Advertorial
Intisari-Online.com - Perempuan yang tidak mengenakan sehelai benang pun, tampak berlari secepat-cepatnya di jalanan kotor.
Batu-batu tajam yang diinjaknya tak dirasakan lagi.
Dia percaya, hanya dengan berlarilah nyawanya bisa selamat. Tak ada jalan lain.
Sore itu, 22 Maret 1999, suhu tidak begitu dingin. Cynthia melintasi gurun New Mexico dekat Gunung Sierra Caballo, Amerika Serikat. Sebuah mobil melintas, dia coba untuk berteriak memanggil.
Sayang, pengemudi mobil yang ternyata juga perempuan hanya melihatnya tanpa berhenti. Begitu pun saat mobil kedua melintas.
Kedua pengemudi mobil tersebut mungkin takut melihat sosok Cynthia, yang tidak menyadari tubuhnya dipenuhi luka, berdarah-darah, serta masih ada papan logam yang menempel di lehernya
Beberapa rumah dilewati. Namun Cynthia tidak berani untuk mengetuk rumah-rumah tersebut karena takut membuang waktu. Khawatir tertangkap oleh orang yang mungkin mengejarnya.
Beruntung ada satu rumah yang pintunya terbuka. Tanpa pikir panjang Cynthia masuk dan memohon pertolongan sang pemilik rumah. Beruntung, pemilik rumah memberi respons yang diharapkan wanita malang itu dan menelepon 911.
(Baca Juga :Pengakuan Mengejutkan Seorang Pria yang Berpacaran dengan Bintang Film Biru Amerika)
Sempat mengontak 911
Dua anggota polisi segera datang. Cynhtia menyambutnya penuh histeria, “Saya masih hidup! Saya masih hidup!”
Dengan upaya yang sangat keras karena harus menenangkan dirinya, Cynthia menceritakan tentang dirinya yang diculik sepasang pria dan wanita. Selama tiga hari dia ditahan dan mengalami penyiksaan dengan peralatan medis dan seks yang aneh.
Dalam suatu kesempatan, saat kedua penculik dan penyiksanya tidak berada di ruangan, Cynthia berhasil meraih telepon dan menghubungi 911. Sayang, penculik wanita datang dan melempar kepala Cynthia dengan lampu, lalu mematikan panggilan telepon.
Meski sempat terjatuh, Cynthiayang berada dalam kondisi bugil berhasil meraih pemecah es dan mengarahkannya pada sang penculik, yang kemudian mengangkat kedua tangannya. Tanpa pikir panjang, Cynthia lari, tanpa sempat mengenakan pakaian. Hingga akhirnya sampai di rumah yang menyelamatkannya.
(Baca Juga :Bermodal Kaleng Kosong, Pasukan Jepang Berhasil Bikin Pasukan Belanda di Subang Kocar-kacir, Ini Ceritanya)
Ternyata panggilan telepon Cynthia yang terpotong tersebut direspons dengan datangnya polisi ke karavan tempat penyiksaan. Mereka bahkan bertemu dengan polisi yang belakangan menolong Cynthia.
Cynthia lalu dibawa ke rumah sakit dan bercerita bagaimana para penculiknya telah menjadikannya budak seks. Bahkan ada kecenderungan untuk membunuhnya.
Tubuh Cynthia dipenuhi luka memar dan bakar akibat pukulan dan sengatan arus listrik. Dia juga menunjukkan bilur di punggung, tusukan di payudara serta memar dan benjolan yang masih baru di kepalanya.
Beberapa saat kemudian polisi menangkap David Parker Ray, 59, dan pacarnya, Cindy Lea Hendy, 39. Kala itu keduanya tengah berada di mobil mereka yang berada tak jauh dari lokasi karavan. Saat itu keduanya berkilah hanya mencoba menghilangkan kecanduan heroin berat yang dialami Cynthia.
Polisi palsu dan kotak mainan
Penderitaan Cynthia bermula saat seseorang yang belakangan diketahui bernama Ray, menemuinya di Albuquerque. Ray meminta Cynthia yang memang berprofesi sebagai pekerja seks komersial untuk melayaninya di mobil.
Ternyata di mobil tersebut ada pula seorang perempuan bernama Hendy. Saat itulah Chynthia merasa dijebak dan mencoba kabur. Namun Ray segera menunjukkan lencana polisi. Tangan Cynthia diikat dan mulutnya disumpal.
Sampai di sebuah karavan, kepada Cynthia diperlihatkan video rekaman, yang belakangan diketahui direkam pada 1993 tentang apa yang bakal terjadi pada dirinya. Dia akan dijadikan budak seks dan mengalami berbagai kekerasan seksual dengan tindakan yang sungguh tak terpikirkan oleh manusia normal. Ray juga menceritakan bahwa wanita lainnya sebelum Cynthia, telah mati.
