Advertorial
Intisari-Online.com – Sebuah tempat Mao Zedong duduk ketika ia masih murid sekolah, sebuah botol berisi air dari sumur tempat Mao biasa minum, sebuah lereng yang dulu biasa didaki oleh Mao dan teman-temannya pada hari Minggu dan banyak lagi benda lain telah dianggap sebagai "peninggalan suci" oleh peziarah-peziarah yang berkunjung ke tempat asal Mao di propinsi Hunan, China Selatan.
Di Changsa, ibukota propinsi tempat Mao bersekolah dan di Shaoshan yang berdekatan, yaitu tempat Mao lahir, benda-benda dan tempat-tempat diperlihatkan secara "religius"' pada tamu-tamu asing.
Para wisatawan yang datang biasanya mula-mula akan dibawa ke Hunan, untuk melihat sebuah botol air yang ditaruh di peti kaca bertuliskan "Air Merah".
Airnya diambil dari sumur tempat Mao biasa minum.
(Baca juga:Ingin Rakyatnya Makmur, Mao Zedong Justru Membawa Bencana Kelaparan Besar di China)
Perjalanan ke Hunan ini mengawali kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat pemimpin Cina itu biasa datang pada masa mudanya.
Umpamanya saja ke bawah sebuah pohon tempat Mao biasa mengobrol dengan rekan-rekan revolusioner, ke sebuah cabang sungai Xiang Jiang tempat Mao biasa berenang, ke museum penuh "peninggalan-peninggalan suci" dari masa lampau Mao.
Selanjutnya pelancong akan dibawa ke Shaoshan, yang letaknya 150 km dari Changsha.
Di sini terdapat tanah pertanian tempat Mao dilahirkan 26 Desember 1893.
Rumah Mao sendiri terletak di dasar lembah sempit. Rumah itu menghadap ke sebuah danau tempat Mao Zedong biasa berenang semasa mudanya.
Di sebuah bukit kecil di tempat itu, Mao biasa menggembalakan ternaknya dan memotong kayu.
Bukit itu dikelilingi oleh kebun-kebun sayur dan sawah-sawah yang dijelajahi Mao semasa mudanya.
Kemudian tibalah "bagian yang revolusioner" : Di sinilah Mao Zedong melaksanakan kegiatan-kegiatanrevolusionernya dengan mengemukakan gagasan-gagasannya pada keluarganya. Dari situlah perjuanganrevolusioner proletar bermula.
Soal kehidupan pribadi Mao, banyak pakar sejarah yang menyebut bahwa ia tidak mempunya hubungan yang baik dengan ayahnya. Para sejarawan juga yakin, pertengkaran-pertengkarannya dengan ayahnya memainkan peran penting yang menentukan masa depan Mao muda.
Jika dilihat dari bentuk rumahnya, para sejarawan juga yakin orangtua Mao adalah petani yang kaya.
(Baca juga:Khmer Merah yang Ingin Dirikan Negara Komunis Radikal Justru Digulingkan Vietnam yang Pernah Membantunya)
Rumah itu sudah dipugar beberapa kali. Menurut beberapa keterangan,pemugaran diperintahkan oleh pengganti Mao, Ketua Hua Kuo-feng, yang memerintah di propinsi Hunan selama bertahun-tahun.
Di dapur, masih ada panci masak yang orisinil. Tempat itu disebut sebagai "tempat Mao mendidik dan mengajar petani-petani untuk menjalankan revolusi".
Menurut sumber yang pernah didapat Intisari, Mao sudah mengajar pendidikan politik kepada warga sejak ai berusia 7 atau 8 tahun.
Mao yang masa mudanya penuh pergolakan akibat konflik-konflik keluarga dan yang wataknya dicirikan oleh pemikiran dan riset sejak usia muda sekali dan yang menurut ahli-ahli sejarahsebagai kanak-kanak dan orang muda sudah mempunyai kepribadian yang mempesonakan, ternyata kini telah didepersonalisasi dan disensor sampai menjadi gambaran yang "fixed".
Ahli-ahli sejarah boleh berpegang pada ketepatan, tapi yang menang propaganda politik yang sederhana.
Di Shaoshan,setiap hari tiba 3 sampai 5 ribu orang Cina peziarah, yang datang dari segala penjuru negaranya. Kira-kira 5000 orang asing datang pula ke sana setiap tahun.
Jumlah pengunjung tertinggi dicapai pada jaman Revolusi Kebudayaan. Pada masa itu orang-orang muda yang penuh semangat boleh pergi bebas keliling negaranya. Sehari pengunjung bisa sampai 60 ribu orang.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1977)
(Baca juga:Sama-sama Berpatokan pada Bulan, Tahun Baru China dan Islam Kok Bisa Beda?)