Advertorial

Punya 600 Kapal dan 20.000 Anak Buah, Cheung Po Tsai Jadi Bajak Laut Terkuat di Dunia, Hartanya di Sebuah Gunung Masih Terus Diburu Hingga Kini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Ade S

Tim Redaksi

Pada puncak kekuasaannya, armada Cheung memiliki 20.000 orang pasukan dan 600 kapal. Cheung Po Tsai meninggalkan desas-desus yang masih dipercayai.
Pada puncak kekuasaannya, armada Cheung memiliki 20.000 orang pasukan dan 600 kapal. Cheung Po Tsai meninggalkan desas-desus yang masih dipercayai.

Intisari-Online.com - Cheung Po Tsai adalah seorang bajak laut China terkenal abad ke-19.

Masa kecil Cheung Po Tsai dijalani sederhana sebagai putra nelayan miskin, di distrik China selatan.

Saat usianya menginjak 15 tahun, dia diculik oleh Cheng Yat, seorang bajak laut yang beroperasi di sepanjang pantai China selama abad ke-18.

Segera setelah Cheng Yat menangkapnya, Cheung Po Tsai menjadi anak buah kesayangannya.

Baca Juga : Jangan Buang Sikat Gigi Bekas! Bakar Sedikit Bagian Ujungnya Anda Bisa Menggunakannya untuk Hal Ajaib Ini

Cheung sangat menikmati menjalani kehidupan bajak laut dan menikmati setiap tugas yang diberikan kepadanya.

Sebagai pribadi yang karismatik dan ambisius, Cheung pun dengan cepat naik pangkat.

Segera setelah itu, dia bahkan diadopsi oleh kaptennya dan istrinya Ching Shih.

Setelah Cheng Yat meninggal secara tak sengaja dalam badai, Ching Shih, yang dikenal sebagai "Janda Ching" bermanuver menuju posisi kepemimpinannya di armada suaminya dan Cheung menjadi tangan kanannya.

Baca Juga : Rano Karno Kehilangan Empedu: Waspada, Jarang Sarapan Bisa Bikin Tubuh 'Dipenuhi' Batu Empedu, Hingga Ribuan

Antara keduanya pun memiliki hubungan cinta dan segera menikah.

Kemudian, Cheung Po Tsai sepenuhnya mengambil alih posisi pemimpin bajak laut dari istrinya.

Cheung Po Tsai menguasai wilayah pesisir Guangdong, pada masa Dinasti Qing.

Baca Juga : Bertobat Sebelum Eksekusi Mati, Terpidana Mati Berikan Makan Terakhirnya untuk Tunawisma

Perompaknya didisiplinkan dengan baik, berbagi harta rampasan dengan adil dan tidak diizinkan untuk melukai atau membunuh wanita.

Pada puncak kekuasaannya, armada Cheung memiliki 20.000 orang pasukan dan 600 kapal.

Pada tahun 1810, setelah kejatuhan besar pasukan bajak lautnya, Cheung Po menyerah kepada Pemerintah Qing dan menjadi seorang pejabat.

Dia menjabat sebagai seorang kapten di angkatan laut kekaisaran Qing dan bertanggung jawab untuk menghapuskan tindak pembajakan.

Baca Juga : Terlalu Kritis, Siswa Berprestasi Ini Tak Diluluskan Setelah Memprotes Kebijakan Kepala Sekolah, Guru-guru Menangis

Dia menghabiskan sisa hidupnya menikmati posisi administratif yang nyaman.

Cheung Po Tsai meninggalkan desas-desus yang masih dipercayai hingga kini.

Yakni mengenai sebuah gua kecil di Pulau Cheung Chau yang kemudian dinamai Cheung Po Tsai.

Cheng Po dikatakan telah menumpahkan harta bajak lautnya di sana.

Gua ini kecil dan sulit dijelajahi, namun banyak pemburu harta karun modern yang mencoba menemukan harta karun Cheung Po Tsai yang hilang itu.

Baca Juga : Kisah Husin Kasim, Pria yang Memilih Menjadi Pembersih Jalanan Gratis Daripada Bekerja dan Dibayar

Artikel Terkait