Advertorial
Intisari-Online.com - Rusia telah melakukan uji coba rudal hipersonik berbasis kapal.
Tes terakhir berhasil dilakukan pada 10 Desember dan mencapai kecepatan tertinggi dua mil per detik.
Rusia merancang senjata khusus ini untuk tujuan ganda, yakni untuk dapat melumpuhkan objek yang berada di darat atau laut sekaligus.
Laporan intelijen AS, menurut salah satu sumber, mencatat bahwa produksi rudal akan dimulai pada 2021.
Baca Juga : Ternyata Ada Bahaya Mengintai dari Bungkus Nasi Berwarna Coklat yang Sering Digunakan Masyarakat Indonesia
Ini menandakan bahwa peningkatan senjata hipersonik Rusia dengan kecepatan berbahaya dapat mengancam AS.
Namun dilansir dari CNBC, Jumat (21/12), James Acton, co-director Program Kebijakan Nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, membantah anggapan itu.
"Saya tidak setuju dengan karakterisasi bahwa AS berada di belakang Rusia," ungkapnya.
"Semua bukti yang saya lihat adalah bahwa AS memiliki tujuan yang jauh lebih ambisius daripada Rusia dan Cina," lanjutnya.
Baca Juga : Warga yang Belum Daftar BPJS Kesehatan per Januari 2019 Tak Bisa Buat SIM dan Paspor, Benarkah?
Memang Rusia telah melakukan peningkatan, namun menurut Acton hal itu tidak dapat dinilai secara berlebihan.
Pemberitahuan rudal berbasis kapal itu muncul sembilan bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Rusia sebagai bangsa yang tak terkalahkan dalam pertumbuhan persenjataan hipersoniknya.
Dari enam senjata yang diperkenalkan Putin pada bulan Maret, ada dua dari mereka yang siap digunakan untuk perang pada 2020.
Sementara itu, Pentagon menyerahkan dua kontrak senjata hipersonik bernilai jutaan dolar ke Lockheed Martin awal tahun ini.
Ketika ditanya tentang perlombaan Moskow untuk mengembangkan senjata hipersonik, Pentagon mengulangi permintaan yang luar biasa untuk membawa Rusia kembali mematuhi Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces, atau INF.
Pada bulan Oktober, Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari Perjanjian INF.
Rusia, kata Trump, telah melanggar perjanjian senjata dengan membangun senjata terlarang selama bertahun-tahun.
Perjanjian itu, yang ditandatangani tahun 1987 oleh Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, melarang pengembangan dan penyebaran rudal-rudal berujung nuklir.
Baca Juga : Belasan Tahun Menikah, Pangeran Charles dan Camilla Tidur di Kamar Terpisah
Pada hari Kamis, (21/12) Putin mengkritik langkah AS untuk menarik diri dari perjanjian nuklir itu dan memperingatkan bahwa perang nuklir tidak boleh diabaikan.
"Mereka membuat satu langkah untuk menarik diri dari perjanjian INF, apa yang akan terjadi? Sulit untuk dibayangkan," kata Putin dalam konferensi pers tahunan.
Baca Juga : Kuburan Massal 2.000 Hampir Tentara Jerman Ditemukan di Rusia, Inilah Sejarah Kelam di Baliknya