Hasilnya adalah Doktrin Pinggiran, yakni saat Israel mencari kerja sama dengan negara-negara non-Arab seperti Turki dan Iran untuk bekerja melawan tetangga-tetangga Arab.
Seperti yang dicatat oleh Yossi Alpher, seorang ahli strategi Israel dan mantan perwira intelijen, Israel juga berhubungan dengan negara pinggiran lainnya.
Termasuk dengan Sudan dan Ethiopia, yang kontrolnya terhadap hulu sungai Nil mengancam Mesir.
Lalu dengan man dan Maroko, lalu dengan elompok minoritas yang terkepung seperti orang Kurdi di Irak atau orang Kristen Maronit di Lebanon.
Baca Juga : Di Desa Trunyan, Mayat-mayat 'Diletakkan Begitu Saja' di Bawah Pohon Menyan Tanpa Dikubur
Namun jatuhnya sekutu pinggiran seperti Iran dan terjadinya perjanjian damai dengan Mesir serta Yordania, membuat keamanan dan Doktrin Pinggiran itu usang.
Tetapi pada waktunya, ancaman baru bagi Israel akan muncul: Iran.
Dan, dalam salah satu ironi besar dalam sejarah, Iran sendiri memiliki strategi yang mirip dengan Doktrin Pinggiran Israel.
Doktrin Pinggiran Iran
Baca Juga : Tewaskan Jutaan Orang, Ini 4 Realita Kehidupan di Bawah Rezim Brutal Pol Pot
Iran tidak sepenuhnya terputus dari tetangganya seperti Israel pada waktu itu dan Iran juga memiliki opsi untuk membangun aliansi di pinggiran Arab.
Kemitraan mereka yang paling terkenal adalah dengan Houthi di Yaman.
Source | : | national interest |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR