Advertorial

Unik, di Kampung Ini, 'Buaya dan Manusia' Hidup Rukun, Konon karena Sebuah Perjanjian di Masa Lalu

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Ade S

Tim Redaksi

Keberadaan reptil ini bukanlah ancaman, dan mereka tidak pernah mengganggu manusia yang memiliki aktivitas di sungai tersebut.
Keberadaan reptil ini bukanlah ancaman, dan mereka tidak pernah mengganggu manusia yang memiliki aktivitas di sungai tersebut.

Intisari-online.com - Buaya merupakan hewan reptil berbahaya yang bisa membunuh manusia dengan tiba-tiba.

Kasus buaya menyerang manusia bukanlah hal baru, bahkan di Indonesia, kematian manusia karena diserang budaya sudah menjadi kasus yang sering terjadi.

Namun, di kampung ini justru manusia dan buaya bisa hidup rukun tanpa pernah saling menyakiti.

Menurut mStar pada Kamis (2/5/2019), fenomena tersebut terjadi di Sungai Kesang, Saya Laut, Johor Tangkak, Malaysia.

Baca Juga : 'Dulu Kalau Ada yang Kehilangan, Kami Sekeluargalah yang Dituduh Mencuri'

Keberadaan reptil di wilayah ini dianggap bukan sebagai ancaman. Mereka tidak pernah mengganggu manusia yang memiliki aktivitas di sungai tersebut.

Dikatakan, ada sekitar 100 buaya di sungai tersebut dan beberapa diantaranya ada yang memiliki panjang hingga 20 meter.

Ketua Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Kesang, Rosman Selamat (48), mengatakan buaya tidak pernah memprovokasi nelayan yang melintas hendak ke laut.

Karena fakta bahwa manusia juga tidak pernah mengganggu populasi buaya di sungai Kesang.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

"Sejak kecil, kita tahu keberadaan buaya di sungai ini, jadi ketika dewasa dan menjadi seorang nelayan, sudah tahu yang akan terjadi jika melintas sungai," katanya.

"Faktanya, kami belum pernah menemukan ada penduduk desa yang memiliki konflik dengan buaya, karena buaya seperti teman kita," lanjutnya.

"Puluhan tahun kita bekerja, konsekuensinya harus timbul, tetapi mereka tidak memberikan ancaman," tambahnya.

Menurut cerita lama yang berkembang, nelayan sebelumnya pernah membuat perjanjian dengan buaya di sungai Kesang.

Baca Juga : Ini Alasannya Mengapa Banyak Uang Belum Tentu Bikin Bahagia

Mereka melepaskan buaya yang tertangkap dalam kandang, kemudian melepaskan buaya yang terjebak dalam jaring, sedangkan buaya tidak akan menyerang manusia.

"Jadi buaya dewasa tidak akan mengganggu nelayan. Itu selalu saya katakan kepada para nelayan untuk melepaskan jaring yang menjebak buaya," katanya pada mStar.

Seolah-olah untuk menghormati nelayan yang hendak ke laut, buaya tersebut melarikan diri ketika suara mesin kapal mulai berbunyi.

"Kami tidak perlu repot memasang jebakan, karena buaya tidak akan mendekati kami," katanya.

Baca Juga : Ternyata Orang yang Suka Mandi Lama Cenderung Tak Bahagia

"Begitu dia mendengar suara mesin, mereka akan menghilang dan pergi ke tempat lain, konseskuensinya hanya mereka akan muncul saat mesin dimatikan," tambahnya.

"Namun, mereka juga tidak akan menyerang kami, bahkan tidak mendekat," terangnya.

Sayangnya fenomena itu terjadi empat tahun lalu, fenomena ini mulai berubah.

Akhir-akhir ini buaya tampaknya telah mengubah sikap, karena habitat mereka mulai terusik dengan Hulu Sungai Kesang yang dihancurkan, karena proyek irigasi.

Baca Juga : 'Ayo Teruskan Saja Penghinaan Lahir dan Batin Itu!' Tulisan Garang Ki Hajar Dewantara untuk Pemerintah Kolonial Belanda

Dulu mereka sering terlihat dan menampakkan diri, dan bahkan puluhan telur buaya sering ditemukan.

Namun, kini mereka sudah jarang terlihat, Rosman menyampaikan kekhawatirannya kepada nelayan ketika reptil sekarang sering menampakkan diri di dermaga.

Hal itu tentu berbahaya karena, nelayan terkadang mencuci perahu mereka di dermaga pada malam hari.

Untuk memastikan keselamatan para nelayan, Departemen Satwa dan Taman Nasional memasang tanda peringatan kepada publik dan juga pengunjung.

Baca Juga : Ngeri, Terinfeksi Bakteri Pemakan Daging, Ada Benjolan Kehitaman di Tangan dan Kaki Pria Ini

Meski demikian, hingga saat ini belum ada penduduk sekitar yang menjadi korban buaya.

"Keuninakan dari fenomena ini sebenarnya dapat mendorong nelayan untuk meningkatkan pendapatan jika menyediakan layanan pengankut perahu," Abdul Alim Shukor, petugas setempat.

"Hewan-hewan ini tidak akan menyerang jika cukup makan, dan mungkin buaya tidak akan pernah mengganggu manusia," tambahnya.

Namun, dia menyarankan pengunjung sungai untuk tetap menjaga kebersihan dan tidak mengganggu buaya.

Artikel Terkait