Advertorial

Perayaan HUT Kopassus: Pasukan Elite yang Didoktrin Menangkan Pertempuran Meski Hanya Bersenjata Pisau

Ade S

Editor

Pasukan khusus seperti Kopassus juga harus mahir bertarung menggunakan tangan kosong, seutas tali, dan pisau.
Pasukan khusus seperti Kopassus juga harus mahir bertarung menggunakan tangan kosong, seutas tali, dan pisau.

Intisari-Online.com -Hari ini, Rabu (24/4/2019), markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-67 Kopassus.

Acara ini sendiri seharusnya berlangsung pada 16 April, tepat pada HUT Kopassus, namun ditunda karena berdekatan dengan hari pemungutan suara Pemilu 2019.

Ya, Kopassus yang dikenal sebagai salah satu pasukan elite ini sudah menjaga tanah air selama 67 tahun.

Kemampuan mereka dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam jajaran satuan militer tanah air.

Baca Juga : Perayaan HUT Kopassus: Pasukan Elite Inggris SAS Sangat Hebat, Tapi Ternyata Mereka Gentar Kepada Kopassus

Bahkan, mereka memiliki doktrin untuk wajib memenangi pertempuran meski hanya bermodalkan senjata seadanya.

Berikut ini kisahnya.

Pasukan khusus TNI umumnya digembleng mati-matian dalam latihan tempur paling ekstrem agar bisa memenangkan peperangan menggunakan persenjataan yang dimiliki.

Karena kemampuan pasukan khusus diutamakan pada ketrampilan bertempur secara perorangan, maka TNI juga melakukan gemblengan terhadap personel pasukan khusus agar bisa menjadi ‘mesin perang’ yang mumpuni.

Baca Juga : Ketika Perompak Somalia Sandra Kapal Indonesia, Gabungan Kopassus, Kopaska dan Denjaka Ini Langsung Menghabisinya

Oleh karena itu dalam berbagai latihan perang yang sangat keras, pasukan khusus pun memiliki moto tersendiri seperti ‘lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas’, ‘lebih baik mandi keringat dalam latihan daripada mandi darah dalam pertempuran’, atau seperti moto yang dimiliki oleh Kopassus TNI AD ‘Berani, Benar, Berhasil’.

Jadi dalam setiap misi tempurnya pasukan khusus TNI harus mampu menjalankan tugas yang tidak bisa dilaksanakan oleh pasukan reguler karena membutuhkan kemampuan-kemampuan khusus, dan harus bisa bertempur menggunakan senjata apapun.

Selain mahir mengoperasikan beragam senjata api, pasukan khusus seperti Kopassus juga harus mahir bertarung menggunakan tangan kosong, seutas tali, dan pisau.

Pasalnya dalam pertempuran jangka panjang atau pertempuran yang tidak seimbang, setiap personel pasukan khusus bisa kehabisan peluru dan harus melanjutkan pertempuran meski hanya bersenjata sebilah pisau belati.

Prinsip bertempur sampai mati meski hanya bersenjata sebilah pisau komando demi memenangkan pertempuran itu ternyata bukan hanya cerita isapan jempol karena pernah dialami sendiri oleh prajurit Kopassus, Pratu Suparlan ketika bertempur di Timor-Timur pada tahun 1980.

Pratu Suparlan yang sedang bertempur bersama sejumlah prajurit Kopassus dan Kostrad posisinya ternyata berhasil didesak oleh gempuran gerilyawan Fretilin yang menyerang secara mengepung dan berjumlah lebih banyak.

Regu Suparlan yang bertempur mati-matian satu persatu gugur termasuk seorang prajurit Kostrad yang bersenjata senapan mesin ringan jenis Minimi.

Dalam kondisi yang kritis itu regu Suparlan yang bertempur sambil mundur akan mengalami kehancuran jika tidak segera datang bala bantuan atau tidak ada yang berani mengorbankan diri.

Baca Juga : Saat Benny Moerdani Banting Baret Merah Kopassus Kebanggaannya di Depan Sang Komandan

Tiba-tiba atas inisiatif sendiri, Suparlan yang saat itu berada di posisi paling belakang regunya dan bergerak perlahan karena terus diserang gencar Fretilin, melompat maju dan langsung menyambar senapan mesin Minimi dari prajurit Kostrad yang telah gugur.

Dengan senjata mesin ringan yang berisi ratusan peluru itu, Suparlan lalu merangsek maju menyongsong para gerilya Fretilin yang saat itu terus melakukan pengejaran sambil menembakan senjata secara membabi-buta.

Sejumlah peluru senjata Fretilin sempat menghantam tubuh Suparlan dan membuatnya goyah.

Tapi prajurit Kopassus yang bertempur seperti banteng ketaton itu terus berusaha berdiri tegak sambil menembak.

Akhirnya karena peluru habis, Suparlan kemudian mencabut pisaunya dan bertempur satu lawan satu di tengah kepungan prajurit Fretilin yang semuanya mengarahkan senjatanya ke tubuh Suparlan.

Enam orang gerilyawan Fretilin tewas akibat tikaman maut pisau komando Suparlan.

Tapi Suparlan yang bersimbah darah akhirnya jatuh terduduk seperti orang kehabisan tenaga dan pisaunya yang berlumuran darah pun ikut terkulai di tanah.

Para gerilya Fretilin pun maju mengepung Suparlan yang tampak sudah siap untuk dieskekusi. Tapi diam-diam Suparlan mencabut dua granat dan melepas kuncinya.

Baca Juga : Saat Kopassus Menyamar Sebagai Pengawal Presiden Filipina Untuk Melindunginya dari Kudeta

Ketika seorang gerilyan Fretilin maju ke depan sambil melepaskan satu tembakan pungkasan pada saat yang sama Suparlan pun melepaskan granat yang kemduian meledak dahsyat membunuh sejumlah gerilya Fretilin di sekitarnya.

Sejuimlah gerilyawan Fretilin yang hidup, di kemudian hari ternyata mengisahkan kehebatan Suparlan yang bertempur sampai gugur hanya bersenjata pisau itu kepada Kopassus pasca konflik di Timor-Timur.

Selain itu, sisa-sisa regu Suparlan juga bisa lolos setelah pasukan bantuan tiba dan berhasil memukul mundur pasukan gerilya Fretilin.

Sebagai penghargaan, nama Suparlan lalu digunakan untuk menamai Pangkalan Udara di Batujajar, Bandung yang biasa digunakan oleh Kopassus untuk latihan terjun payung.

(Agustinus Winardi)

Baca Juga : Kisah Nyata Misi Super Rahasia, Anggota Kopassus Diberondong Peluru Teman Sendiri

Artikel Terkait