Advertorial
Intisari-Online-com- Produk-produk bermerek memang sangat laku dijual di pasaran, terlebih mereka memiliki pangsa konsumen tersendiri.
Tak jarang penggunaan produk-produk bermerek juga bertujuan untuk meningkatkan gengsi atau status sosial.
Namun, di balik segala kegemerlapan itu tidak sedikit pula yang menyimpan kisah- kisah pilu.
Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut empatperusahaan yang dalam produksinya tidak benar-benar memperhatikan kesejahteraan para buruhnya.
Baca Juga:Sejarah Pintu: Dari Batu, Perunggu, Marmer, Hingga Teknologi Engsel
1. H&M
H&M atau Hennes & Mauritz merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi busana sejak 1947.
Mengembangkan pasarnya ke seluruh dunia, perusahaan bermarkas di Swedia itu pernah tersandung kasus di Myanmar.
H&M bekerja dengan pabrik pakaian di Myanmar diketahui mempekerjakan anak-anak berusia 14 tahun lebih dari 12 jam sehari.
Dilansir The Guardian pada 2016, pihak H&M menyatakan, "Sesuai undang-undang perburuhan internasional, ketika remaja berusia 14-18 tahun bekerja, hal itu bukanlah kasus mempekerjakan anak."
ILO (organisasi buruh Internasional) tidak mengecualikan kategori usia tersebut dalam angkatan kerja.
Namun, H&M tentu saja tidak membenarkan hal itu dan segera mengambil tindakan.
2. Apple
Hasil laporan The Sun pada 16/1/2018, mengatakan bahwa para karyawan yang bekerja pada perusahaan Catcher pemasok dan perakitan suku cadang iPhone Apple tidak diberlakukan manusiawi.
Mereka bekerja tanpa sarung tangan hingga kulit tangan mereka mengelupas.
Baca Juga:Tidak Banyak yang Tahu, Ternyata Kecoak Bisa Hidup Tanpa Kepala, Begini Penjelasannya
Baca Juga:Apakah Hak Untuk Meninggal Sendirian Akan Populer di Masyarakat?
Dan di bulan Mei tahun lalu media lokal melaporkan lebih dari 80 pekerja Catcher dirawat di rumah sakit setelah terkena gas beracun.
China Labor Watch (Petugas Perburuhan China) yang berbasis di New York mengatakan bahwa mereka dibayar Rp 3,8 Juta sebulan dan bekerja dalam ruang sempit.
3. Label Ivanka Trump
Pekerja lembur prabrik pembuat pakaian untuk label Ivanka Trump diberi upah sekitar Rp2,3 juta per bulan.
PT Buma di Subang, Indonesia, yang membuat pakaian Ivanka Trump itu juga menerapkan sistem kontrak.
Sistem kontrak diberlakukan perusahaan untuk mengatasi biaya tambahan.
Pekerja kontrak juga tidak akan mendapat pesangon dalam masa pemberhentian kerjanya.
4. Zara
Sebagai merek fashion ternama berbasis di Spanyol, ternyata Zara mempekerjakan gadis selama 72 jam seminggu untuk Rp 15 ribu per hari di India.
Hal itu terungkap melalui laman Facebook Vento ribelle awal tahun 2018 ini dan mengundang banyak kemarahan.
Pada 2017 lalu, Zara juga diketahui tidak membayar pekerja Istanbul lebih dari satu tahun.
Baca Juga:(Video) Benarkah Hanya Orang Asia yang Dapat Berjongkok? Inilah Penjelasannya