Advertorial

Tak Hanya Gunakan Peralatan Canggih, CIA Juga Libatkan Maestro Sulap Untuk Dapatkan Targetnya

Ade Sulaeman

Editor

Para agen CIA rupanya amat terinspirasi dengan teknik-teknik sulap yang sebenarnya hanya merupakan teknik pengalihan perhatian atau tipuan kecekatan tangan.
Para agen CIA rupanya amat terinspirasi dengan teknik-teknik sulap yang sebenarnya hanya merupakan teknik pengalihan perhatian atau tipuan kecekatan tangan.

Intisari-Online.com - Selain menggunakan perangkat rahasia serba canggih untuk melancarkan tugasnya, CIA juga merekrut maestro sulap untuk menciptakan trik-trik pengelabuan yang amat diperlukan para agen intelijennya.

Para agen CIA rupanya amat terinspirasi dengan teknik-teknik sulap yang sebenarnya hanya merupakan teknik pengalihan perhatian atau tipuan kecekatan tangan.

Salah satu maestro sulap yang diketahui membantu CIA, adalah John Mulholland—pesulap yang amat terobsesi dengan Houdini.

Houdini merupakan legenda dunia yang untuk pertama kalinya berhasil membebaskan tubuh dari ikatan rantai terkunci dalam keadaan terkurung.

(Baca juga: 10 Cairan Paling Mahal di Dunia Harganya hingga Ratusan Miliar, di Antaranya Ternyata Sering Kita Gunakan!)

Pempim proyek rahasia CIA, Sidney Gottlieb memintanya secara khusus untuk menciptakan teknik-teknik sulap khusus untuk operasi rahasia.

Misalnya, untuk pengiriman kertas atau film berisi informasi penting secara terselubung, gerak tipuan untuk menutupi kegiatan spionase, mempengaruhi pilihan dan persepsi orang, penyamaran, dan pengiriman sinyal rahasia.

Semua itu tertera dalam manual “Some Operational Applications of Art of Deception” dan “Recognition Signals” yang juga terbaca untuk file proyek super rahasia CIA, MKULTRA.

Untuk manual-manual itu CIA membayar 3.000 dollar. Mulholland, saat itu berusia 55 tahun, dikenal sangat fasih melakukan teknik sulap jarak dekat dengan penonton.

Tangannya sangat cekatan dan ia punya banyak peralatan tersembunyi di sekujur tubuhnya.

Keterampilan inilah yang akan ditularkan kepada para perwira CIA, misalnya, ketika ingin menjatuhkan pil atau obat penenang ke dalam gelas atau transaksi informasi di tempat terbuka.

Bagi Gottlieb, jika dikombinasikan dengan peralatan canggih, tipuan sulap akan menghasilkan teknik transaksi informasi yang terselubung.

Sulap juga menyediakan pilihan yang sangat inovatif untuk mengelola “panggung” yang akan dijadikan ajang pertukaran informasi atau bahkan untuk meloloskan diri.

(Baca juga: (Foto) Ada Pesan Mengharukan dari Sang Ibu di Balik Foto-foto 'Menyeramkan' Putra Kecilnya Ini)

Ini bisa dilakukan dengan cara mengatur latar belakang, alat peraga, pencahayaan, dan menempatkan asisten yang sangat cantik.

Sehingga sudut-sudut pandang khalayak bisa terbuai dan tergiring keluar dari ajang tempat manuver kegiatan intelijen terjadi.

“Teknik pengelolaan panggung yang tepat akan mengarahkan penonton untuk lebih mempercayai mata mereka ketimbang nalarnya."

‘’Orang memiliki kemampuan yang hampir tak terbatas untuk membenarkan diri dan “tahu” bahwa manusia tidak akan hidup melayang atau dipotong menjadi dua.’’

‘’Namun keduanya tampak terjadi di panggung yang telah dikelola dengan baik,” tulis Melton dan Wallace dalam The Official CIA Manual of Trickery and Deception.

Bagi pesulap, ilusi yang sempurna adalah tujuan akhir pertunjukan. Setiap celah kegagalan paling banter hanya akan mendatangkan rasa malu.

Berbeda halnya bagi para agen intelijen. Ilusi yang mereka terapkan merupakan sarana untuk mengalihkan perhatian.

Setiap celah kesalahan akan mendatangkan risiko kematian. Untuk itu mereka haruslah sangat presisi dan berhati-hati melakukannya.

Contoh teknik pengelolaan panggung spionase yang umum dipakai adalah mengubah susunan lingkungan di tempat transaksi.

Seorang perwira intelijen yang biasa memarkir mobilnya di pinggir jalan tepat di depan rumahnya misalnya.

Itu akan menjadi sebuah sinyal tersendiri jika suatu ketika ia memarkir mobil tersebut di seberang rumahnya.

Perubahan seperti ini umumnya luput dari perhatian orang-orang di sekitarnya.

Perubahan susunan parkir seperti inilah yang biasa digunakan sebagai kode untuk memulai transaksi.

Teknik pengelolaan panggung pernah diterapkan secara brilian oleh perwira CIA, Tony Mendez.

Khususnya ketika ia diberi tugas menyelamatkan enam diplomat AS yang disekap mahasiswa Iran pada November 1979 di Teheran.

Mendez yang waktu itu Kepala Bagian Penyamaran di TSD (Technical Service Division), berusaha mendekati pemerintah Teheran.

Caranya ia bergabung dengan tim pembuatan film dokumenter Studio Six Production yang murni merupakan akal-akalannya saja.

Ia mengatakan tim ini ingin sekali membuat film berjudul Agro.

Tujuannya untuk membalikkan kesan dunia internasional yang tidak miring akibat pengambilalihan gedung kedubes AS di Teheran, dan pemerintah Iran amat menyetujuinya.

Pemerintah Iran terbuai dan sama sekali tak sadar dengan rencana pengelabuan Mendez yang telah disusun dengan sangat rapi.

Mendez dan rombongan pun diberi keleluasaan masuk ke Teheran, hingga ke tempat para diplomat itu ditawan.

Singkat cerita, setelah didandani dengan kostum ala Hollywood, keenam tawanan AS itu pun disusupkan keluar, dan segera diterbangkan dengan maskapai Swissair kembali ke AS.

Mengelola panggung juga bisa dilakukan secara abstrak.

Teknik ini pernah dilakukan dengan sangat cantik oleh agen rahasia Inggris, Kim Philby, yang juga ternyata bekerja untuk dinas rahasia Uni Soviet.

Setahap demi setahap ia membangun persahabatan dengan perwira intelijen CIA, James J. Angelton, dengan cara menemani kebiasaannya mabuk-mabukan.

Bertahun-tahun Philby “membangun panggungnya” dengan sabar dengan cara terus menemani Angelton minum-minum di bar dan di pesta-pesta yang menjadi kegemarannya.

Ini harus dilakukan mengingat Angelton adalah aset penting bagi KGB.

Ia merupakan penanggung jawab keamanan operasi rahasia CIA. Ia mengetahui koordinat zona penerjunan setiap agen CIA yang disusupkan ke Albania.

Oleh karena telah menganggap Philby sebagai sahabat karib, Angelton pun tanpa beban menceritakan koordinat-koordinat itu kepadanya.

Alhasil, sekitar 200 orang mata-mata asing yang direkrut CIA untuk operasi rahasia di Albania pun tewas di tangan kesatuan rahasia Soviet.

(Baca juga: Kisah Paranormal ‘Pengambil’ Harta Karun: Perang Batin Jika Harta Itu Tidak Boleh Diambil oleh Si Penunggu)

Artikel Terkait