Advertorial
Intisari-Online.com - Kita perlu tahu bagaimana vaksinasi berproses dalam tubuh.
Tubuh manusia memiliki sel memori yang dapat mengingat semua jenis virus atau paparan yang pernah masuk ke tubuh.
Bila sewaktu-waktu ada virus yang sama datang, badan akan cepat membentuk anti-bodi.
Inilah tujuan vaksinasi. Bukan untuk menghilangkan penyakit melainkan membentuk suatu kekebalan tubuh melalui sel memori tubuh.
Memang, vaksinasi sekarang jadi isu hangat. Khususnya ketika adanya ancaman penyakit mewabah seperti difteri, campak dan rubella.
Jenis penyakit ini sebetulnya bisa dicegah melalui vaksinasi. Itulah sebabnya pemerintah mengimbau pentingnya vaksinasi.
Baca Juga : Getol Kampanye Soal Anti-vaksin, Politisi Ini Justru Terkena Cacar Air
Sayangnya, ada beberapa kelompok orang yang takut melakukan vaksinasi. Misal, enggan karena takut akan efek sampingnya.
Memang, beberapa laporan menunjukkan ada efek samping seperti demam, ruam, dan kejang. Tetapi efek ini tak sebanding dengan pencegahan risiko penyakit pascavaksinasi.
Ada juga yang menolak vaksin karena tidak percaya efek vaksinasi. Padahal di seluruh dunia vaksinasi sudah terbukti dan tidak perlu diragukan manfaatnya.
Korban dari penolakan vaksinasi sebetulnya bukan saja orang yang tidak mau divaksin melainkan mereka yang telah divaksin namun tinggal atau beraktivitas bersama dengan orang yang tidak divaksin.
Artinya, kalau masih ada orang yang belum divaksin dalam suatu lingkungan, orang yang telah divaksin tetap berisiko.
Prinsipnya sebenarnya, vaksin bukan hanya untuk anak-anak, melainkan semua orang.
Vaksinasi dewasa justru sama pentingnya dengan vaksinasi masa anak-anak. Jenis vaksinnya juga sama, hanya beda dosis dan frekuensi pemberiannya saja.
Bayi baru lahir dan anak-anak diprioritaskan karena dianggap daya tahan tubuhnya belum begitu baik.
Setelah vaksinasi pada usia anak-anak, ada vaksin yang perlu diulang dalam jangka waktu tertentu saat dewasa bahkan lansia.
Baca Juga : Benarkan Anak Tetap Sehat Walau Tak Pernah Dapat Vaksin Sejak Bayi? Ini Jawaban Dokter
Jenis vaksin yang biasanya diperlukan orang dewasa seperti vaksin influenza, dianjurkan disuntik setahun sekali.
Kemudian vaksin difteri dianjurkan untuk diulang setiap 10 tahun. Termasuk juga vaksin hepatitis B, diulang setiap lima tahun.
Banyak sekali vaksinasi dewasa yang perlu. Silakan berkonsultasi dengan dokter, vaksin mana yang lebih diprioritaskan bagi Anda. Beberapa jenis vaksin seperti hepatitis B, HPV, difteri, perlu didahulukan.
Adakalanya seseorang lupa atau tidak tahu status vaksinasinya atau merasa tidak yakin dengan efektivitas vaksin sebelumnya sehingga ia ingin divaksin ulang.
Perlu diketahui, hal ini tidak bahaya sama sekali.
Kalau kita lupa atau tidak tahu soal status vaksin, silakan vaksinasi kembali. Tidak ada risiko dari akumulasi vaksin maupun vaksinasi berulang.
Baca Juga : Benarkah Tubuh akan Makin 'Kebal' Jika Berulang Kali Divaksin? Atau Justru Malah Berbahaya?
Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan judul "Vaksinasi Berulang Apakah Berbahaya?" oleh Tika Anggreni Purba dengan narasumber dr. Chandra Wiguna, Sp.PD (Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta).