Advertorial
Intisari-Online.com - Tumor otak seorang gadis berusia 11 tahun yang akan dioperasi tiba-tiba saja hilang secara misterius.
Bahkan, ahli bedahnya tidak dapat menjelaskan hal tersebut.
Dilansir dari Daily Mail pada Rabu (19/12), Roxli Doss dari Buda, Texas didiagnosis dengan tumor tingkat tinggi yang dikenal sebagai Diffuse Intrinsic Glioma (DIPG) yang paling sering menyerang anak-anak pada bulan Juni.
DIPG adalah bentuk kanker yang sangat langka dan sangat agresif yang biasanya ditemukan pada anak-anak usia lima dan sembilan tahun.
Baca Juga : Ada Bedak Bayi yang Disebut Bisa Menyebabkan Kanker, Bagaimana Mungkin Bisa Terjadi?
Hanya ada 200 hingga 300 anak di AS yang didiagnosis setiap tahunnya.
Jenis tumor ini terletak di pangkal otak dan bagian atas tulang belakang, tetapi tidak diketahui apa penyebabnya.
Tumor menekan area otak yang disebut pons, yang bertanggung jawab untuk sejumlah fungsi tubuh yang penting seperti pernapasan, tidur dan tekanan darah.
Seiring waktu, tumor memengaruhi detak jantung, bernapas, menelan, penglihatan dan keseimbangan.
Beberapa gejala tumor adalah masalah dengan gerakan mata, kelemahan wajah, kesulitan berjalan, gerakan anggota tubuh yang aneh dan masalah dengan keseimbangan.
Kebanyakan orang dengan kanker jenis ini hanya hidup selama sembilan bulan setelah diagnosis utama, dan beberapa orang bahkan tidak cukup lama bertahan untuk menerima perawatan radiasi.
Diagnosis Roxli berawal dari bulan Juni ketika dia mengalami sakit kepala yang terus menerus dan merasa lelah.
Setelah banyak mengunjungi dokter tanpa ada penjelasan untuk sakit kepalanya, dia akhirnya dikirim ke Rumah Sakit Anak di Austin di mana kemudian dia didiagnosis dengan DIPG.
Baca Juga : Studi ‘Klaim’ Parasut Tidak Bisa Selamatkan Nyawa Kita Saat Loncat dari Pesawat atau Ketinggian
Ahli saraf dan ahli onkologi semuanya sepakat dengan diagnosis awal.
Keluarga Keluarga juga mengunjungiRumah Sakit Anak Texas di Austin, Dana-Farber Cancer Institute di Boston, Pusat Anak-Anak Johns Hopkins di Baltimore dan Pusat Kanker MD Anderson University di Texas untuk mendapatkanketerangan pendukung.
Para dokter di lima rumah sakit yang berbeda tersebut membenarkan diagnosis tersebut dan memberi tahu orangtuanya bahwa tidak ada obat.
Setelah menjalani radiasi selama sekitar tiga bulan, ahli saraf mengambil tindakan MRI untuk melihat bagaimanaperkembangan pengobatan.
Baca Juga : Ini Dampak Buruk Jika Kita Terlalu Stres dan Tertekan di Tempat Kerja
Roxli menjalani MRI pada 7 September dan mengunjungi kantor dokter tiga hari kemudian.
Mereka terkejut ketika tidak menemukan tanda-tanda tumor yang mematikan.
"Ketika saya pertama kali melihat scan MRI Roxli, itu benar-benar tidak dapat dipercaya," Dr Virginia Harrod, co-chief dari neuro-onkologi pediatrik di Dell Children's mengatakan demikian.
"Tumor tidak terdeteksi pada pemindaian MRI, yang benar-benar tidak biasa."
Sekarang, Roxli kembali melakukan aktivitasnya.
Dalam sebuah esai yang ditulis untuk The Conversation, Dr Momna Hejmadi, seorang pengajar senior di departemen biologi dan biokimia University of Bath di Inggris, mengatakan satu alasan mungkin respon imun yang memicu tubuh terhadap antigen tertentu - atau penanda genetik - pada permukaan sel tumor.
Dia juga mencatat laporan kasus 1988 dari Jepang di mana seorang pria dengan kanker ginjal memiliki bagian dari tumornya yang diangkat dengan operasi.
Sisa dari tumor kemudian secara spontan mengalami penyusutan.
"Dasar pemikiran yang mendasari fenomena ini adalah bahwa respon imun lokal setelah operasi sudah cukup untuk menghentikan pertumbuhan sisa tumor," tulisnya.
Karena tidak pernah ada kasus seperti Roxli sebelumnya, dan karena kankernya agresif, dia harus menjalani perawatan lanjutan untuk mencegah sel kanker baru tumbuh.
Baca Juga : Inilah Penyebab Sebenarnya Jalan Gubeng Surabaya Ambles 50 Meter