Advertorial
Intisari-Online.com - Kepala manusia terdiri atas ruang-ruang yang digunakan tubuh sebagai penjaga keseimbangan.
Salah satunya, rongga hidung yang disebut dengan sinus.
Apabila rongga-rongga sinus ini mengalami infeksi akibat bakteri, zat, atau partikel tidak baik, maka terjadilah sinusitis (rinosinusitis).
Memang, gangguan hidung dan tenggorokan bukan satu-satunya penyebab sinusitis.
Menurut dr. Masrin Munir, SpTHT dari RS THT Proklamasi Jakarta, flu yang tidak diobati dengan benar juga dapat memicu sinusitis.
Baca Juga : Mengatasi Sinusitis
Selain itu, infeksi kronis pada akar gigi geraham atas juga dapat menyebabkan sinusitis.
Misal, gigi geraham yang berlubang, dan tidak diobati dengan benar.
Akibatnya infeksi menjalar ke sinus dan timbul sinusitis.
Sinus juga lumrah terjadi gara-gara sumbatan di hidung, adanya polip, tumor di rongga hidung, trauma pada hidung, serta alergi.
Persoalannya makin pelik jika infeksi yang terjadi ternyata menyebar.
Baca Juga : Pria Ini Berhenti Gunakan Kokain Karena Hidungnya Keropos, Ini Bahaya Lain dari Kokain
Kondisi inilah yang menyebabkan rinosinusitis terbagi lagi menjadi rinosinusitis akut dan rinosinusitis kronis.
Letaknya pun tidak selalu sama.
Rongga-rongga hidung milik penderita sinusitis ada yang dipenuhi oleh cairan dan polip.
Bahkan menurut dr. S. Hendradewi, SpTHT (K) dari RS Dr. Moewardi Surakarta, rongga hidung milik penderita sinusitis juga ada yang dipenuhi jamur.
“Bayangkan saja, jamur di kulit saja sulit dihilangkan, apalagi di dalam sinus,” ucap dia.
Baca Juga : Gara-gara Ada yang Tumbuh Sembarangan Hidung Wanita Ini Sering Alami Pendarahan
Menghirup 15 ribu partikel
Banyaknya kasus sinusitis akhir-akhir ini, kata Dewi, juga dipicu polusi udara.
Setiap hari manusia menghirup lebih dari 15.000 partikel berbeda.
Padahal banyak di antara partikel itu yang memunculkan masalah.
Salah satunya, asap rokok yang bisa merusak silia.
Tepatnya, merusak kemampuan silia memproduksi protein.
Selain itu masih banyak polutan udara yang semestinya dihindari seperti gas buang kendaraan, asap mesin pabrik, dll.
Pemicu alergi (alergen) pada hidung untuk orang tertentu juga perlu diwaspadai seperti bulu binatang, kecoak, jamur, tungau, dll.
Baca Juga : Memori Buruk Pengaruhi Kemampuan Indra Penciuman
Alergi dengan sinusitis sangat berkaitan.
Misal, seseorang yang alergi kemudian terkena pilek berkepanjangan, akan sulit sembuh.
Kondisi ini bisa membuat saluran keluar sinus tersumbat, padahal sinus harus selalu mengeluarkan sekret (lendir yang terdapat di sinus)
Apabila lubangnya tertutup, sekret terkumpul di dalam.
Jika terjadi infeksi sekuler pada lubang yang sama, jadilah sinusitis.
Alergi yang dibiarkan berlanjut tanpa ditangani atau dicegah bisa juga menyebabkan sinusitis.
Baca Juga : Penciuman Rendah, Risiko Depresi Tinggi
Sebenarnya persoalan ini bukan saja pada orang yang alergi, tetapi pada semua orang agar lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan hidung.
Apabila silia gagal berfungsi, maka semua polutan yang bersifat mengiritasi dan merusak, sangat mudah masuk ke tubuh.
Silakan bayangkan jika partikel jahat itu dibiarkan masuk tanpa filter begitu saja, tubuh pun mulai terganggu kesehatannya.
Intinya, jika hidungmu terganggu, maka problem kesehatan lainnya juga bisa muncul.
Problem di organ lain
Paling dekat adalah masalah telinga dan tenggorokan.
