Advertorial
Intisari-Online.com – Kita tahu bahwa limbah plastik ada di mana-mana dan sangat sulit untuk diurai.
Maka kini kembali digaungkan gaya hidup tanpa plastik. Sejak 1 Maret yang lalu, minimarket di Indonesia tidak lagi menyediakan kantong plastik secara gratis demi mengurangi sampah plastik.
Bahkan, pertunjukan musik Java Jazz Festival yang berlangsung di Jakarta awal Maret lalu juga dijadikan ajang kampanye untuk mengurangi sampah plastik.
Kampanye bertajuk "Sayangi bumi" itu mengimbau kelompok milenial mengganti produk minuman berbahan plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga : Mulai 1 Maret Kantong Plastik Sudah Berbayar, Ternyata Ini Bahaya Plastik Bagi Kesehatan
Tak hanya di Indonesia, gaya hidup tanpa plastik ini juga gencar disuarakan masyarakat di dunia.
Dalam ajang Festival Glastonbury yang berlangsung di Inggris pada minggu lalu, misalnya, penyelenggara melarang penjualan botol sekali pakai untuk pertama kalinya dalam 49 tahun sejarahnya.
Dan pada bulan Januari, skema daur ulang lensa kontak bebas plastik pertama diluncurkan di Inggris dalam upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah plastik.
Menurut penelitian baru, saluran air Inggris dipenuhi dengan polusi plastik, dengan jumlah hingga 1.000 mikroplastik atau potongan kecil plastik - ditemukan per liter di sungai yang tercemar.
Baca Juga : Squirmy Mealworms, Cacing Pelahap Plastik dan Styrofoam, Hancurkan Sampah Plastik Bak Palu Godam
Dr Christian Dunn, seorang peneliti lahan basah di Bangor University yang melakukan penelitian ini, mengatakan plastik mikro harus dianggap sebagai kontaminan serius yang muncul, sama seperti limbah farmasi dan pestisida.
Hidup tanpa plastik memang bukan hal mudah, karena kita begiru dekat dengan plastik. Mulai dari tas kresek, sedotan, botol dan gelas minuman, kemasan makanan, semuanya dari plastik.
Karenanya butuh komitmen dan kedisiplinan yang tinggi untuk mengurangi pemakaian plastik agar bumi menjadi tempat yang lebih sehat dan bersih.
Kita misalnya bisa menggunakan alternatif lain, seperti memakai botol air yang dapat digunakan kembali daripada membeli air kemasan.
Baca Juga : Mengenal Sea Squirt, Hewan Kecil Elastis yang Menyerap Polusi Plastik Lautan
Atau, kita bisa menukar sedotan plastik dengan sedotan stainless atau bahan lain yang bisa terurai di alam.
Namun, ini semua bukan hal yang mudah dan belum cukup untuk secara total menghindari plastik dalam kehidupan kita.
Masalahnya ada banyak barang-barang tak terduga dan sering kita gunakan, ternyata mengandung unsur plastik. Berikut lima barang tersebut.
Produk sanitasi wanita
Plastik adalah bahan utama yang digunakan dalam produk sanitasi wanita, misalnya tampon. Mungkin tak hanya tampon saja yang mengandung plastik.
Baca Juga : Tanpa Operasi Plastik, Transformasi Menakjubkan Wanita ni Benar-benar Bikin Pangling
Semua produk sanitasi wanita, yang biasanya terbuat dari kapas, kemungkinan besar dimasukkan dalam bungkus dan aplikator plastik.
"Diperkirakan bahwa hingga 90 persen pembalut menstruasi dan enam persen tampon dikemas dalam plastik," kata Kate Metcalf, co-direktur di Women’s Environmental Network.
Menurutnya, bahan pembalut adalah pulp kayu dan tampon adalah campuran kapas, rayon atau campuran keduanya.
Namun untuk Aplikator dan senar tampon, biasanya terbuat dari Polyethylene (PE) dan Polypropylene (PP), keduanya merupakan dua plastik utama yang ditemukan di lautan.
"Di Inggris, penggunaan tampon, pembalut dan aplikator menghasilkan 200.000 ton limbah per tahun," ucap Metcalf.
Menurutnya, sebagian besar produk-produk ini akhirnya dibakar dan melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan kita.
Produk tersebut biasanya juga berakhir di tempat pembuangan sampah. Tapi, hingga 8,5 persen (18, 050 lembar) puing-puing yang berhubungan dengan limbah, yang termasuk produk menstruasi, menemukan jalannya ke pantai Inggris.
