Advertorial
Intisari-online.com -Meski tampak sederhana, kulkas punya sejarah panjang. Riwayatnya sudah dimulai sebelum era Masehi.
Orang-orang Romawi dan Yunani kuno punya kebiasaan mengawetkan daging dan makanan dengan cara menyimpannya di dalam es alam.
Mereka mengangkut salju dari pegunungan dan menyimpannya di ruang khusus bawah tanah.
Di situ es alam " diawetkan" dengan cara diselimuti jerami.
Baca:Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Memberikan 6 Tanda Ini
Itulah kulkas zaman dulu. Super gede, tanpa listrik, tidak bisa dipakai untuk bikin es, tapi malah menghabiskan es.
Di negera tropis yang tak mengenal musim salju, ceritanya lain lagi. Orang-orang India dan Mesir bisa membuat salju dengan cara penguapan cepat.
Ternyata orang kuno lebih cerdas dari kita. Meski belum mengenal teori fisika, mereka tahu jika air diuapkan dalam tempo sangat cepat, uap yang terbentuk akan menyerap panas dari lingkungan sekitarnya.
Ini menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin, dan uap air di sekelilingnya bisa berubah menjadi salju. Dengan cara ini mereka bisa membuat salju di tengah malam yang dingin.
Teori penguapan cepat inilah yang mendasari penciptaan kulkas. William Cullen, ilmuwan dari University of Glasgow, Inggris, adalah ilmuwan pertama yang memperagakan teknik ini di laboratorium.
Bedanya, kali ini tidak menggunakan air, tapi etil eter, sebuah cairan yang sangat mudah menguap. la mendemonstrasikan teknik ini tahun 1748. Pada 1805 ilmuwan Amerika, Oliver Evans, merancang mesin pendingin pertama yang bekerja berdasarkan teknik penguapan cepat ini.
Baca:Pesawat Kiriman CIA Ini Sering Terbang di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi
Namun, ia belum sempat membuat kulkas sungguhan. Baru pada 1834, Jacob Perkins, ilmuwan Amerika lain, berhasil membuat kulkas pertama dan mematenkannya. Inilah prototipe mesin kulkas pertama setelah era "kulkas bawah tanah".
Tahun 1856 Alexander C. Twinning, seorang pengusaha Amerika Serikat, mulai memproduksi kulkas untuk tujuan komersial. Di Australia, James Harrison, juga pengusaha, menggunakan teknoiogi kulkas untuk sebuah industri pembuat bir.Pada saat bersamaan, kulkas mulai jadi barang rumah tangga.
Tahun 1920-an freon (diklorofluoro metana) ditemukan. Ini menandai babak baru teknoiogi pendinginan. Sebeium freon ditemukan, gas atau cairan yang dipakai sebagai pendingin ialah amonia. Namun, karena sifatnya yang toksik dan baunya yang menyengat, amonia mulai ditinggalkan sejak freon ditemukan. Dengan berbagai kelebihannya, freon segera menjadi terkenal.
Empat puluh tahun kemudian freon mulai mendapat pesaing baru. Meskipun tidak beracun, freon diketahui bisa merusak lapisan ozon Bumi. Tahun 1960-an para ilmuwan menemukan semikonduktor baru yang punya kemampuan pendinginan. Salah satunya bismut telluride.
Jika dialiri listrik, suhu semikonduktor itu menurun. Para ilmuwan menyebutnya efek Peltier (diambil dari nama ahli kimia Prancis, Jean Peltier, yang pertama kali menemukan fenomena ini tahun 1834). Efek penurunan suhu inilah yang dimanfaatkan sebagai pendingin pada kulkas.
Baca:Kisah Nyata: Pengakuan Pria Panggilan Yang telah Meniduri 1.700 Wanita
Sejak itu, lahir kulkas jenis baru yang bebas freon, dan diyakini lebih ramah lingkungan. Hingga sekarang belum ada penemuan fenomenal dalam urusan lemari pendingin. Berbagai inovasi umumnya berupa modifikasi dari model sebelumnya. Sekarang orang bisa minum air dingin tanpa harus membuka pintu kulkas.
Dulu hanya dikenal kulkas satu pintu, sekarang ada kulkas dengan banyak pintu. Lebih gila lagi, ada pula kulkas yang dilengkapi dengan fasilitas internet. Nanti entah apa lagi.
Selain berhubungan dengan urusan makanan dan minuman, teknologi pendinginan juga dipakai terutama di bidang sains. Dengan lemari pendingin, sel-sel organisme hidup diawetkan untuk tujuan penelitian. Di dalam "kulkas" pula sel sperma bisa disimpan dan dibuat berumur panjang untuk digunakan di kemudian hari. (Emsol)
Baca:Centang Biru WhatsApp Dimatikan, Begini Cara Mudah Tahu Pesan Kita Telah Dibaca