Advertorial

Perilaku Manusia Karena Diet, Dari Maraton Makan Sampai Kecanduan

Trisna Wulandari
,
T. Tjahjo Widyasmoro

Tim Redaksi

Saat diet dengan jeda makan yang lama, seperti intermittent fasting dan OCD,  manusia bisa mengalami sensasi kecanduan makanan.
Fenomena kecanduan ini rupanya mungkin untuk terjadi karena bagian di sistem otak yang merespons makanan sebagai hadiah setelah beraktivitas juga merupakan bagian sistem otak yang merespons obat-obatan adiktif.
Saat diet dengan jeda makan yang lama, seperti intermittent fasting dan OCD, manusia bisa mengalami sensasi kecanduan makanan. Fenomena kecanduan ini rupanya mungkin untuk terjadi karena bagian di sistem otak yang merespons makanan sebagai hadiah setelah beraktivitas juga merupakan bagian sistem otak yang merespons obat-obatan adiktif.

Semua tentu tahu kalau aktivitas makan merupakan kebutuhan sehari-hari yang cukup menyenangkan.

Terlebih makanan yang enak, gurih dan lezat, merupakan bagian menyenangkan saat momen santap tersebut berlangsung.

Penelitian menunjukkan, manusia bisa lebih ketergantungan dengan makanan saat aktivitas menyenangkan ini ditahan-tahan.

Penelitian Nicole M. Avena dkk. berjudul Evidence for Sugar Addiction: Behavioral and Neurochemical Effects of Intermittent, Excessive Sugar Intake menyebutkan, saat berdiet dengan jeda makan yang lama, manusia bisa kecanduan makanan.

Fenomena kecanduan ini rupanya mungkin untuk terjadi karena bagian di sistem otak yang merespons makanan sebagai hadiah setelah beraktivitas juga merupakan bagian sistem otak yang merespons obat-obatan adiktif.

Baca Juga : Ini Trik Mengurangi Asupan Gula dengan Mudah

Gula, yang banyak terkandung dalam makanan kita, adalah kandungan yang merilis opioid dan dopamin, zat dan hormon dalam otak yang mengatur rasa senang dan mengurangi rasa sakit.

Karenanya, tidak mengherankan jika gula berpotensi membuat kita kepingin untuk mengonsumsinya terus-menerus.

Namun ketika kita sedang berdiet, asupan gula pun dipangkas.

Beberapa jenis diet menerapkan jeda yang panjang antarwaktu makan.

Intermittent fasting, atau OCD, misalnya, menerapkan puasa berjam-jam dan membuka “jendela” makan apapun sepuasnya dalam beberapa jam.

Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga dengan Trik Diet Ala Jepang, Yuk Dicoba!

Diet dengan jadwal makan yang berjeda lama inilah yang menurut penelitian Avena dkk. turut andil dalam memicu rasa candu untuk mengonsumsi gula berlebih.

Perilaku diet seperti ini mirip dengan lima perilaku para pemakai obat-obatan.

Maraton makan besar dan beragam

Perilaku dan fase pertama dari kecanduan makan yakni kecenderungan untuk binge eating alias maraton makan.

American Psychiatric Association mendefinisikan binge eating sebagai peningkatan konsumsi makanan dalam porsi besar dalam sekali makan.

Biasanya, orang melakukan binge eating setelah menahan diri tidak makan, baik suka rela maupun terpaksa.

Kecenderungan untuk maraton makan setelah beberapa jam tidak makan ini disebabkan otak kita merasa perlu memanfaatkan waktu makan yang terbatas saat berdiet dengan maksimal.

Baca Juga : Makanan Berlabel ‘Diet’ yang Ternyata Tidak Menurunkan Berat Badan

Perasaan inilah yang membuat kita terdorong untuk makan banyak dalam satu waktu.

Maraton makan dalam porsi banyak bisa meningkatkan sensitivitas manusia terhadap makanan jenis lain yang ada di sekitarnya.

Efeknya, kita jadi ingin mencoba dan ingin makan hal baru dan lebih beragam. Dengan demikian, makannya semakin banyak dan jadi gagal diet.

Sensitivitas ini mirip dengan yang dialami pemakai obat-obatan. Contoh, orang yang bisa memakai amfetamin, cenderung mencoba kokain juga.

Baca Juga : Diet Pepaya Memang Ampuh Turunkan Berat Badan, Tapi Orang dengan Kondisi Ini Justru Tak Boleh Mengonsumsinya

Menarik diri

Fase kedua dari kecanduan makan adalah menarik diri.

Saat sedang menahan diri untuk tidak makan dan mengurangi asupan yang berkandungan gula, pelaku diet berpotensi untuk merasa lebih mudah cemas, lebih agresif, lebih moody, tidak nyaman, dan tidak bahagia, sehingga secara tidak sadar cenderung menarik diri.

Kecenderungan menarik diri ini mirip dengan yang dialami pemakai obat-obatan saat sedang tidak memakai atau menahan diri untuk memakai obat-obatan, terutama yang mengandung opium.

Rasa tidak tenang dan tidak bahagia ini disebabkan oleh kurangnya opioid dan hormon dopamin, pengatur rasa senang dan pengurang rasa sakit, yang dihasilkan dari konsumsi gula.

Baca Juga : 13 Makanan Ini Hampir Tak Mengandung Kalori, Anda Tak Perlu Cemas Sedikitpun dengan Berat Badan saat Menyantapnya

Craving alias ngidam

Craving merupakan tahap ketiga dari fase ketergantungan makan.

Saat sedang menahan diri untuk tidak makan, motivasi pelaku diet jadi naik untuk mengingat-ingat dan mencari makanan.

Kondisi yang sama terjadi pada pemakai yang tengah menahan diri untuk tidak mengonsumsi obat-obatan.

Karena ngidam terhambat jeda makan yang panjang dan memunculkan rasa lapar yang berlebih, pelaku diet jadi terdorong mengambil dan mengonsumsi makanan lebih banyak daripada saat sebelum diet.

Walhasil, berat badan pun jadi malah berpotensi naik.

Baca Juga : Beginilah Cara Meredam 'Ngidam' yang Bisa Menyebabkan Obesitas

Artikel Terkait