(Baca Juga :Kota Misterius Ini Hanya Muncul 100 Tahun Sekali dan Hanya Terlihat Selama Satu Hari)
Mobil itu sendiri memang penuh dengan berbagai peralatan medis serta sebuah alat pemberi sengatan listrik buatan yang digunakan untuk menyiksa. Ada pula satu ruangan kecil yang diberi nama Toy Box, tempat Cynthia akan meninggal, begitu kata Ray.
Di ruangan tersebut ditemukan gambar-gambar buatan Ray mengenai rencana yang akan dilakukannya kepada para korban. Untuk mewujudkan rencananya itu, ada pula sejumlah peralatan operasi serta panduan medis tentang anatomi tubuh wanita.
Beberapa alat penyiksaan juga ditemukan, seperti cambuk, sabuk serta dildo ukuran besar. Video buatan Ray menunjukkan bagaimana alat-alat tersebut digunakan pada korban dan menghasilkan sebuah tontonan yang mengerikan. Contohnya, kaki korban dibuka selebar-lebarnya agar lebih mudah diberi siksaan.
Ray menempatkan sebuah layar TV di sudut kanan karavan sehingga korban dapat melihat penyiksaan yang sedang dilakukan kepada mereka. Ada pula kamera video yang difokuskan pada kursi ginekologi untuk menunjukkan “operasi” yang dilakukannya. Foto-foto para korban sebelumnya juga menjadi pertunjukan untuk calon korban.
(Baca Juga :Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!)
Satu paket penyiksaan
Pria sadis ini diketahui melibatkan metode-metode penyiksaan secara psikologis, termasuk menutup mata dan melakukan siksaannya secara pelahan. Pelecehan secara verbal juga dilakukan, termasuk selalu menceritakan apa yang akan dilakukan terhadap “budaknya” setiap kali beraksi. Tujuannya agar korban tetap kehilangan keseimbangannya dan selalu menuruti apa pun keinginan Ray.
Ditemukan juga sebuah daftar yang berisi 16 teknik mencuci otak, seperti mengisolasi, menciptakan ketakutan, pelecehan, serta beberapa “kenikmatan” kecil, sebuah cara terbaik untuk membuat budak patuh.
Terdapat juga beberapa tulisan Ray, salah satunya salinan American Psycho karya Brett Easton Ellis. Novel tersebut menunjukkan aksi kekerasan seorang pria kepada korbannya, dilakukan ketika pelaku ingin membebaskan stres yang dialaminya.
Seperti karakter utama dalam novel tersebut, Ray menganggap dirinya sebagai seorang manusia yang memberi perintah dan korbannya sebagai pion dalam suatu permainan. Ray merasa dirinya dan si korban adalah paket.
Dalam rekaman suara, Ray menggambarkan dirinya sebagai “ahli penjara” dengan afiliasi ke Gereja Setan. Budak seksnya juga bukan hanya miliknya sendiri, melainkan milik semua anggota pengikutnya. Dengan kata lain, wanita yang diculiknya dapat diperkosa dan disiksa secara bergiliran oleh orang lain dalam sebuah rancangan hiburan manusia yang paling sadis.
Bagaimana dengan Hendy? Dia lebih banyak diam dan terlihat tidak mempunyai sedikit pun niat untuk menolong. Bahkan, menurut Cynthia dan rekaman video, dia tampak menikmati pertunjukan itu. Atas berbagai temuan tersebut, Ray dan Hendy ditahan dan dituntut atas 12 tindak kriminal, termasuk menculik dan konspirasi. Mereka juga menghadapi tuntutan denda AS$1 juta untuk setiap orang.
(Baca Juga :Tragis, Ribuan Wanita Pakistan Dibunuh Ayah Mereka Sendiri Hanya Gara-gara Hal Ini)
Munculnya korban lain
Meski kejahatannya sudah jelas, namun upaya untuk mengadili Ray tak semudah dibayangkan. Jalan bagi polisi dan jaksa untuk membuktikan kesalahan Ray sangat berat. Apalagi Ray yang belakangan diketahui pernah bekerja sebagai mekanik, tidak memiliki jejak kriminal. Berbeda dengan Hendy yang diketahui pernah pindah negara bagian karena perampokan, pencurian, dan kepemilikan narkoba.
Adanya video, foto, peralatan “Toy Box” dan ruangannya; tetap membuat pembuktian masih sulit. Profesi Cynthia yang menjadi PSK, rupanya membuat kredibilitasnya kurang.
