Pemrakarsa pertunjukan itu adalah Ais Suhana, penggemar Koes Plus yang sejak pertemuan pertama dengan Yok Koeswoyo, 1975, tergerak ingin mengelola kelompok itu, mulai dari mengurus penampilan, kontrak, sampai membuat album rekaman.
(Baca juga: Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur)
Sebagai junior, Ais selalu dipanggil “Dik” oleh personel Koes Plus, dan sebaliknya, ia menyapa mereka dengan pangggilan “Mas” – dan secara khusus memanggil “Pak” kepada Murry.
Itulah sapaan yang dia pergunakan dalam buku ini.
Jangan terlalu mahal
Setelah News Café, jadwal manggung Koes Plus makin ketat. Sebut saja di 21 Concert Hall (18 Juni 1993), Puri Agung Sahid Jaya (15-16 Juli), World Trade Center Surabaya (22 Juli 1993), Night Club Dynasty Jakarta (22 Juli 1993, dan Night Club Regent Jakarta (16 Agustus 1993).
Setelah penampilan di Regent, kami sepakat menolak permintaan manggung untuk sementara.
Kesehatan Pak Murry turun drastis. Hernianya membengkak. Mau tak mau harus dioperasi, suatu hal yang selama ini dia hindari.
Bukan saja karena tidak ada biaya, juga karena takut. Tapi dia tidak bisa lagi mengelak.
Tanggal 21 Agustus 1993 Pak Murry dioperasi tim dokter yang dipimpin dr. Fuar di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).
“Kenapa tidak lapor saya? Biaya pengobatan anggota Koes Plus yang legendaris ‘kan bisa dibantu pemerintah?” ujar Moerdiono marah ketika tahu Pak Murry dioperasi tanpa memberitahu dia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR