Advertorial

Super Bima, Anak Enam Tahun dan Perjuangannya Kalahkan Kanker Darah

Trisna Wulandari
,
T. Tjahjo Widyasmoro

Tim Redaksi

Data Kementerian Kesehatan RI menemukan 11 ribu kasus kanker anak tiap tahun. Data tersebut juga menyatakan bahwa kanker darah alias leukimia merupakan kasus dengan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais Jakarta dan terus meningkat setiap ta
Data Kementerian Kesehatan RI menemukan 11 ribu kasus kanker anak tiap tahun. Data tersebut juga menyatakan bahwa kanker darah alias leukimia merupakan kasus dengan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais Jakarta dan terus meningkat setiap ta

Intisari-Online.com - Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, ada 11 ribu kasus kanker anak setiap tahunnya.

Data tersebut juga menyatakan, kanker darah alias leukimia merupakan kasus dengan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais Jakarta dan terus meningkat setiap tahun.

Namun Bima tidak berhenti berjuang untuk kehidupannya.

Tahun 2018, dua kali kedua bocah berusia enam ini diserang leukemia.

Leukimia pertama kali menyerang Bima saat ia berusia 2 tahun.

Awalnya Bima dirawat di rumah sakit dengan diagnosa demam berdarah dengue (DBD) karena gejalanya mirip.

Baca Juga : Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Kali Diabaikan, Salah Satunya Memar di Tubuh

Setelah diperbolehkan pulang, Bima diminta kontrol satu minggu kemudian.

Namun selama di rumah, suhu tubuhnya naik turun dengan panas tinggi hingga 39,8 – 40 derajat Celcius.

Di badannya juga muncul memar, kaki dan sendi Bima pun terasa ngilu, sehingga terasa mudah capek.

Kondisi ini membuat dokter yang menangani Bima mencurigai adanya keganasan darah pada sang anak.

Dokter tersebut menyarankan Bima untuk melakukan tes hapusan darah tepi dan cek darah lengkap.

Tes ini menunjukkan susunan darah Bima yan sangat rendah, sehingga perlu rawat inap dan dan menerima transfusi darah.

Tes tersebut juga menunjukkan kemunculan sel limfoblastik, penanda keabnormalan dalam susunan darah Bima sebanyak 17%.

Hasil tes tersebut membuat dokter menyarankan perujukan Bima ke rumah sakit di Jakarta untuk penanganan lebih lanjut.

Bima kemudian menjalani prosedur bone marrow puncture (BMP), yakni pengambilan sampel darah dari jaringan lunak di sumsum tulang.

Dari prosedur ini, ditemukan bahwa Bima positif mengidap kanker darah leukemia.

Baca Juga : Ani Yudhoyono Terkena Kanker Darah: Ini Perbedaan Leukemia, Limfoma, dan Multiple Myeloma

Berbeda dengan kanker lain, tingkat kanker yang diderita Bima tidak ditandai dengan stadium 1-4.

Bima didiagnosis dengan tipe acute lymphoblastic leukemia (ALL) L-1 high risk atau leukemia limfoblastik akut.

Kanker darah leukemia menjadi salah satu kanker yang sering menyerang anak-anak, sekitar 60% jumlahnya dan kebanyakan terdiagnosis dalam kondisi akut seperti Bima.

Leukemia terjadi di sumsum tulang, yang memproduksi sel-sel darah putih yang abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan mengurangi jumlah sel darah putih normal.

Ngekos di Jakarta

Wahyu Prasetyo Anggoro (29), ayah Bima, mengundurkan diri dari pekerjaannya diagar lebih fokus bergantian menjaga si kecil dengan istrinya di RS Kanker Dharmais, Jakarta.

Ayah Bima juga menjual motor, rumah di Cinere, dan ngekos di bilangan Jakarta Barat agar memudahkan mobilitas saat jadwal kemoterapi Bima tiba.

Bima melawan kanker selama tiga tahun. Ayah dan ibunya pun turut bertarung kesabaran.

Meski terkadang sedih, Wahyu menuturkan, keceriaan Bima menjadi penyemangatnya.

Perjuangan Bima dan keluarga berbuah manis pada awal 2018.

Baca Juga : Pegulat Profesional Roman Reigns Idap Leukemia, Ini 4 Metode Pengobatan Leukemia

Dia dinyatakan selesai pengobatan dan dilanjutkan dengan kontrol sekali sebulan.

Ayah dan ibu Bima pun membawa sang anak pulang ke Blitar dan membuka usaha di sana.

Sayangnya pada bulan ketiga kontrol, Bima mendadak mengalami penurunan kesadaran.

Bima lalu dibawa ke salah satu rumah sakit di Malang untuk menjalani CT-Scan.

