Advertorial
Intisari-Online.com – Banjir besar dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan sejak hujan berintensitas deras melanda wilayah tersebut pada Selasa (22/1/2019) hingga hari ini, Kamis (24/1/2019).
Sejumlah video banjir yang terjadi di beberapa titik Sulsel dengan cepat menyebar di media sosial.
Bahkan, tersebar informasi adanya satu dusun yang tertimpa tanah longsor.
Aliran air yang terlihat sangat besar menyebabkan banyak informasi simpang-siur beredar.
Baca Juga : Pantai Berwarna Pink di Pulau Komodo, Hanya Ada 7 di Dunia yang Seperti Ini
Untuk meminimalisasi disinformasi di masyarakat, berikut beberapa fakta terkait banjir yang melanda provinsi beribu kota Makassar ini.
1. Penyebab
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menjelaskan, bencana yang melanda wilayahnya ini diakibatkan adanya pendangkalan sungai dan perusakan hutan.
"Ini adalah gejala alam yang luar biasa. Penyebab banjir akibat pendangkalan dam Sungai Bili-Bili yang sudah serius untuk ditangani," kata Nurdin Rabu (23/1/2019).
"DAS (daerah aliran sungai) Jenebarang itu sudah masuk kategori DAS yang super kritis akibat terjadinya eksploitasi sumber daya hutan di hulu seperti perladangan berpindah, dan sebagainya.”
“Sementara lebih cepat perusakan hutan daripada upaya konservasi yang dilakukan," ucapnya.
Selain itu, menurut Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemprov Sulse, Devo Khadaffi, banjir juga disebabkan dibukanya dua bendungan, yakni Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa dan Bendungan Lekopaccong di Kabupaten Maros, akibat intensitas hujan tinggi.
2. Wilayah terdampak
Berdasarkan informasi terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), wilayah terdampak bencana alam banjir ini meliputi 78 desa dari 52 kecamatan di 10 kawasan kabuaten/kota di Sulawesi Selatan.
Wilayah itu adalah Makassar, Gowa, Maros, Barru, Wajo, Sidrap, Bantaeng, Pangkep, Jeneponto, dan Sopeng.
Ketinggian air beragam mulai dari 1,5 meter hingga 2 meter dan mengakibatnya terputusnya akses jalan, termasuk jalur Trans-Sulawesi.
Sementara itu, longsor terjadi di tiga kecamatan di Kabupaten Gowa, yakni Kecamatan Tinggimoncong, Bontomarannu, dan Manuju.
Salah satu wilayah yang paling parah terdampak longsor adalah Dusun Pattiro, Desa Pattakilang, Kecamatan Manuju.
Sekitar 20 orang dinyatakan hilang pasca-kejadian tanah longsor ini. Berdasarkan data Rabu siang, sebanyak 6 orang dinyatakan tewas.
3. Korban
Dari data BNPB Kamis (24/1/2019) pukul 14.00, jumlah korban meninggal diketahui30 orang, 47 orang luka-luka, dan 3.321 warga diungsikan.
Untuk kerusakan bangunan, 76 unit rumah dinyatakan rusak, sebagian bahkan hanyut terbawa aliran air, 2.694 unit terendam, 9 jembatan, 2 pasar, dan 13 sekolah rusak.
Korban jiwa paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Gowa, yakni 16 jiwa. (Luthfia Ayu Azanella)
(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Banjir dan Longsor di Sulsel: Penyebab, Wilayah Terdampak, dan Korban")
Baca Juga : Hanya Karena Ciuman, Bayi 1 Tahun Ini Kena Ruam dan Hampir Kehilangan Nyawa, Peringatan Untuk Orangtua!