Advertorial

Penemuan 131 Kerangka Babi Buktikan Stonehenge Adalah Tempat Pesta-pesta Neolitikum

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Stonehenge, situs prasejarah yang dibangun sekitar 2.000 tahun yang lalu ternyata merupakan tempat orang-orang dari zaman Neolitikum untuk berpesta.
Stonehenge, situs prasejarah yang dibangun sekitar 2.000 tahun yang lalu ternyata merupakan tempat orang-orang dari zaman Neolitikum untuk berpesta.

Intisari-Online.com - Stonehenge, situs prasejarah yang dibangun sekitar 2.000 tahun yang lalu ternyata merupakan tempat orang-orang dari zaman Neolitikum untuk berpesta.

Hidangan utamanya berupa daging babi yang didatangkan dari berbagai wilayah di Inggris.

Terhitung ada ratusan babi yang dibawa ke situs tersebut untuk dikonsumsi selama pesta berlangsung.

Setelah menyantap makan malam mereka, orang-orang Neolitikum melemparkan sisa-sisanya dan meninggalkan onggokan tulang babi di sekitar.

Baca Juga : Tambahkan Kebaikan Oats di Menu Favoritmu dan Menangkan Hadiah Jalan-jalan ke Bangkok!

Tumpukan tulang belulang inilah yang akhirnya menjadi bukti bagi para peneliti.

Mereka berhasil mengumpulkan sampel rahang dan gigi dari 131 babi dan menganalis isotop kerangka tersebut untuk mengetahui asal-usul hewan.

Hasil isotop menunjukkan bahwa beberapa babi didatangkan dari ratusan mil jauhnya seperti dari Skotlandia, Timur Laut Inggris dan Wales Barat.

"Jika babi ini datang dari berbagai wilayah, maka kemungkinan orang-orang Neolitik juga melakukan perjalanan ratusan mil untuk mendatangi pesta di Stonehenge," kata Richard Madgwick, dosen arkeologi di Cardiff University di Inggris.

Kerangka babi juga tidak hanya ditemukan di Stonehenge, namun juga tempat lain seperti Durrington Walls.

Bangunan ini juga merupakan salah satu henge atau bangunan prasejarah yang berbentuk melingkar dan terbuat dari kayu dan batu lainnya yang ada di Inggris.

Baca Juga : Dari Obati Batu Ginjal Hingga Sembuhkan Diabetes Inilah Manfaat Batang Pohon Pisang Jika Dikonsumsi

Babi juga ditemukan di Mount Pleasant, West Kennet Palisade Enclosures dan Marden.

Hal ini membuktikan jika babi merupakan makanan populer pada akhir Neolitikum dan menjadi hewan domestik nomer satu pada masanya.

Melalui penemuan tulang belulang ini, peneliti pun dapat menjawab pertanyaan lama mengenai siapa yang membangun dan menggunakan Stonehenge.

Dari 131 gigi babi, para peneliti mengamati lima isotop yang berbeda, yakni Strontium yang mengungkapkan geologis, sulfur yang memberi petunjuk terkait kedekatan dengan pantai, oksigen yang menunjukkan iklim, serta karbo dan nitrogen yang merupakan petunjuk makanan.

"Ini bukan pekerjaan yang kecil. Memang isotop tidak memberikan tempat pasti dari mana mereka barasal, tetapi mendekatkan ke arah itu," tambah Madgwick.

Meski begitu masih ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan.

Misalnya saja, bagaimana babi-babi tersebut dipindahkan, apakah melalui perjalanan darat atau menggunakan kapal?

Sebab memindahkan babi dalam jumlah banyak tentu bukan perkara yang mudah.

Baca Juga : Tak Bikin Malu, Justru Kebiasaan Kentut di Depan Pasangan Bisa Buat Hubungan Lebih Bahagia

Jika para orang Neolitikum ini menyembelih terlebih dahulu di tempat asal, mengapa masih banyak ditemukan tulang-tulang babi.

Selain itu, daging juga kemungkinan akan rusak selama perjalanan panjang.

Teori selanjutnya, mungkin babi-babi itu dibawa melalui perjalanan darat dan digemukkan dalam perjalanannya menuju ke tempat pesta seperti Stonehenge.

"Mungkin orang-orang datang membangun Stonehenge untuk merayakan ritual seperti titik balik matahari pertengahan musim dingin.

Jadi orang-orang bekerja sepanjang hari dan kemudian berpesta daging babi pada malamnya," kata Madgwick.

"Ini menjelaskan mengapa orang datang ke Stonehenge dan sekelilingnya dengan membawa hewan," tambahnya.

Baca Juga : Norimitsu Odachi: Pedang Kuno Jepang Sepanjang Hampir 4 Meter, Benarkah Pemiliknya Raksasa?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com olehMonika Novena dengan judul "Kerangka 131 Babi Buktikan Stonehenge adalah Tempat Pesta Neolitikum"

Artikel Terkait