Intisari-Online.com – Pemerintah berencana mengimpor beras senilai Rp7 triliun.
Berita ini saya baca di koran beberapa bulan lalu.
Rencana pemerintah ini perlu kita cermati dari berbagai sisi.
Bukan hanya dari sisi kemandirian Indonesia sebagai negara agraris, tapi juga dari sisi kesehatan masyarakat.
(Baca juga: Tak Bisa Diam dan Gemar Lompat-lompat, Itu Pertanda Anak Anda Punya Kecerdasan Kinestetik Tinggi)
Memangnya apa hubungannya impor beras dengan kesehatan?
Kita tahu, sekalipun Indonesia kaya sumber karbohidrat seperti jagung, singkong, ubi, talas, dan umbi-umbian lainnya, beras tetap merupakan makanan pokok kita.
Belum dianggap “makan” kalau belum makan nasi. Dalam sehari, kita makan nasi tiga porsi nasi.
Karena pola pikir “nasi-minded” ini, tanpa sadar kita sering mengonsumsinya secara berlebihan.
Selama ini kita menganggap nasi adalah makanan yang boleh dikonsumsi bebas, tanpa perlu dihitung jumlahnya.
Kita menganggap, makanan yang perlu dibatasi konsumsinya hanya makanan berlemak dan berkolesterol tinggi.
Padahal, konsumsi nasi yang berlebihan pun bisa saja menyebabkan timbulnya penyakit. Jadi, efeknya bisa saja sama buruk dengan lemak dan kolesterol.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR