Advertorial

Kisah Tragis Seorang Anak Hampir Bunuh Diri Gara-gara Fotonya Diunggah Sang Ibu

Natalia Mandiriani
,
Ade S

Tim Redaksi

Tidak hanya Jepang yang punya kepekaan terhadap mengunggah foto anak, Australia ternyata punya kode etik dalam mengambil foto anak.
Tidak hanya Jepang yang punya kepekaan terhadap mengunggah foto anak, Australia ternyata punya kode etik dalam mengambil foto anak.

Intisari-Online.com - Tidak hanya Jepang yang punya kepekaan terhadap mengunggah foto anak, Australia ternyata punya kode etik dalam mengambil foto anak atau anak orang lain.

Singkatnya, dilarang mengambil foto tanpa permisi atau persetujuan dengan pihak yang difoto. Hal tersebut melanggar privasi dan martabat orang lain.

Jika pihak yang diambil fotonya keberatan tetapi orang lain tetap memotretnya, maka si pemotret bisa dilaporkan ke polisi setempat dan proses hukum pun dilakukan.

Misal, pernah terjadi kasus seorang ibu mengambil foto anaknya yang sedang berenang dengan teman sekolahnya. Foto tersebut diunggah ke media sosial.

Baca Juga : Seorang Ibu Dihujat setelah Mengunggah Foto Anak Down Syndrome Terjebak di Dalam Mesin Cuci

Orangtua teman si anak keberatan foto anaknya dimuat sehingga melaporkannya ke polisi.

Selain masalah hukum, sanksi sosial dan moral pun sering terjadi yang disebut naming atau shaming.

Misal, orangtua yang sering mengunggah foto anaknya di media sosial akan dikucilkan oleh teman-temannya.

Alasannya, temannya merasa muak karena apa pun yang dilakukan anaknya dipamerkan di media sosial.

Lebih miris lagi, kasus seorang anak laki-laki yang ingin bunuh diri karena ibunya senang memotret anaknya dan mengunggahnya di media sosial.

Baca Juga : Inilah 2 Alasan Kenapa Unggah Foto Anak ke Media Sosial Dianggap Sebagai Perbuatan ‘Terlarang’

Masalah utama sebenarnya bukan karena fotonya melainkan sang ibu yang memiliki kesenangan mengunggah foto-foto anaknya tersebut ke Facebook.

Anak tersebut merasa hanya sebagai objek kesenangan ibunya. Unggahan foto-foto tersebut seringkali mendapat komentar baik-baik atau minimal tanda acungan jempol.

Sementara bagi si anak, hal tersebut melanggar privasinya dan memalukan.

Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan judul "Orangtua Jepang Tak Unggah Foto Anak Sembarangan" oleh Ade Tuti Turistiati.

Artikel Terkait