Beruntung, tak lama setelah berita kasus ini dimuat di media, datang mantan korban lain. Angelica M. menyatakan pada 17 Februari 1999, dirinya juga mengalami penyiksaan yang sama. Namun, dia bukan wanita dalam video. Jadi masih dimungkinkan adanya korban ketiga.
Angelica menceritakan dirinya bisa lolos karena berhasil membujuk para pelaku untuk membiarkan dia pergi. Mereka melepaskan Angelica di sebuah jalan tol yang jaraknya bermil-mil dari rumahnya.
Kini, Ray dan Hendy harus menerima tambahan tuntutan lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya, yaitu totalnya menjadi 25 tuntutan. Sayangnya, tidak ada keterangan lebih lanjut mengapa kasus Angelica tidak diketahui sebelumnya.
Kemunculan Angelica membuat FBI merasa harus turun tangan. Lembaga ini mengerahkan 100 agen yang disebar ke hampir semua negara bagian untuk mencari saksi atau kemungkinan adanya korban lain. Maklum, saat itu mereka berasumsi Ray memiliki riwayat panjang dalam pelecehan dan sudah mempraktikkannya. Mereka juga menganggap kasus ini mungkin jauh lebih buruk dari dugaan siapa pun.
(Baca Juga :Wanita Ini Pecandu Berat Film Porno Hingga Akhirnya Saat di Bali Menemukan Pencerahan)
Wanita dalam video
Perkembangan penyelidikan ini akhirnya kembali diarahkan ke salah satu tersangka, yaitu Hendy. Apalagi setelah dilakukan penelusuran terhadap temantemannya, diketahui bahwa perempuan ini pernah menyatakan mau terlibat dalam aksi Ray karena memberinya adrenalin.
Pernyataan yang dilakukan Hendy dalam keadaan mabuk tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah korban ada sekitar 14 orang, termasuk seorang rekan Ray yang juga pengusaha, Billy Bowers. Tubuh para korban tersebut ditenggelamkan di sebuah danau dan jurang di daerah selatan New Mexico. Namun saat peneliti mencarinya, bahkan menggunakan radar penembus tanah dan anjing pelacak, tubuh-tubuh tersebut tidak ditemukan.
Dari Hendy juga akhirnya ditemukan bahwa ada keterlibatan dua orang lainnya, Glenda “Jesse” Ray yang merupakan anak Ray, serta Dennis Roy Yancy, rekan Glenda. Bersama Ray, keduanya terlibat dalam pembunuhan wanita bernama Marie B. Parker.
Yancy kemudian mengaku pernah menjadi saksi aksi sadomasokis yang dilakukan oleh Ray. Malah beberapa kali terlibat. Dia juga melihat bagaimana Ray menyiksa seorang gadis di dalam Toy Box, namun bersikeras menyatakan bahwa wanita tersebut telah setuju untuk menjalani penyiksaan tersebut.
Dalam wawancara lebih lanjut diketahui bahwa Marie Parker adalah mantan pacar Yancy. Perempuan malang itu diculik pada 5 July 1997 oleh Ray, Glenda dan Yancy. Setelah menjalani penyiksaan, Yancy diberi tali dan diperintahkan untuk membuang korban ke sebuah danau. Sayang, lagi-lagi para penyelidik tidak berhasil menemukan tubuh korban.
Pada 10 April 1999, Yancy divonis terlibat dalam pembunuhan. Dia harus menjalani dua hukuman yang masing-masing lamanya 15 tahun penjara. Hendy yang memberikan banyak informasi dalam kasus ini mendapat penurunan jumlah dakwaan, dari 25 menjadi 5 dakwaan. Dia dihukum 36 tahun penjara.
Sementara itu, Glenda baru ditangkap pada 26 April 1999. Dia harus menghadapi 37 tuntutan, termasuk penculikan dan penyiksaan secara seksual. Sebuah koran melaporkan bahwa pada usia 13 tahun, sebenarnya Glenda pernah melaporkan perbuatan ayahnya terhadap seorang wanita di Mexico.
Tak lama setelah Hendy dihukum, seorang ibu dari Colorado melapor ke polisi bahwa anaknya pernah hilang selama tiga hari dan kembali dalam kondisi tubuh acak-acakan dan lupa segalanya. Sebelum membaca berita tentang Ray, dia menduga anaknya berada di bawah pengaruh narkoba.
Polisi mengunjungi wanita dan anak gadisnya tersebut. Setelah diidentifikasi, ternyata dia adalah wanita yang ada dalam video rekaman Ray. Gadis tersebut terlihat disiksa di luar kehendaknya. Bahkan tato yang dimilikinya juga sesuai. Sayangnya, dia mengalami gangguan ingatan meski masih dapat menyebut Toy Box dan mengingat siksaan seksual apa saja yang dialaminya.
