Model pintu seperti ini ternyata dipertahankan saat kejayaan Kekaisaran Romawi bergeser ke Byzantium.
Buktinya bisa dilihat pada pintu Katedral Aya Sophia di Istanbul, salah satu bangunan monumental dalam sejarah peradaban manusia, buatan tahun 537.
Teknik cor perunggu itu menyebar ke Eropa, terutama ke Jerman dan Italia Selatan. Salah satunya pintu cor perunggu di Katedral Hildesheim yang dipenuhi relief cerita sejarah.
(Baca juga: Terilhami dari Lampu Lalu Lintas, Inilah Sejarah Kartu Merah yang Bikin Pemain Favorit Anda Diusir dari Lapangan)
Sedangkan kawasan Eropa Barat Laut baru mulai menggunakan pintu perunggu di abad XVIII.
Malah di Amerika Serikat baru tahuri 1863, saat dipasangnya pintu perunggu pertama di Gedung Capitol, Washington D.C. Mengingat mahalnya, mustahil orang kebanyakan mampu membeli pintu perunggu yang demikian.
Pada masa Gotik (mulai pertengahan abad XII), yang ciri khasnya berupa bentuk-bentuk runcing tinggi, pintu tersusun dari beberapa balok kayu vertikal yang ditempelkan pada kerangka.
Karena beratnya, pintu Gotik membutuhkan engsel yang besar-besar dari besi tempa, bahkan terkadang untuk memperkuat daya pegangnya engsel dilengkapi lempeng besi yang menjepit pintu sampai setengah lebarnya.
Namun khusus untuk pintu ruangan penting, engsel-engsel yang besar ini dipercantik bentuknya meniru gulungan surat kuno.
Memasuki zaman Renaissance (1350 - 1650), arsitektur pintu menggunakan papan. Selain lebih ringan, tidak melengkung, pintu papan juga lebih leluasa untuk diberi dekorasi.
Pada abad XVII, Perancis mulai memperkenalkan pintu kaca yang semula adalah perpanjangan jendela hingga ke lantai.
Tak heran bila dalam waktu dekat dari bangsa yang terkenal romantis dan pesolek ini kemudian muncul pintu bercermin.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR