Advertorial
Intisari-Online.com - Selama PD II pasukan Nazi Jerman memang banyak memiliki panglima perang berkualitas jempolan. Salah satunya adalah Erwin Rommel.
Kehebatan taktik perang pria asli Jerman ini membuatnya jadi jenderal yang paling disegani baik oleh Inggris maupun AS.
Lahir di Heidenheim, sekitar Ulm Jerman, Erwin Rommel sebenarnya bukan keturunan keluarga militer.
Ia berasal dari rakyat sipil kalangan menengah.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Perjalanan militernya dimulai saat Rommel mendaftar sebagai kadet pada sekolah infanteri di Danzig (Danzig Infantry School) pada tahun 1910.
Dua tahun kemudian Ia ditempatkan dalam unit operasional dengan pangkat letnan.
Seperti umumnya perwira-perwira muda zaman itu, Letnan Erwin Rommel juga ikut terlibat dalam PD I.
Antara tahun 1914-1915, ia ditempatkan di Perancis dan dianugerahi medali Iron Cross kelas satu.
Prestasi yang lumayan menyolok justru diperlihatkan menjelang akhir PD I di Italia.
Kala itu ia berhasil memimpin kompinya merebut posisi yang diduduki musuh dan menawan 9.000 personel pasukan plus 80 pucuk beragam persenjataan.
Atas keberaniannya, pemerintah Jerman kembali memberi bintang jasa yaitu Pour le Merite. Sebuah penghargaan tertinggi miiter Jerman.
Masa damai antara PD I dan PD II digunakan Rommel untuk menulis buku tentang taktik pertempuran infanteri.
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)
Buku ini diberi judul Infanterie Greift (Infantry Attack).
Buku tersebut menarik perhatian Adolf Hitler yang saat itu mulai muncul sebagai penguasa baru Jerman dengan Partai Nazinya.
Lantaran dianggap cukup berbakat, sang Fuhrer kemudian merekrut Erwin Rommel sebagai komandan pengawal pribadinya.
Posisi tadi tetap dipegang Romml hingga Jerman rampung menggelar invasi ke Polandia, 1939.
Kesuksesan operasi ke Polandia rupanya menarik hati Rommel untuk kembali ke medan tempur.
Ia langsung meminta Hitler unttuk menempatkan dirinya ke kesatuan operasional.
Ketika Jerman melancarkan serbuan ke Perancis (Mei 1940), Erwin Rommel resmi mengepalai Divisi Lapis Baja ke-Tujuh (7th Panzer Division).
Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama ini.
Divisi yang dipimpinnya ikut ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse.
Pasukan Rommel menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan akhirnya memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di Selatan dan Utara sampai ke Somme.
Dalam serbuan ini Rommel berhasil menawan 100.000 prajurit lawan plus 450 unit tank.
Sementara ia sendiri menderita kerugian 2.500 prajurit gugur dan 42 tank hancur.
Rampung di front Eropa, Hitler memutuskan menggeser Rommel ke Afrika Utara.
Di medan gurun itu ia ditugaskan mendukung pasukan Italia yang telah terdesak oleh Inggris.
Di bawah bendera Deutsches Afrika Korps (DAK), Rommel bertempur cuma dengan modal dua divisi.
Toh dengan kekuatan pas-pasan ia mampu memukul balik Inggris dalam tempo 30 hari.
Bahkan lebih jauh lagi, pasukan tank Romml sanggup mengepung kekuatan lawan di sekitar kota Tobruk yang terletak 160km di belakang garis pertempuran.
Tarik-ulur kekuatan antara Inggris yang kemudian belakangan dibantu AS pun terjadi.
Begitu cerdik Rommel di lapangan, sampai-sampai Inggris mesti rela mengganti anak panglima perangnya di front Afrika (Montgomery).
Kiprah Rommel di Afrika berakhir Maret 1943 tatkala ia jatuh sakit setelah berhasil menyudutkan pasukan Montgomery di sekitar Medenine.
Kondisi ini membuatnya mesti pulang ke Jerman.
Begitu sembuh Hitler langsung memberinya tugas sebagai komandan grup B AD Jerman (Army Group B).
Jabatan ini berada di bawah otoritas salah satu jenderal besar Nazi, Von Rundstedt.
Tanggung jawab Rommel adalah mengurus pertahanan di wilayah Perancis dalam menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu.
Pada intinya Rommel diserahi tugas mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi label Atlantic Wall.
Pada akhirnya Sekutu memang berhasil menggelar pendaratan di Pantai Normandia, 6 Juni 1944.
Enam minggu setelah pendaratan, 17 Juli 1944, tanpa disangka kendaraan yang ditumpangi Rommel mendapat serangan dari pesawat pemburu sekutu. Akibat serangan itu ia terluka cukup parah.
Ironisnya, dalam kondisi masih dalam taraf penyembuhan, Hitler malah menuduh Rommel terlibat dalam persekongkolan pembunuhan Hitler.
Sang Fuhrer pun pada akhirnya menjatuhkan dua pilihan hukuman berat kepada Rommel yang sudah dianggap telah berkhianat itu.
Pertama, bunuh diri dan kedua, dipermalukan di depan publik. Rommel memilih jalan pertama.
Tubuh jagoan perang ini terbujur kaku setelah racun sianida menjalar ke seluruh organnya.
Sebagai imbalan, Hitler menobatkan Rommel sebagai pahlawan dan mendapat upacara penguburan seperti layaknya seorang pahlawan.
Secara aktif sebenarnya, Erwin Rommel tak pernah terlibat langsung dengan persekongkolan itu.
Tapi ia memang sempat mendengar bakal terjadi upaya pembunuhan terhadap Hitler dan info itu tak pernah disampaikan ke Hitler.
(Baca juga: (Foto) Kisah Memilukan dari Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest)