Advertorial

'Baru' Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun, Bagaimana Stephen Hawking Bisa Hidup Begitu Lama Dengan ALS?

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com – Fisikawan terkemuka Stephen Hawking diberitakan meninggal dunia pada Rabu (14/3/2018). Dia meninggal dunia di usia 76 tahun.

Usia yang bagi orang 'normal' saja sudah disyukuri ini tentunya menjadi sangat luar biasa bagi Hawking yang didiagnosis menderita penyakit neurologis amyotrophic lateral sclerosis (ALS) lebih dari 50 tahun yang lalu.

Diketahui ketika berusia 21 tahun, tepatnya pada tahun 1963, Hawking didiagnosis dengan ALS dan diberitahu bahwa dia hanya memiliki waktu dua tahun untuk bertahan.

ALS adalah penyakit yang menyebabkan degenerasi progresif dan kematian sel saraf yang mengendalikan gerakan otot sukarela, seperti mengunyah, berjalan, berbicara dan bernafas, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).

(Baca juga: BREAKING NEWS: Fisikawan Stephen Hawking Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun)

Tapi bagaimana Hawking hidup begitu lama dengan penyakit yang biasanya berakibat fatal setelah beberapa tahun saja?

Sebenarnya, tidak ada yang tahu pasti mengapa Hawking bertahan begitu lama dengan ALS, yang juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig.

Hanya saja periset memang tahu bahwa perkembangan penyakit ini bervariasi tergantung dari orang tersebut.

Menurut Asosiasi ALS, rata-rata harapan hidup setelah diagnosis ALS hanyalah sekitar tiga tahun.

Namun sekitar 20% orang hidup lima tahun setelah diagnosis mereka, 10% hidup 10 tahun setelah diagnosis mereka, dan 5% hidup 20 tahun atau lebih,

Salah satu faktor yang mungkin berperan dalam kelangsungan hidup pasien adalah genetika.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 20 gen yang berbeda yang terlibat dalam ALS, kata Dr. Anthony Geraci, direktur Neuromuscular Center di Northwell Health's Neuroscience Institute di Manhasset, New York, yang tidak terlibat dalam perawatan Hawking.

“ALS mungkin 20 atau lebih penyakit berbeda saat kita mempertimbangkan dasar genetik," kata Geraci kepada Live Science.

(Baca juga: Aneh, Uang Tabungan Milik Sejumlah Nasabah BRI Berkurang Secara Misterius)

“Beberapa perbedaan genetik ini tampaknya mempengaruhi berbagai aspek penyakit, termasuk kelangsungan hidup.”

Studi juga menemukan bahwa didiagnosis dengan ALS di usia yang lebih muda dikaitkan dengan waktu bertahan lebih lama.

Ingat bahwa usia Hawking relatif muda saat didiagnosis dengan ALS. Padahal penyakit ini paling sering didiagnosis pada orang berusia 55 sampai 75 tahun, menurut NINDS.

Food and Drug Administration telah menyetujui dua obat untuk mengobati ALS, yang disebut riluzole (Rilutek) dan edaravone (Radicava).

Masing-masing obat ini dapat bertahan hidup sekitar enam bulan, namun obat-obatan tersebut kemungkinan tidak memperhitungkan waktu bertahan yang luar biasa seperti yang dialami Hawking, kata Geraci.

Gejala awal ALS dapat mencakup kelemahan otot atau ucapan yang tidak jelas, dan pada akhirnya, penyakit ini dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk bergerak, berbicara, makan atau bernafas sendiri, menurut Mayo Clinic.

“Orang dengan ALS biasanya meninggal karena kegagalan pernafasan, yang terjadi ketika sel saraf yang mengendalikan otot pernapasan berhenti bekerja,” kata Dr. Leo McCluskey, seorang profesor neurologi dan direktur medis dari ALS Center di University of Pennsylvania, kepada Scientific American pada tahun 2012.

“Atau dari malnutrisi dan dehidrasi, yang dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikan menelan memburuk.”

"Jika Anda tidak memiliki kedua hal ini, Anda bisa berpotensi hidup untuk waktu yang lama , meskipun Anda semakin parah.”

“Apa yang terjadi pada Hawking sungguh mencengangkan, dia sungguh luar biasa,” tutur McCluskey. (Mentari)

(Baca juga: Dari Jahe Hingga Nanas, Inilah Cara Mudah Menanam Tanaman Sendiri di Halaman Rumah)

Artikel Terkait