(Baca Juga :Tragis, Pengantin Wanita Dibunuh di Hari Pernikahan dan Bayi Dalam Kandungannya Diambil oleh Pembunuhnya)
Pencarian yang terhenti
Hakim Distrik, Neil Mertz, memutuskan untuk mengadili Ray dalam tiga kasus yang berbeda. Pengadilan pertama dilakukan pada 28 Maret 2000 di Tierra Amarilla. Kasus yang diangkat adalah penculikan dan penyerangan secara seksual terhadap Cynthia. Pembagian ini tentunya membuat semua bukti yang ada tidak dapat digunakan secara bersamaan.
Akan tetapi, hanya berselang beberapa hari setelah para juri terpilih, Ray terkena serangan jantung. Menurut pengacaranya, Jeff Rein, Ray memang memiliki riwayat masalah jantung. Namun para jaksa menilai itu hanya upaya menunda proses pengadilan.
Di luar dugaan, belum lama Ray dirawat, hakim Mertz berencana untuk memulai pengadilan yang berbeda untuk gadis kecil dari Colorado. Meskipun kasus ini sangat lemah dalam hal bukti, Mertz tetap merencanakan pengadilan tersebut di bulan Mei.
Pada 7 Mei 2000, Angelica yang mengaku sebagai korban kedua Ray meninggal karena pneumonia pada usia 25 tahun. Dia menjadi pecandu narkoba dan tampak sangat kesulitan melupakan pengalaman mengerikannya saat disiksa oleh Ray.
Gadis dari Colorado yang namanya tetap dirahasiakan dan saat ini berusia 22 tahun muncul di pengadilan. Namun sang gadis ternyata memiliki ingatan yang buruk. Dia sudah tidak ingat perlakuan Ray terhadap dirinya.
Akibatnya, pada 14 Juli, hakim Mertz menyatakan bahwa dalam kasus gadis dari Colorado, Ray terbebas dari tuduhan. Hakim menilai kesaksian korban kurang meyakinkan untuk kasus orang yang mengalami penyiksaan di luar keinginannya. Salah satu koran menyatakan, “Banyak sekali orang yang menikmati penyiksaan saat melakukan seks” atau yang dikenal dengan masokis. Gadis itu dan ibunya hanya bisa menangis.
(Baca Juga :(Foto) Berani Lihat? Taman Neraka di Thailand Ini Menawarkan Beragam Siksa 'Akhirat' Kepada Pengunjung)
Mengaku bersalah
Pengadilan berlanjut pada November 2000. Saat itu jaksa diganti menjadi Jim Yontz. Namun, pengadilan tersebut ditunda karena beberapa hari setelah dipilihnya Yontz, Hakim Mertz meninggal. Baru pada April 2001, terpilihlah hakim yang baru, Kevin Swezea.
Dalam kesempatan ini, pengadilan memutuskan Ray bersalah dan menerima hukuman untuk 12 dakwaan. Dalam suatu wawancara dengan stasiun TV, Ray menyatakan dirinya merasa diperkosa. Dia beralasan, “Saya memberikan kesenangan pada wanita dan melakukan apa yang mereka ingin saya lakukan.”
Menariknya, pada Juni 2001, Ray memberikan pengakuan bersalah. Tapi dia minta syarat, hukuman untuk Glenda, anaknya, dikurangi. Ray pun dihukum 223 tahun penjara. Sementara itu, Glenda yang dianggap tidak terlibat dalam penculikan dihukum sembilan tahun penjara. Namun hukuman itu dikurangi menjadi enam tahun (berkat pengakuan Ray) dan kemudian diganti lagi dengan menjalani lima tahun masa percobaan.
Pada 28 Mei 2002, saat akan dipindahkan ke Lea County Correctional Facility, Ray terkena serangan jantung dan meninggal pada usia 62 tahun. Tewasnya Ray menyulitkan investigasi lanjutan untuk mencari kemungkinan korban berikutnya serta lokasi tubuh-tubuh korban yang sempat disebutkan.
Pada November 2002, polisi setempat membuka karavan Ray untuk umum. Tujuannya, agar bila ada korban yang ingatannya hilang, bisa kembali mengingatnya. Hampir semua bagian karavan dibiarkan seperti adanya, termasuk tulisan Ray “Satan’s Den” dan “Bondage Room” serta tentu saja, Toy Box.
Meski sulit untuk menemukan korban lainnya, Ray tetap dikenal luas oleh masyarakat sebagai pembunuh berantai yang cerdas.
(Baca Juga :Dibuat oleh Pelukis yang Sedang Depresi, 10 Lukisan Gelap nan Misterius Ini Benar-benar Menyeramkan)