BACA JUGA: Jadi Tempat Produksi Narkoba, Diskotek GM Ditutup dan Dicabut Izinya Sekarang Juga!
Selanjutnya tanaman direndam dalam larutan dan bertekanan, ini membuka stromata (pori-pori kecil di bagian bawah daun) memungkinkan nanopartikel masuk.
Sebelumnya menggunakan teknik ini, peneliti telah menghasilkan tanaman yang dapat mendeteksi bahan peledak dan tanaman yang dapat memantau kondisi kekeringan.
Pengaplikasian pada tanaman bercahaya, tim memuat nanopartikel dengan enzim luciferase dan molekul luciferin.
Bahan kimia yang menghasilkan bioluminiscence pada kunang-kunang dan hewan laut bercahaya seperti copepoda dan ubur-ubur.
Luciferase memecah luciferin, dan ini menciptakan cahaya.
BACA JUGA: Lakukan 7 Kebiasaan Ini Sekarang Maka Anda Akan Berterima Kasih pada Diri Sendiri di Masa Depan
Mereka mengaplikasikan nanopartikel ke Nasturtium officinale, atau selada air.
Cahaya yang dihasilkan cukup rendah, setengah seterang LED 1 microwatt komersial, dan sekitar seperseribu cahaya yang dibutuhkan untuk dibaca.
Awalnya, tanaman itu bersinar selama sekitar 45 menit, namun peneliti telah meningkatkan menjadi 3,5 jam.
Mereka juga menunjukkan dapat mematikan cahaya dengan mengenalkan inhibitor luciferase.
Perbaikan masih terus dilakukan, tim percaya mereka bisa meningkatkan tingkat cahaya yang dihasilkan.
Penelitian ini didanai oleh Departemen Energi AS, dan telah dipublikasikan di jurnal Nano Letters.
BACA JUGA: Inilah Gustave, si 'Monster' Buaya Raksasa Pembunuh 300 Manusia di Burundi
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
KOMENTAR