Advertorial
Intisari-online.com - Amiruddin (44), warga Kampung Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara (Sumut) ini, sungguh nekat.
Dia rela berjalan kaki dari rumahnya menuju kediaman ibu kandungnya di Ketapang, Banyuwangi, Jatim.
Padahal, berdasarkan aplikasi 'maps' di 'smartphone', jarak antara Kabupaten Serdang Bedagai dengan Banyuwangi mencapai 2.961 km.
Jarak itu jika ditempuh dengan kendaraan bermotor akan menghabiskan waktu sekitar 58 jam.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Sedangkan dengan jalan kaki, diperkirakan memakan waktu 580 jam lebih.
Perjalanan Amir (sapaan akrabnya), dimulai pada 20 November tahun silam.
Pada Jumat siang (17/1/2019) perjalannya Amir sampai di Jombang.
Disambut sejumlah netizen, Amir menyempatkan waktu untuk berbincang.
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
Ia bercerita, kenekatan Amirudin yang masih bujang ini merupakan nazar, karena berkat kemukjizatan Tuhan telah sembuh dari penyakitnya.
"Saya sudah tujuh bulan lumpuh. Waktu mau Salat Subuh, kaki saya tiba-tiba tidak bisa diangkat. Kata dokter itu gejala tulang keropos. Padahal usia saya masih 44 tahun," kata Amir.
Kelumpuhan itu benar-benar menjadi pukulan berat bagi Amir.
Namun, ia berusaha mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya.
Baca Juga : Akhir Tragis Kakek 74 Tahun Setelah Menang Lotre Rp21 Miliar dan Tinggalkan Keluarganya Demi Wanita 18 Tahun
Dia menganggap penyakit lumpuh itu adalah teguran dari Allah kepadanya yang kerap meninggalkan perintah Allah.
Banyak dosa.
Misalnya warga lain salat Jumat, saya malah asyik mabuk sama teman-teman.
"Salat saya waktu bolong-bolong. Saya anggap lumpuh itu sebagai teguran. Justru setelah lumpuh saya jadi rutin salat malam. Sebelum lumpuh malah tidak sama sekali," papar Amir.
Selama hampir tujuh bulan, dia praktis tidak bisa melakukan aktivitas normal karena lumpuh.
Baca Juga : Tak Hanya Kopi, Harimau pun Diprediksi Akan Punah Dalam 10 Tahun Lagi
Untuk hidup dan aktivitas sehari-hari dia menggantungkan kepada kakak perempuan dan para tetangga.
Memasuki pertengahan bulan ketujuh sejak dia lumpuh.
Malam itu, Amir menunaikan salat Tahajud.
Dalam doanya, Amir bernazar akan berjalan kaki menuju rumahnya ibundanya di Banyuwangi jika ia diberi kesembuhan.
Baca Juga : Prediksi Media Sosial 2019: Bersiaplah Menghadapi Perang Avatar!
"Saya nazar, bertekad jalan kaki ke rumah Ibu, ingin sujud di kaki Ibu, perempuan yang telah melahirkan saya. Itu nazar saya. Sebagai anak, saya merasa punya banyak salah kepada ibu," kata Amir.
Keajaiban datang keesokan.
Malam dia bernazar itu, tiba-tiba paginya Amir bisa mengangkat kaki untuk jalan.
Pelan-pelan saya bisa berjalan normal.
"Sejak itu, saya menyusun rencana untuk memenuhi nazar saya," ungkap Amir.
Baca Juga : Prediksi Media Sosial 2019: Bersiaplah Menghadapi Perang Avatar!
Maka pada 20 November 2018, tepat peringatan Maulid Nabi, dia berangkat dari rumah.
Amir hanya membawa dua pasang pakaian ganti. Satu pasang ia kenakan, satu pasang ia taruh di dalam tas.
"Saya tidak bawa uang sepeser pun. Tapi, tekat saya sudah bulat. Saya punya niat baik, saya pasrah. Hidup mati ada di tangan Allah," ucapnya.
Meski tidak membawa bekal, ada saja orang memberinya makan atau uang meski dia tidak pernah meminta.
Baca Juga : Kampanye #BudayaBeberes KFC, Warganet: Udah Bayar Mahal, Suruh Beresin Sendiri
Tetapi tak semua orang berlaku baik.
Ceritanya, di Riau, ia sempat menemukan sebuah dompet di jalan.
Merasa bukan haknya, Amir mengembalikan dompet itu kepada pemilik, sesuai alamat yang tertera di kartu identitas di dalam dompet.
"Namun, siapa sangka, saya malah dituduh pencopet dompet tersebut. Saya sabar saja dan meneruskan perjalanan," kata Amir lirih.
Pernah juga sesampainya di Bandar Lampung, ia dua kali dipalak preman dan dipukuli, sampai kemudian dilerai polisi.
Kemudian sesampainya di Pelabuhan Bakauheni Lampung, Amir tak punya uang guna membeli tiket kapal menyeberangi Selat Sunda ke Pulau Jawa.
Tapi di luar dugaan dia dibantu seorang polisi.
"Polisi itu membawa saya menyeberangi lautan secara gratis," ujar Amir tersenyum.
Selama berada di perjalanan, Amir hampir selalu menginap di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang dilintasi.
Ia mengaku hanya sekali menginap di luar SPBU, yakni di teras warung yang sudah tutup, di Lampung.
Perjalanan kaki Amir ternyata menjadi viral di social media (media sosial/medsos).
Meski tak paham internet, Amir merasakan dampak positif dari medsos.
"Awalnya, ada yang datang, ambil foto sembari ngobrol. Setelah itu, banyak sekali orang baik datang. Terutama setelah saya memasuki kawasan Jawa Tengah. Tiba-tiba ada mobil berhenti dan mengulurkan uang," ucapnya.
Kedatangan Amir di Jombang juga disambut sejumlah netizen.
Tarie, netizen Jombang mengaku memberikan doa, dorongan moral dan spirit kepada Amirudin agar semua usaha menemui ibundanya di Banyuwangi berjalan lancar dan kisahnya berujung bahagia. (Sutono/Tribun Jatim)
Artikel ini pernah tayang di Tribun Jatim dengan judul "Sembuh dari Lumpuh, Amiruddin Nadzar Cium Kaki Ibu, Jalan Kaki Mandailing-Banyuwangi Sejauh 2961 Km."