Namun, ada banyak alternatif berkelanjutan bebas plastik di pasaran yang bisa kita gunakan sebagai alternatif pengganti.
Baca Juga : Amankah Peralatan Dapur Berbahan Baku Plastik yang Selama Ini Anda Gunakan?
Kita juga bisa memilih gelas menstruasi yang terbuat dari silikon, merupakan pilihan ramah lingkungan yang populer.
Pita
Ada banyak pita yang terbuat dari beludru, sutra, satin, serta banyak pilihan dengan harga terjangkau namun mengandung plastik.
Untuk menguranginya, kita bisa menggunakan kembali pita yang sudah pernah dipakai dan menyimpannya saat menerima hadiah yang dibungkus dengan pita.
Baca Juga : Mengapa Hewan Laut Bisa Sampai 'Terkecoh' Anggap Sampah Plastik Sebagai Makanan?
Selain itu, ada banyak alternatif pita ramah lingkungan dan biodegradable di toko-toko.
Kantong teh
Untungnya, tak semua kantong teh mengandung bahan plastik. Kantong teh dengan bahan polypropylene, yang merupakan plastik penyegel untuk menyatukan isinya, inilah yang berkontribusi besar pada pencemaran laut.
Pada tahun 2018, kelompok lingkungan "38 Degrees" meluncurkan petisi yang menyerukan produsen teh besar, untuk mengeluarkan plastik dari semua kantong tehnya.
Mereka minta para produsen teh menggunakan produk biodegradable yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga : Rela Menabung Hingga Rp55 Juta Demi Operasi Plastik, Nasib Gadis Ini Justru Berakhir Tragis
Petisi itu mengumpulkan lebih dari 177.000 tanda tangan dan banyak produsen teh sejak itu mengungkapkan rencana untuk memproduksi kantong teh bebas plastik.
Bulu binatang buatan
Seiring semakin banyaknya merek fesyen yang melarang penggunaan bulu binatang, penggunaan bulu binatang palsu telah melonjak.
Banyak rumah mode ternama yang mulai beralih menggunakan bulu binatang imitasi dalam produk mereka demi kelestarian hewan.
Ini mungkin tampak seperti ide yang baik. Namun, anggota parlemen Mary Creagh mengatakan, bulu binatang palsu itu dibuat dari serat buatan seperti poliester.
Baca Juga : Sering Santap Seafood? Anda Mungkin Sudah Menelan Hingga 11.000 Mikroplastik, Ini Dampaknya
Bentuk poliester yang paling umum adalah polietilen tereftalat, plastik yang terbuat dari minyak mentah yang juga digunakan untuk membuat botol kecap.
"Fashion memberi tahu kita bahwa kita dapat memiliki apa pun yang kita inginkan, bahwa kita tidak ingin membunuh hewan untuk memiliki bulu kita," ucap Creagh.
Namun Creagh menambahkan, semua itu mengakibatkan peningkatan emisi karbon yang dihasilkan dari proses ekstraksi bahan untuk alternatif pengganti bulu binatang asli.
Glitter
Ini mungkin terlihat tak masuk akal. Namun, benda berkilau itu sebagian besar terbuat dari plastik.
Baca Juga : Polisi Kaget, ‘Mayat’ di Dalam Kantong Plastik Hidup Lagi, Ternyata Ini Kejadian Sebenarnya
Oleh karena itu, para ilmuwan pada November 2017 menyerukan agar item berkilau itu dilarang karena dampaknya pada lingkungannya.
"Saya pikir semua glitter harus dilarang, karena ini plastik," kata antropolog lingkungan bernama Dr Trisia Farrelly saat itu.
Menurutnya, glitter berbahan plastik ini juga terdapat pada kosmetik yang kerap digunakan banyak orang.
Glitter juga kerap dipakai sebagai bahan kostum. Lebih dari 60 festival di Inggris telah berjanji untuk melarang glitter sebagai bagian dari komitmen untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai di tahun 2021.
Baca Juga : Tahun 2019 Pakai atau Sediakan Kantong Plastik di Jakarta Bisa Didenda Rp25 Juta
Sayangnya, ini bukan hal yang mudah karena tak semua orang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan.
Untungnya, beberapa perusahaan berupaya untuk menciptakan alternatif berkelanjutan dengan memakai bahan ramah lingkungan dan biodegradable. (Ariska Puspita Anggraini) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Hanya Kantong Kresek, ini 5 Bahan Mengandung Plastik".