Baca Juga : Jangan Sepelekan Kemampuan Indera Penciuman yang Berkurang
Berhubung telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan bagian yang saling berkaitan.
Jika proteksi di hidung gagal menyaring udara yang masuk, maka zat-zat berbahaya juga turut masuk ke dalam tenggorokan dan turun ke dalam paru-paru.
Sehingga kerusakan silia juga disebut-sebut memicu bronkitis.
Apabila hidung mengalami gangguan, tenggorokan pun bisa saja menanggung akibatnya.
Inilah yang disebut dengan masalah pada amandel atau adenoid hipertropi.
Perlu diketahui, amandel itu tidak hanya ada di tenggorokan.
Baca Juga : Kemampuan Penciuman Berkurang, Tanda Kematian Dini?
Satu buah terdapat di belakang hidung, dua di tenggorokan, dan satu lagi di belakang lidah.
Jika terjadi adenoid akibat gangguan pada hidung tadi, masalah lain pun mungkin saja muncul.
Misalnya, gara-gara adenoid, penderita menjadi susah tidur karena mengalami sesak napas.
Parahnya lagi apabila adenoid memicu seseorang mendengkur yang dalam kasus fatalnya dapat menyebabkan tersumbatnya jalan napas.
Lainnya, dampak pada tenggorokan yang mungkin juga terjadi akibat hidung yang tidak terjaga dengan baik adalah faringitis alias radang tenggorokan.
Baca Juga : Tes Indera Penciuman untuk Prediksi Umur
Saat radang tenggorokan sudah bersifat kronis, kondisi ini sulit disembuhkan.
Sama seperti kertas kusut yang sulit untuk dibuat mulus lagi, demikian pula jaringan tenggorok yang sudah rusak, akan sulit kembali normal seperti semula.
Pada telinga, kaitannya dengan hidung yang bermasalah terletak pada saluran eustachius.
Fungsi saluran ini adalah menghubungkan telinga bagian tengah dengan belakang tenggorokan.
Saat kita menguap atau menelan, saluran ini terbuka sebentar sehingga udara masuk untuk menyamakan tekanan di telinga tengah dengan telinga luar.
Baca Juga : Ternyata Kondisi Telinga Mampu Mendeteksi Gejala Penyakit Jantung
Nah, silia yang rusak menyebabkan virus masuk ke paru-paru sehingga menyebabkan penyakit seperti pilek, misalnya.
Dalam kondisi ini dapat terjadi infeksi pada saluran eustachius tadi.
Itulah sebabnya ketika kita mengalami gangguan yang berhubungan dengan hidung, bisa muncul suara mendengung atau menggema ketika kita mendengar.
Bisa jadi si eustachius tadi kemasukan cairan.
Kondisi cairan yang masuk ke dalam saluran eustachius, bisa menyebabkan infeksi telinga tengah yang tadi kita bicarakan berhubungan dengan hidung.
Baca Juga : Pernah Radang Tenggorokan? Jika Tak Diobati Picu Penyakit Jantung Rematik
Kalau terjadi infeksi, bisa muncul nyeri pada telinga dan gendang telinga memerah.
Situasi ini kalau tidak ditangani, bisa menjadi problem menahun dan mengeluarkan cairan atau yang sering dikenal congekan.
Khusus untuk kasus congekan pada anak-anak, kata Dewi, sebetulnya gendang telinga anak masih bisa diperbaiki dan menutup kembali.
Dengan syarat problem itu harus diobati.
Jika dibiarkan tanpa pengobatan yang tepat, gendang telinga tidak akan tertutup kembali.
Baca Juga : Hii.. Ternyata Gendang Telinga Kita Bergerak Sinkron Sesuai Bola Mata, Lho!
Pemakaian obat hipertensi juga dapat merusak silia.
Demikian juga untuk kalangan lanjut usia yang mengonsumsi obat-obatan berkepanjangan dan kekurangan vitamin.
Jadi untuk orang lanjut usia, perhatian terhadap kesehatan hidung sebaiknya lebih istimewa lagi. (Tika Anggreni Purba)
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul “Hidung Bukan Cuma Soal Pesek atau Mancung”