Advertorial
Intisari-Online.com - Bicara media sosial tak bisa dilepaskan dari generasi langgas (milenial).
Hokky Situngkir, dari Center for Complexity - Surya University, bilang bahwa spirit media sosial itu adalah produk aplikasi informatika dari, oleh, dan untuk kelompok demografis yang disebut “kaum milenial”.
Kaum langgas merupakan generasi yang benar-benar merasakan pentingnya interkoneksi dan relasi, selain kapasitas individual, yang menjadi keutamaan di generasi sebelumnya.
"Peran kaum langgas dengan begitu menjadi luar biasa penting dalam memandang dinamika media sosial kita. Kaum langgas bergaul, rekreasi, hingga mencari pekerjaan, berkomunitas, bahkan berupaya menemukan eksistensi diri melalui media sosial,” kata Hokky.
Baca Juga : Ini Alasan Pasangan yang Benar-benar Bahagia Jarang Mengunggah Kebersamaan Mereka di Media Sosial
Baca Juga : Jangan Unggah 5 Foto Ini di Media Sosial, Nomer 5 Paling Sering Kita Lakukan
Dalam kondisi seperti itu, memasuki 2019, kaum langgas ini akan “terseret” dalam arus itu dan memberi warna dalam dunia media sosial 2019 ini.
“Perang” media sosial menuju Pemilu 2019 sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak akhir tahun 2018.
“Zaman dulu, ’Perang Informasi’ itu kan adalah praktik-praktik spionase. Kemudian pada beberapa dekade yang lalu perang hacker, peretasan-peretasan platform informatika untuk mencuri informasi dan atau melumpuhkan informasi lawan," kata Hokky.
Saat ini, di era media sosial, ‘perang informasi’ adalah upaya menciptakan dan meng-exercise ‘pengaruh’ atas opini publik.
Orang tidak perlu meretas sebuah bank untuk bisa ‘melumpuhkan’ bank tersebut, tapi bisa melalui mem-viral-kan sebuah informasi bohong yang sensasional terkait bank tersebut.
Kepanikan yang tercipta bisa melorotkan saham bank tersebut, dan menimbulkan gelombang panik (panic-attack) di kalangan nasabah yang menarik semua dana yang disimpan di bank tersebut.
Nah, dari analogi di atas, hal tersebut juga terjadi pada proses Pemilu di tahun politik.
Perang media sosial jelang tahun politik adalah perang avatar, bot-bot, hingga akun-akun berbayar, yang berupaya ‘mengendalikan’ atau ‘meretas’ trending topics dengan tagar (hashtag) tertentu, memviralkan informasi-informasi sensasi, demi merebut pengaruh atas para calon pemilih.
Apa yang sudah dimulai di akhir 2018 akan semakin besar memasuki 2019. Maka, bersiap-siaplah kita.
Baca Juga : Ini Alasan Pasangan yang Benar-benar Bahagia Jarang Mengunggah Kebersamaan Mereka di Media Sosial