Intisari-Online.com - Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.
Itu guyonan lama yang masih sering terdengar hingga kini.
Memang, siapa, sih, yang enggak kepingin hidup (dan mati) senikmat itu?
Menjadi kaya barangkali merupakan mimpi standar orang dewasa.
(Baca juga: Begini Rupa 5 Bongkahan Emas Terbesar di Dunia, Beratnya bahkan Mencapai Puluhan Kilogram!)
Imaji tinggal di rumah berlantai marmer impor dari Italia, berendam di bath tub seharga ratusan juta perak, naik limosin Hummer keliling kota, saban tahun wisata kuliner ke pojok-pojok bumi, serta mendapat pelayanan ekstra istimewa dari bank langganan, jelas begitu menggoda.
Siapa yang berani menampik anugerah hidup seperti itu?
Sayang sekali, menjadi kaya bukan garis hidup otomatis bagi semua orang.
Kebanyakan dari kita harus berjuang ekstra keras agar bisa kaya.
Namun tak semua orang masu tekun, sabar, dan gigih mengejar mimpi menjadi kaya.
Mungkin karena itu pula banyak orang tergoda untuk kaya secara “instan”.
Kalau tak menghimpun uang haram sebagai modal menumpuk harta, mereka mengandalkan utang sebagai senjata memupuk kekayaan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR