Advertorial
Intisari-online.com - Orang kaya memang bebas melakukan apa saja.
Asal semua itu bisa dibeli dengan uang, sedangkan orang miskin mereka harus tunduk pada uang demi kelangsungan hidupnya.
Maka munculah sebuah praktik bernama 'Ding Zhui' di China, di mana beberapa elit China bisa menyewa orang miskin untuk menggantikannya menghadapi tuntutan hukum.
'Ding Zhui' dalam istilah China diartikan sebagai "Penjahat Pengganti," mereka orang-orang kaya menyewa orang lain sebagai ganti untuk diadili atas kejahatan yang mereka lakukan.
Baca Juga : 'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat
Kejam memang, namun memang begitulah kenyataanya, orang-orang kaya bisa melakukan apapun dengan uang mereka termasuk membeli kebebasan dan mengambil kebebasan orang lain.
Misalnya sebuah kisah pada 2009, seorang remaja dari anak orang kaya melakukan kejahatan dengan menabrak pejalan kaki di Jalan Kota Hanzhou, China.
Mobil itu melaju cepat sehingga korban terlempar sejauh 20 meter akibat kecelakaan itu, pelakunya yang merupakan anak orang kaya.
Ia hanya santai dan merokok sambil menunggu polisi tiba.
Insiden itu kemudian viral, dan lebih hebohnya lagi ketika pelaku muncul di pengadilan hanya dijatuhi hukuman penjara 3 tahun.
Akibatnya, publik marah lantaran seharusnya pelaku dihukum mati. Karena pengemudi mabuk dan ugal-ugalan lebih pantas menerima hukuman itu.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Tapi dugaan yang lebih mengejutkan adalah pria yang muncul di pengadilan adalah orang sewaan.
Dia dibayar dua kali lipat, untuk menjadi 'joki' dalam pengadilan dan menggantikan pelaku yang sebenarnya.
Praktik semacam ini bukan lagi rahasia, di Tiongkok kemampuan untuk merekrut narapidana pengganti adalah salah satu cara di mana kerak atas suramnya sistem hukum Tiongkok yang ekstrim yang dikapitalisasi.
Menariknya, fenomena ini adalah telah diketahui oleh beberapa penegak hukum di Tiongkok menurut laporan The Sydney Morning Herald.
Fenomena 'Ding Zhui' ini telah mengakar pada budaya kapitalisme di Tiongkok, dan siapapun yang kuat secara finansial mereka yang bisa memiliki segalanya.
Namun efek domino yang ditimbulkan juga berpengaruh pada keluarga orang yang disewa.
Misalnya, seorang polisi Tiongkok menggambarkan fenomena ini, dengan kasus di mana seorang mafia hendak diadili.
Namun, dia menyewa orang lain sebagai penggantinya untuk datang di persidangan, dengan kata lain, mafia ini membeli kebebasan dari orang yang disewanya untuk menggantikannya di pengadilan.
Tetapi, sebagai gantinya, dia memberikan bonus uang serta kehidupan layak bagi keluarga yang desewa untuk selama menghadapi proses hukuman.
'Narapidana Pengganti' bukan hal baru, selama berabad-abad, penggunaan praktik ini telah disinggung oleh orang-orang barat ketika membahas sistem hukum Tiongkok.
Misionaris KarlGützlaff pada 1834, sarjana hukum Prancis Édouard Louis Joseph Bonnier pada 1862, dan sarjana Amerika Owen Lattimore pada 1930-an menulis tentang praktik itu.
Pada tahun 1895, misionaris Taiwan George Mackay menyaksikan para narapidana pengganti ini, "Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan kasus ini, tetapi disuap untuk menjadi pengganti kejahatan."
Pada tahun 1899, Ernest Alabaster, seorang sarjana hukum pidana China, menulis bahwa pengadilan "mengijinkan" pelaku nyata untuk menyewa pengganti.
Beberapa pejabat kekaisaran Tiongkok mengakui penggunaan penjahat pengganti dan membenarkannya.
Lagi pula, penjahat yang sebenarnya dihukum dengan membayar nilai pasar dari kejahatannya, sementara hukum ditegakkan untuk mengintimidasi penjahat lain.
Dengan kata lain, praktik ini adalah 'kebijakan' yang membatasi perdagangan kejahatan.
China adalah negara yang berkembang dengan sistem kapitalisme ektrem yang memperkerjakannarapidana pengganti.
Beralihnya ke sistem Komunisme, mungkin orang-orang akan berpikir praktik 'Ding Zhui' akan lenyap.
Pada kenyataannya, tidak. Dengan kembalinya kapitalisme, penjahat pengganti masih terus ada dan praktik ini seolah abadi di daratan Tiongkok.
Namun, trik ini semakin hari semakin mudah diterka karena dengan perkembangan internet, orang-orang bisa lebih leluasa mengenali wajah pelaku.
Baca Juga : Jika Anak Menerita Demam Ternyata Itu Tidak Berbahaya, Justru Baik Bagi Tubuhnya