Menyebar ke otak

Hasil CT-Scan hasil menunjukkan Bima mengalami hydrocephallus, yakni penumpukan cairan di rongga otak dan meningoencepalitis, radang pada otak dan selaput otak. Prosedur VP Shunt pun dilakukan pada Bima, dengan memasang selang di kepala untuk mengurangi tekanan dari cairan otak.

Setelah serangkaian tes berlangsung, leukemia yang dikalahkan Bima dideteksi kambuh dan mengalami metastase atau penyebaran ke otak. Bima dan orang tuanya pun kembali ke Jakarta.

Ayah Bima menuturkan, dokter menjelaskan padanya kemungkinan Bima terserang virus dari luar akibat leukopenia, situasi di mana leukosit Bima rendah.

Baca Juga : 5 Pengobatan yang Janjikan Kesembuhan Pengidap Kanker Darah, Termasuk Penggunaan Racun Arsenik

Ia pun meninggalkan usaha di Blitar.

Seorang temannya menawarkan untuk membuka donasi di Kitabisa untuk menggalang dana bagi pengobatan Bima, yang masih ditemukan sel kankernya walau kembali diradioterapi dan kemoterapi.

Untuk membiayai pengobatan Bima, Wahyu berupaya menjual rumah orang tuanya di Blitar dan menyebarkan beberapa proposal bantuan.

Donasi terkumpul cepat, namun jalan pengobatan Bima yang masih panjang membuatnya membuka laman donasi baru.

Metode penyembuhan baru

Dokter yang menangani Bima merekomendasikan chimeric antigen receptor-T cell (CAR-T Cell) untuk pengobatan leukemia Bima.

Metode ini merupakan terapi imun yang prinsipnya memanfaatkan tentara dalam sel darah bernama sel T untuk dimodifikasi menjadi lebih efektif membunuh sel kanker.

Langkah ini dinilai lebih efektif untuk mencapai kesembuhan dari sel kanker serta minim resiko.

Ayah Bima berharap dapat melaksanakan metode tersebut di Malaysia.

Namun, perkiraan biaya dengan metode ini akan mencapai Rp1,5 miliar dan Rp100 juta untuk pengobatan, jauh dari kemampuan Wahyu dan Rifika, ibu Bima.

Baca Juga : Anak Denada Sakit Leukemia: Anak-anak dengan 7 Kondisi Ini Rawan Terserang Leukemia Lho

Meski perjuangannya panjang, Bima ingin pertarungan keduanya dengan kanker, juga berakhir manis.

“Kami memanggilnya Super Bima, karena ia telah berhasil berjuang mengalahkan kanker ini selama 3 tahun,” ujar ayahnya.

Ayah Bima menuturkan, sang anak tahu kalau di dalam tubuhnya ada sel yang jahat.

Wahyu memberikannya sedikit gambaran tentang CAR T-Cell.

“Bim nanti Bima dimasukkin tentara di dalam tubuhnya Bima biar sel jahatnya dibunuh sama tentaranya,” ucap Wahyu, dengan harapan pengertian ini dapat diterima sang anak.

Baca Juga : Putri Denada Terserang Leukemia: Begini Antisipasi Tepat untuk Menangkal Leukemia Rifika juga bercerita, tiap kali berdoa bersama orang tuanya, Bima selalu meminta agar segera diberikan 'tentara' tersebut.

Kini Super Bima akan berjuang kembali melawan sel kanker ini.

“Kami berharap doa serta dukungannya untuk kesembuhan anak kami” ungkap Wahyu Prasetyo, ayah Super Bima.

Harapan baru untuk anak-anak pasien kanker

Perjuangan Bima dan anak-anak dengan kanker kini dapat dibantu lewat Kitabisa.com.

Platform penggalangan dana dan donasi daring tersebut mencanangkan program #BisaSembuhKanker dengan harapan mampu membantu lebih banyak anak Indonesia sembuh dari kanker.

Bima menjadi anak pertama yang masuk ke program donasi #BisaSembuhKanker di platform tersebut.

Baca Juga : Tips Sehat Melawan Leukemia Lewat Makanan yang Anda Masak Sendiri

Donasi pertama telah disalurkan pada Bima sebesar Rp50 juta.

Program ini dimulai sejak tanggal 12 Februari 2019 dengan target donasi sebesar Rp500 juta.

Selanjutnya dana dalam program tersebut akan disalurkan pada Super Bima lainnya di Indonesia yang tengah berjuang melawan sel kanker di tubuhnya

Dana tersebut dapat dipergunakan untuk tujuan biaya pengobatan/medis kepada penggalang dana yang telah terverifikasi.

Penyaluran bantuan ini berdasarkan pada berbagai faktor seperti urgensi pengobatan, kecukupan dan lainnya.

Untuk ikut berdonasi, penggalangan dana program #BisaSembuhKanker bisa diaksesmelalui link donasi https://www.kitabisa.com/bisasembuhkanker?utm_source=intisari.grid.id

Artikel Terkait