Advertorial

Preeklampsia, Sindrom Ibu Hamil yang Sebabkan RA Kartini Meninggal, Kenali Bahayanya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Ade S

Tim Redaksi

Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Kartini meninggal di umurnya yang ke-25 tahun pada 17 September 1904, empat hari setelah dia melahirkan anaknya.
Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Kartini meninggal di umurnya yang ke-25 tahun pada 17 September 1904, empat hari setelah dia melahirkan anaknya.

Intisari-Online.com - Bulan April bagi Indonesia menyimpan hari istimewanya tersendiri.

Adalah setiap tanggal 21 April telah ditetapkan sebagai hari Kartini untuk menghormati sosok luar biasa Kartini yang menjadi simbol emansipasi perempuan.

Kisah-kisah kehidupannya sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi sudah tersebar luas seantero Indonesia.

Lahir di Majong, Jepara pada 21 April 1879, Kartini meninggal di umurnya yang ke-25 tahun pada 17 September 1904, empat hari setelah dia melahirkan anaknya.

Baca Juga : Apakah Orang Mati Menyadari Dirinya Telah Mati? Studi Ini Menjelaskan yang Dialami Manusia Setelah Kematian

Diketahui bahwa Kartini mengalami komplikasi saat melahirkan putra pertama, buah hati perkawinan dengan Raden Adipati Joyodiningrat itu.

Hal itu disebabkan sebuah penyakit bernama keracunan kehamilan atau preeklampsia.

Preeklampsia sendiri umumnya muncul pada trimester ketiga setelah kehamilan melewati usia 20 minggu.

Menjadi penyakit menakutkan bagi ibu, preeklampsia diduga terjadi karena beberapa hal.

Baca Juga : Caleg Gagal 'Curhat' Setelah Shalat Jumat, Warga Kompak Keluar Masjid Lalu Kembalikan Karpet dari Caleg

Penyebab-penyebab ini di antaranya adalah ehamilan ganda, hidramnion (kembar air), hipertensi, semakin tua usia kehamilan dan sebagainya.

Preeklamsia bisa menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian namun preeklamsia ringan jarang mengakibatkan kematian ibu.

Untuk jaga-jaga, ibu hamil perlu mewaspadai gejala-gejala keracunan kehamilan.

Semakit dini tanda-tanda preeklampsia dapat terdeteksi, semakin cepat pula masalahnya dapat ditangani.

Baca Juga : Pria Ini Temukan Tengkorak di Halaman Rumahnya, Kejahatan Bengis Sang Istri 21 Tahun yang Lalu Terbongkar

Lalu, seperti apa tanda-tanda atau gejala dari preeklampsia?

1. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih (harus naik 30 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya), tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (harus naik 15 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya).

Baca Juga : Beri Makan Burung Gagak Setiap Hari, Pria Ini Mendapatkan Balasan Seperti Ini di Meja Makannya

Pemeriksaan tekanan darah ini minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

2. Proteinuria

Proteinuria adalah protein dalam urine dengan konsentrasi melebihi 0,3 g/liter yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

3. Edema

Edema adalah pembengkakan pada kaki, jari tangan atau muka sebagai akibat penimbunan cairan.

Bisa juga terlihat adanya kenaikan berat badan 1 kg seminggu selama beberapa kali.

Baca Juga : Minum Air Rendaman Jagung Bisa Sembuhkan Kanker? Ini Penjelasannya

Pencegahan dan Penanganan

Baca Juga : 10 Manfaat Kesehatan Jantung Pisang, Termasuk Dapat Memperkuat Rahim

Supaya tidak terjadi preeklamsia, ibu hamil harus mengatur pola makannya dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam.

Dengan begitu, berat badan tidak bertambah secara berlebihan dan preeklamsia bisa dihindari.

Selain itu dengan semakin tuanya usia kehamilan sebaiknya ibu hamil juga mendapat istirahat yang cukup.

Tidak berarti harus berbaring di tempat tidur, tapi setidaknya jangan lagi melakukan aktivitas fisik yang berat.

Baca Juga : Israel Diklaim Sebagai Atlantis Kota yang Hilang, Apa Saja Bukti Pendukung Teori Itu?

Namun bila telah terjadi preeklamsia, dokter akan melakukan penanganan yang bertujuan mencegah terjadinya preeklamsia berat bahkan eklamsia, menyelamatkan nyawa janin, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada preeklamsia ringan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk istirahat.

Dengan beristirahat akan mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar sehingga tekanan darah akan turun dan edema berkurang.

Pada kasus yang berat ibu hamil harus dirawat di rumah sakit untuk mencegah timbulnya kejang dan dokter akan memberikan obat serta tindakan yang dianggap perlu.

Baca Juga : Selain RA Kartini, Mari Berkenalan Dengan 6 Wanita Luar Biasa yang Ada di Seluruh Dunia

Artikel Terkait