Advertorial
Intisari-Online.com - Kekuatan udara RI selalu dalam kondisi siap tempur dan siaga untuk menghadapi ancaman dalam bentuk apapun.
Upaya pembinaan pun terus dilaksanakan oleh jajaran TNI AU demi meraih keunggulan udara.
Untuk pembinaan para pilot tempur agar selalu memiliki keunggulan baik dalam misi perang maupun non perang pelatihan terhadap para pilot dan teknologi alutsista khususnya pesawat tempur terus dilakukan.
Untuk mengasah kemampuan tempur TNI AU dalam beragam misi itu, TNI AU antara lain telah memiliki fasilitas Air Weapon Range (AWR) dan Air Combat Maneuvering Range (ACMR) yang berfungsi untuk mengasah kemampuan penyerangan darat.
(Baca juga: Marah Suaminya Dibunuh Nazi, Wanita Ini Beli Tank dan Maju Perang Untuk Balas Dendam)
Di fasilitas AWR itu para pilot dari sejumlah skadron tempur melaksanakan latihan penembakan dari udara ke darat (air to surface) dan pengeboman secara rutin.
Latihan tempur selain dimaksudkan untuk mengasah kemampuan personel dalam hal combat maneuver, juga sebagai salah satu upaya melakukan regenarasi penerbang tempur.
Hingga saat ini markas Koopsau 1 memiliki dua lokasi penembakan AWR yang berlokasi di Buding, Tanjung Pandan, Belitung, yang setiap tahun menjadi lokasi latihan puncak TNI AU bersandi Angkasa Yudha.
Lokasi penembakan AWR kedua berada di Siabu, Pekan Baru, Riau yang bisa digunakan latihan tempur oleh semua pesawat tempur termasuk helikopter.
Sementara, fasilitas ACMR merupakan wahana latihan para pilot tempur TNI AU untuk mengasah kemampuan tempur di udara (dogfight) yang berada di Pangkalan Udara Pekan Baru yang mulai beroperasi sejak tahun 1995.
Tujuan pembangunan fasilitas canggih itu adalah untuk lebih meminimalkan biaya latihan serta untuk makin meningkatkan kemampuan para penerbang tempur TNI AU dalam melaksanakan pertempuran udara (dogfight).
Ketika berlatih di ACMR semua pesawat yang sedang melaksanakan latihan dogfight di udara terpantau monitor yang berada di pusat kontrol.
Melalui fasilitas itu para pilot tempur senior bisa dengan mudah memberikan koreksi dari bawah kepada para penerbang yang sedang melakukan manuver tempur ketika melakukan kesalahan baik saat melaksanakan manuver tempur maupun ketika sedang melaksanakan simulasi penembakan terhadap targetnya.
(Baca juga: Istri Jenderal Sudirman: 7 Bulan Kami Ditinggalkan, Baru 7 Bulan Berkumpul, Beliau Justru Pergi Selamanya)
Selain melaksanakan pembinaan pelatihan terbang tempur menggunakan fasilitas AWR dan ACMR , kemampuan pilot-pilot tempur TNI AU juga terus diasah dalam pelatihan yang berlangsung baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam latihan berskala besar yang melibatkan kekuatan tempur tingkat Koopsau 1 (Jalak Sakti dan Angkasa Yudha) , para pilot tempur selalu dilatih melakukan pertempuran lawan udara.
Para pilot tempur TNI AU juga rutin melaksanakan latihan tempur bersama negara lain seperti Malaysia (Latma Malindo), Singapura (Latma Indopura), Thailand (Latma Thainesia), Australia (Pitch Black), Selandia Baru (Elang Seberang), AS (Cope West), dan lainnya.
Dalam latihan tempur udara itu, pilot-pilot TNI AU selalu menunjukkan keunggulannya.
Misalnya, dalam latihan dogfigh, Pitch Black (2012) di Australia yang diikuti oleh berbagai negara, meskipun hanya menggunakan pesawat F-16 Fighting Falcon dan Sukhoi, pilot-pilot kita selalu lebih unggul dibandingkan pilot-pilot lain (Australia) yang menggunakan pesawat lebih canggih seperti F-18 Hornet.
Oleh karena itu ketika Kasau Australia berkunjung Indonesia, ia langsung menawari TNI AU ikut Pitch Black lagi.
Rupanya mereka masih penasaran kenapa pilot-pilot TNI AU selalu lebih unggul. Pilot-pilot kita memang disiapkan untuk memenangkan dogfight!.
kemampuan dogfght para pilot tempur TNI AU ke depannya dipastkan akan makin meningkat setelah kehadiran jet tempur mutakhir Sukhoi 35 (Su-35).
Fakta menunjukkan berkat pesawat-pesawat Sukhoi 27/30 Flanker yang dimiliki TNI AU, upaya pelanggaran wilayah udara RI telah menurun drastis.
Dengan kehadiran Su-35, dipastikan para penyusup itu tidak akan ada lagi karena memilki resiko disergap bahk an ditembak jatuh sesuai tingkat eskalasi yang diakibatkan oleh pesawat bersangkutan.
(Baca juga: Biayai Riset Besar-besaran untuk Teliti Perang Kemerdekaan Indonesia, Belanda Ingin 'Cuci Tangan'?)