Di akhir setiap surat, aku memberikan undangan. Aku mengajak mereka datang di hari ulang tahun nenek yang akan datang dua minggu lagi.
“Kehadiran kalian akan sangat kunanti. Kita bisa merayakan ulang tahunku dengan makan siang bersama.”
Setelah beres menuliskan surat itu, aku mengirimkannya dengan senang sekaligus was-was. Semoga saja semua berjalan dengan baik!
Hari ulang tahun nenek akhirnya datang. Aku sudah deg-degan takut teman-teman nenek tidak datang. Tiba-tiba, aku melihat bayangan sejumlah orang di depan rumah.
Ternyata itu semua teman-teman nenek! Mereka pun kupersilakan masuk.
Nenek sangat kaget sekaligus terharu. Ia benar-benar tidak menduga teman-teman yang dirindukannya semua berkumpul di sini.
Nenek seperti menahan tangis ketika diselamati satu per satu oleh teman-temannya.
Ketika semua temannya sudah menyalaminya, nenek pun memanggilku. Aku yang sedari tadi mengawasi dari jauh pun mendekat dan berkata, “Ada apa nek?”
Ia kemudian menjawab, “Dini, nenek tak tahu apa yang kau tulis di surat terakhir nenek. Tapi, apapun yang kau tulis, terima kasih. Untuk kali ini saja nenek memaafkanmu karena menulis tidak sesuai dengan yang aku katakan!”
Aku pun tertawa sejenak sebelum menjawab, “Terima kasih juga nenek. Berkat nenek, aku juga belajar banyak hal.”
Setelah menjawab begitu, aku berpelukan dengan nenekku. (Lila Nathania)
(Baca juga: Untuk Anda yang Merindukan Ibu yang Telah Tiada Hari Ini)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR