasanya merupakan transaksi bisnis.
Baca Juga: Berusia 4.500 Tahun, Legenda 'Kerajaan yang Tenggelam' Ini pun Muncul Lagi dari Laut
Harapan untuk menikah demi cinta sebenarnya adalah fenomena yang relatif modern, dan kebanyakan bangsawan sepanjang sejarah memasuki pernikahan yang diatur.
Entah itu untuk mengkonsolidasikan wilayah atau membangun aliansi, bangsawan bergantung pada orang tua dan penasihat untuk menemukan pasangan yang cocok dan merencanakan pernikahan. Akibatnya mereka sering mengikuti kepala mereka alih-alih hati mereka untuk menikah.
1. Putri Caroline Matilda dan Raja Christian VII
Putri Caroline Matilda dari Inggris, saudara perempuan termuda George III, dinikahkan dengan Raja Christian VII dari Denmark pada usia 15 tahun pada 1766.
Tetapi dia tidak menemukan kebahagiaan di kerajaan barunya. Bahkan, Christian menderita ketidakstabilan mental yang parah yang mendorong hubungan rapuh mereka.
Di antara masalah-masalah tingkah laku Christian adalah sikapnya yang kejam, termasuk saat dia membiarkan Caroline Matilda tahu apa yang dia pikirkan tentang dirinya dengan memasang potret istri barunya secara mencolok di kamar mandi.
Dia juga dikenal karena kecanduan seks dan paranoia. Meskipun Dr. Johann Friedrich Struensee dipanggil untuk merawat raja, dia malah mengambil tampuk pemerintahan, memberlakukan reformasi dan bahkan memulai hubungan dengan ratu muda.
Source | : | Ranker |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR