Advertorial
Intisari-Online.com - Kampanye militer AS untuk memerangi terorisme ( War Against Terorism) tak hanya menyibukkan pasukan reguler AS tapi juga CIA.
Ini karena membekuk pelaku terorisme di berbagai negara menjadi tugas utama agen CIA.
Selanjutnya dengan penerbangan rahasia CIA, tawanan yang tertangkap dibawa ke penjara militer di Kuba, Guantanamo Bay.
Termasuk juga pelaku teror yang berhasil ditangkap oleh militer AS.
(Baca juga: 10 Cairan Paling Mahal di Dunia Harganya hingga Ratusan Miliar, di Antaranya Ternyata Sering Kita Gunakan!)
Penerbangan luar biasa untuk mentransfer pelaku teror (extraordinary rendition flight) itu ternyata melewati dan mendarat di bandara internasional sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, dan Asia.
Rata-rata pemerintah negara setempat yang dilewati oleh penerbangan CIA tak tahu menahu. Biasanya belakangan setelah tahu baru mereka heboh karena merasa dilecehkan kedaulatannya.
Di samping itu, pemakaian ruang udara dan bandara yang didarati oleh pesawat-pesawat CIA secara politis mencerminkan bahwa negara-negara yang dilintasi seolah turut mendukung perlakuan tak manusiawi CIA terhadap tawanan.
Padahal tawanan yang diangkut dan dianggap teroris itu belum tentu terbukti bersalah.
Yang menjadi persoalan bagi negara-negara yang dilewati atau menjadi titik transit bagi pesawat CIA adalah karena tawanan yang dibawa diperlakukan tak manusiawi dan melanggar HAM.
Kasus HAM ini makin mencuat setelah para tawanan yang semula diduga sebagai pelaku teror dimasukan ke penjara Guantanamo Bay tanpa pengadilan dan mendapat siksaan berat.
Kebanyakan para pelaku yang ditangkap tidak mengetahui apa alasan dirinya dicomot CIA.
Umumnya mereka dimasukan penjara di negara setempat tanpa proses pengadilan dan mendapat siksaan ala CIA.
(Baca juga: (Foto) Ada Pesan Mengharukan dari Sang Ibu di Balik Foto-foto 'Menyeramkan' Putra Kecilnya Ini)
Bahkan para tawanan diperlakukan seperti binatang ketika diterbangkan ke Kuba dan kemudian menjalani hukuman bertahun-tahun tanpa proses pengadilan.
Selama itu mereka secara rutin mendapat perlakuan di luar kemanusiaan. Akibat ulah agen CIA tersebut, Amnesty International pun turun tangan.
Sejumlah kasus penangkapan pelaku teror yang kemudian berlanjut pada perlakuan tak manusiawi adalah ketika agen CIA menangkap Hassan Mustafa Osama Nasr.
Operasi penangkapan atau tepatnya penculikan terhadap Hassan oleh CIA berlangsung pada tanggal 17 Februari 2003 di kota Milan, Italia.
Hassan yang dituduh sebagai pelaku teror kemudian diterbangkan dengan menggunakan pesawat Learjet oleh CIA menuju pangkalan militer AS, Ramstein, Jerman.
Saat mendarat pesawat CIA melaporkan diri dengan call sign sebagai pesawat yang sedang membawa perwira tinggi militer dan warga sipil VVIP.
Tak lama kemudian datang pesawat CIA kedua yang membawa Hassan menuju Kairo.
Saat tiba di Guantanamo, Hassan langsung dipenjara tanpa diadili dan sebaliknya justru mendapat siksaan berat.
Hassan lalu dibebaskan pada bulan Februari 2007 dan membeberkan semua yang dialami selama menjalani masa tahanan.
Sewaktu Hassan diculik CIA dan dibawa ke Guantanamo, polisi Italia yang sudah sejak lama mengawasi aktivitas Hassan menjadi kebingungan karena Hassan lenyap begitu saja.
Penyelidikan polisi Italia pun ditujukan kepada para pelaku penculik Hassan yang ternyata agen CIA.
Sebanyak 13 agen CIA berhasil ditangkap namun kemudian dibebaskan melalui jaminan oleh Hakim Tinggi Italia, Guido Salvini.
Ketika dimintai konfirmasi, seperti biasa CIA tak mau memberikan komentar atas penangkapan 13 agen CIA di Italia.
Tapi dua pejabat penting antiteror Italia dicopot jabatannya akibat ulah CIA.
Pengadilan Tinggi Italia tetap meneruskan penyidikan atas aksi penculikan Hassan yang kemudian tak terbukti bersalah dan memutuskan bahwa 22 agen CIA serta dua agen rahasia Italia bertanggung jawab atas kejadian salah tangkap yang dialami oleh Hassan.
Namun kasus pengangkutan orang yang diduga teroris melalui ruang udara di berbagai negara tetap menjadi polemik hingga saat ini.
Modus CIA saat mengangkut tahanan mempunyai cara tersendiri.
Dalam proses pengangkutan tahanan lewat udara itu, CIA memang tidak mencarter pesawat komersial.
Melainkan menggunakan pesawat CIA yang diatasnamakan perusahaan resmi serta telah direkomendasi oleh FAA.
Perusahaan yang dimiliki atau merupakan sel CIA tersebut legal dan mempunyai alamat lengkap.
Salah satu sel perusahaan penerbangan yang dimiliki CIA adalah Keller and Tate Management LLC. Alamat Keller dan Tate juga lengkap, yakni 245 E Liberty St.Suite 510, Reno, Nevada 89501.
Tapi jika sel perusahaan penerbangan CIA itu ditelusuri tidak akan ditemui adanya karyawan, kegiatan bisnis, dan aktivitas lainnya.
Jika ditemui adanya struktur organisasi tertulis bisa dipastikan nama-nama yang tertera merupakan nama samaran.
Selain itu, semua aktivitas penerbangan merupakan kegiatan untuk mendukung operasi CIA yang juga dilakukan secara penuh kerahasiaan.
Ketika mendarat di negara yang sedang dilintasi pesawat CIA tersebut, mereka melaporkan diri sebagai pesawat komersial sesuai nama perusahaan yang sudah terdaftar sehingga pesawat yang sesungguhnya membawa tawanan itu lolos dari pemeriksaan.
Salah satu rute umum penerbangan CIA saat membawa tawanan dari Afghanistan adalah terbang menuju Polandia, Rumania, Maroko, dan kemudian mendarat di Guantanamo, Kuba.
Sejumlah negara yang dilintasi oleh pesawat CIA untuk wilayah Eropa antara lain Albania, Inggris, Cekoslovakia, Perancis, Jerman, Italia, Macedonia, Polandia, Portugal, Rumania, Spanyol, dan Swedia.
Sementara untuk kawasan Asia adalah Indonesia, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Uzbekistan.
Untuk kawasan Timur Tengah di antaranya adalah Mesir, Yordania, Libya, Maroko, Arab Saudi, Turki dan Yaman.
Sedangkan negara lainnya lagi yang kerap dilintasi oleh pesawat CIA adalah Australia dan Kanada.
Penerbangan pesawat CIA berkedok pesawat komersial tersebut menggunakan berbagai jenis pesawat mulai dari ukuran sedang hingga kelas jumbo jet.
Tipe pesawat yang dioperasikan CIA terdiri dari, DHC-6-300, Gulfstream G-V, Cessna 208, Cessna 172, CN-235-300, Boeing 737-7ET, DHC-8-315, SA 227 AT, Cessna 208B, Learjet 35A, L-100-30 dan DC-3.
Berdasarkan kesaksian para korban, negara-negara seperti Perancis, Spanyol, Jerman, Italia, Portugal, Inggris, dan lainnya akhirnya melaksanakan investigasi.
Dari penelitian yang dilaksanakan parlemen di Eropa, penerbangan CIA di atas Eropa ternyata dilakukan lebih dari 1.000 kali sehingga membuat pemerintah AS terpaksa turun tangan untuk meredam skandal penerbangan horor tersebut.
Presiden AS Barack Obama yang baru dilantik pada bulan Januari 2009 termasuk yang memberi perhatian besar pada kasus rendition flight itu dan kemudian memerintahkan untuk menutup penjara Guantanamo Bay.
(Baca juga: Kisah Paranormal ‘Pengambil’ Harta Karun: Perang Batin Jika Harta Itu Tidak Boleh Diambil oleh Si Penunggu)