Advertorial
Intisari-Online.com - Coba Anda bayangkan berjalan di tengah kebun saat malam hari, tidak gelap.
Tanaman-tanaman akan bersinar terang memanjakan mata Anda.
Seorang Insinyur di MIT telah mengembangkan tanaman luminescent, dengan konsep yang begitu aneh.
Dilansir dari sciencealert.com, postdoctoral Seon-Yeong Kwak dan tim telah menciptakan selada air yang bersinar.
Mereka berharap suatu saat nanti penelitian mereka akan membantu mengurangi ketergantungan kita pada penerangan listrik.
"Visinya membuat tanaman yang berfungsi sebagai lampu meja, lampu yang tidak perlu Anda pasang".
"Cahaya didukung oleh metabolisme energi tanaman itu sendiri," kata penulis senior Michael Strano.
Pada tahun 2014, periset di sebuah perusahaan biotek juga mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tanaman tembakau rekayasa genetika yang menghasilkan cahaya samar.
Tim MIT mengambil taktik yang berbeda, selama beberapa tahun terakhir, laboratorium Strano telah melakukan penelitian yang disebut nanobionik tanaman.
Cara ini menanamkan sel tumbuhan dengan nanopartikel yang bisa melakukan tugas tertentu.
Pertama, partikel ini tersuspensi dalam larutan cair.
BACA JUGA:Jadi Tempat Produksi Narkoba, Diskotek GM Ditutup dan Dicabut Izinya Sekarang Juga!
Selanjutnya tanaman direndam dalam larutan dan bertekanan, ini membuka stromata (pori-pori kecil di bagian bawah daun) memungkinkan nanopartikel masuk.
Sebelumnya menggunakan teknik ini, peneliti telah menghasilkan tanaman yang dapat mendeteksi bahan peledak dan tanaman yang dapat memantau kondisi kekeringan.
Pengaplikasian pada tanaman bercahaya, tim memuat nanopartikel dengan enzim luciferase dan molekul luciferin.
Bahan kimia yang menghasilkan bioluminiscence pada kunang-kunang dan hewan laut bercahaya seperti copepoda dan ubur-ubur.
Luciferase memecah luciferin, dan ini menciptakan cahaya.
BACA JUGA:Lakukan 7 Kebiasaan Ini Sekarang Maka Anda Akan Berterima Kasih pada Diri Sendiri di Masa Depan
Mereka mengaplikasikan nanopartikel ke Nasturtium officinale, atau selada air.
Cahaya yang dihasilkan cukup rendah, setengah seterang LED 1 microwatt komersial, dan sekitar seperseribu cahaya yang dibutuhkan untuk dibaca.
Awalnya, tanaman itu bersinar selama sekitar 45 menit, namun peneliti telah meningkatkan menjadi 3,5 jam.
Mereka juga menunjukkan dapat mematikan cahaya dengan mengenalkan inhibitor luciferase.
Perbaikan masih terus dilakukan, tim percaya mereka bisa meningkatkan tingkat cahaya yang dihasilkan.
Penelitian ini didanai oleh Departemen Energi AS, dan telah dipublikasikan di jurnal Nano Letters.
BACA JUGA:Inilah Gustave, si 'Monster' Buaya Raksasa Pembunuh 300 Manusia di Burundi