Advertorial
Intisari-Online.com -Setelah 17 tahun, laki-laki yang membunuh dua putri kandungnya itu akhirnya dieksekusi mati dengan cara disuntik pada Kamis (1/2) kemarin.
Laki-laki bernama John Battaglia, kini 62 tahun, itu menembak putrinya Faith (9) dan Liberty (6) hingga mati pada Mei 2001 lalu.
Sejatinya John berusaha mendapatkan pengurangan hukuman, tapi ditolak oleh Mahkamah Agung AS. Sang mantan istri, Mary Jean Pearle, menyaksikan hukuman mati itu.
Battaglia sempat dimintai permintaan terakhir sebelum dieksekusi, tapi ia hanya tersenyum sembari memandang mantan istrinya yang berada di balik kaca.
Oh iya, John juga sempat mengucapkan salam perpisahan kepada Mary.
(Baca juga:Orangtua Sering Berbuat Kasar, Bisa-bisa Anaknya Mengalami Gangguan Mental)
“Hai Mary Jean, sampai berjumpa lagi,” kata Battaglia seperti disampaikan media setempat dan petugas penjara.
Setelah itu, ia meminta supaya eksekusi segera dilakukan. Ia pun menutup mata, tapi beberapa saat kemudian membukanya lagi.
“Saya masih hidup,” ujarnya.
“Saya merasakannya,” lanjutnya sembari menghela napas dalam-dalam.
Sebagai informasi, John adalah seorang mantan anggota marinir. Ia adalah terpidana mati ketiga yang dieksekusi di AS sepanjang tahun ini.
John fixed meninggal dunia 22 menit setelah menerima suntikan.
Kuasa hukum John sejatinya telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa kliennya itu. Mereka berpendapat bahwa John punya masalah mental sehingga tak bisa dieksekusi.
(Baca juga:(Foto) Berani Lihat? Taman Neraka di Thailand Ini Menawarkan Beragam Siksa 'Akhirat' Kepada Pengunjung)
Tapi kuasa hukum negara bagian Texas punya pendapat lain. Ia bilang John menyadari perbuatannya sehingga layak menerima hukuman tersebut.
Jauh ke belakang, John menembak dua putrinya menggunakan pistol kaliber .45 di rumahnya di Livingston, Texas, pada 2 Mei 2001.
Saat itu, ia tahu bahwa surat penahanan untuknya telah diterbitkan pengadilan karena dia melanggar masa pembebasan bersyaratnya.
Sebelumnya, John sempat berurusan dengan hukum dan dipenjara karena terbukti menyerang bekas istrinya Mary Jeane Pearle.
Malam itu, Battaglia menjemput kedua putrinya dalam sebuah kunjungan rutin terjadwal.
Tak lama berselang, ia mengirim pesan pendek kepada Mary Jane bahwa salah satu anak mereka ingin menelepon ibunya.
Mary lantas menelepon ke kediaman John yang kemudian menggunakan pengeras suara untuk berbicara.
John lalu meminta putrinya, Faith, untuk bertanya kepada Mary Jane, apakah ia ingin dirinya kembali ke penjara.
(Baca juga:Tak Perlu ke Salon Kecantikan! Hanya dengan Aspirin, Anda Bisa Tampil Cantik dari Ujung Kepala hingga Kaki)
Tak lama berselang, Mary mendengar Faith berteriak penuh ketakutan. “Jangan ayah, tolong jangan lakukan itu.”
Karena tak berada di tempat, ia hanya bisa berteriak menyuruh kedua putrinya untuk lari sebelum mendengar suara tembakan dan teriakan suaminya.
“Selamat hari Natal,” kata John.
Saat mendengar rentetan tembakan, Mary Jeane menutup telepon dan kemudian menghubungi 911.
Setelah membunuh kedua anaknya, dengan santai John pergi ke tukang pembuat tato dan membuat dua tato mawar di lengannya.
Di tempat pembuat tato itulah polisi kemudian menangkapnya.
(Baca juga:Kejam! Tinggalkan Bayinya di Rumah Selama Seminggu, Ibu Ini Biarkan Bayinya Mati Kelaparan)
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul "Pria Pembunuh Dua Putri Kandungnya, Disuntik Mati")