Advertorial

Ternyata Beginilah Asal Muasal Perayaan 1 Januari dan Perayaan Tahun Baru Terjadi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Asal usul 1 Januari dan resolusi tahun baru yang jarang diketahui memiliki sejarah panjang dalam peradaban umat manusia.
Asal usul 1 Januari dan resolusi tahun baru yang jarang diketahui memiliki sejarah panjang dalam peradaban umat manusia.

Intisari-online.com - Asal usul 1 Januari dan resolusi tahun baru yang jarang diketahui memiliki sejarah panjang dalam peradaban umat manusia.

Hingga kini tanggal 1 Januari dipakai untuk menandakan tahun baru begitupun pada tahun baru 2019 kali ini.

Bagaimana sebenarnya sejarah umat manusia di bumi merayakan tahun baru setiap tanggal 1 Januari dan bagaimana asal usul resolusi tahun baru?

Seorang penulis artikel-artikel sejarah, Borgna Brunner, menuliskan kajian tentang tradisi ini di situs Infoplease.com. Nah, beginilah tulisan Brunner:

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Perayaan tahun baru pada 1 Januari adalah hal yang relatif baru dalam sejarah umat manusia.

Awalnya, perayaan tahun baru tertua di muka bumi diyakini ada di Mesopotamia (kini Irak), sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi (SM).

Tapi, pada saat itu tahun baru dirayakan pada pertengahan Maret. Mengapa? Karena pada masa itu adalah pergantian musim.

Merayakan tahun baru dengan alasan menyambut perubahan musim, umum dilakukan di abad kuno.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Bukannya sepeti sekarang yang merayakan karena berakhirnya penanggalan kalender. Rakyat Mesopotamia misalnya, merayakan datangnya musim semi.

Bangsa Mesir dan Persia merayakan datangnya musim gugur. Sementara di Yunani merayakan datangnya musim dingin.

Nah, perayaan tahun baru karena alasan penanggalan kalender itu sebetulnya dibawa oleh Bangsa Romawi.

Tapi tahu nggak, sebetulnya bangsa Romawi awalnya merayakan tahun baru itu setiap tanggal 1 Maret!

Baca Juga : Catat! Per 1 Januari 2019, Deretan Ponsel Ini Sudah Tidak Bisa Menggunakan WhatsApp Lagi

Mengapa? Karena pada awalnya, kalender Romawi itu cuma ada 10 bulan dan dimulai pada Maret.

Coba lihat, nama bulan sekarang itu kan sebetulnya dari bahasa latin.

September itu dari kata Septem, bahasa latin dari tujuh. Padahal September sekarang jadi bulan kesembilan.

Okto itu bahasa latin yang artinya delapan. Padahal sekarang Oktober itu bulan kesepuluh.

Baca Juga : Membeli Jangkrik Melalui Online, Hal Mengejutkan Terjadi Setelah Paketannya Dibuka

Begitu pula November (Novem =9), dan Desember (Decem = 10).

Kalender pertama Romawi yang cuma ada 10 bulan itu dibuat oleh raja pertama Roma, Romulus, pada tahun 753 SM.

Lalu, pada tahun 700 SM, kaisar Roma penerus Romulus, yakni Numa Pontilius, merubah kalender bikinan Romulus.

Alasannya karena di kalender bikinan Romulus, jumlah harinya terlalu sedikit, dan ternyata ini nggak cocok dengan kenyataan musim yang ada.

Ia menambahkan dua bulan tambahan, yakni Januari (Ianuarius) dan Februari (Februarius)

Nah, meski kalender sudah berganti, perayaan tahun baru 1 Januari baru dirayakan pada tahun 153 SM.

Tahun baru pun bergeser, dari yang semula 1 Maret, akhirnya menjadi 1 Januari.

Pada tahun 46 SM, Julius Caesar juga mengenalkan kalender baru, yang didasarkan pada pergerakan matahari.

Kalender ini diklaim lebih sempurna dari kalender Romawi sebelumnya.

Perayaan tahun baru pun kembali ditegaskan oleh Julius Caesar setiap tanggal 1 Januari. Lalu, mengapa bangsa Romawi merayakan pergantian tahun?

Dalam sistem pemerintahan Romawi, ada yang namanya Consul, semacam dua perdana menteri yang memimpin administrasi pemerintahan.

Nah, masa tugas mereka ternyata 12 bulan.

Diyakini, karena tiap 1 Januari ada Consul yang baru bertugas, maka rakyat pun merayakannya.

Menariknya, pada abad pertengahan Eropa (Medieval) atau era setelah runtuhnya kekaisaran Romawi, hura-hura perayaan tahun baru tiap 1 Januari, dianggap sebagai perayaan yang bertentangan agama Kristen.

Dewan agama Kristen di kota Tours, Perancis, menghapus perayaan tahun baru pada 1 Januari.

Karena keputusan ini, pada zaman itu, orang Eropa merayakan tahun baru pada 25 Desember, 1 Maret, 25 Maret, dan saat Paskah.

Pada 1582, kalender buatan Julius Caesar kembali disempurnakan, benar-benar menjadi kalender yang kita pakai sampai sekarang ini.

Namanya, kalender Gregorian. Nama Gregorian ini didasarkan pada nama pemimpin umat Katolik ketika itu, Paus Gregory XIII, yang meresmikan penggunaan kalender ini pada Oktober 1582.

Kalender ini dibuat oleh Christopher Clavius, seorang matematikawan dan astronom asal Jerman.

Kalender ini kembali 'meluruskan' bahwa tahun baru dirayakan pada 1 Januari.

Fakta menariknya, meski kalender Gregorian ini dipakai dan disetujui oleh banyak negara berbasis Katolik, tapi tidak semua negara berbasis Kristen menggunakannya.

Inggris misalnya, tidak menggunakan kalender ini sampai pada tahun 1752.

Makanya, sebelum tahun 1752, bangsa Inggris masih merayakan tahun baru pada bulan Maret.

Resolusi Tahun Baru

Mengapa ada tradisi membuat harapan atau resolusi tiap tahun baru?

Diyakini, tradisi ini sudah ada sejak jaman bangsa Mesopotamia di kota Babylonia, lalu tradisi itu menyebar dari satu kerajaan ke kerajaan lain.

Orang-orang Eropa di jaman kuno (jaman dimana negara masih sangat tunduk dengan suara gereja), percaya bahwa di hari pertama tahun baru harus diisi dengan mengenang kesalahan-kesalahan pada masa lalu.

Selain itu, memikirkan bagaimana untuk bisa lebih baik di tahun yang akan datang.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ini Sejarah 1 Januari dan Perayaan Tahun Baru yang Jarang Diketahui

Artikel Terkait