Khalifah Harun Al-Rasyid pun diketahui pemah menghadiahkan sebuah papan catur kepada seorang raja di Eropa, pendiri dinasti Carolia, yaitu Charlemagne.
Pada abad ke-8 ketika bangsa Moor menyebarkan Islam ke Spanyol, catur mulai menyebar ke daratan Eropa hingga sampai di Jerman, Italia, Belanda, Inggris, Irlandia, dan Rusia.
Di Nusantara, olahraga otak ini dibawa oleh bangsa Belanda pada waktu penjajahan dulu.
Awalnya, hanya orang Belanda yang bermain catur, tetapi menjelang kemerdekaan, mulailah banyak pribumi yang memainkannya.
Dalam sejarah catur, bangsa Eropa telah banyak mengembangkan permainan catur ini, antara lain dengan membuat papan caturnya berwarna hitam dan putih.
Ini terjadi kira-kira di abad ke-10. Sebelumnya, kotak-kotak itu berwarna sama.
Malah sering orang membuat arena permainan catur ini di atas pasir atau di mana saja yang bisa diberi garis.
Dari Eropa ini juga dibuat peraturan bahwa pion boleh maju dua kotak pada langkah pertama dan menteri (ratu) boleh bergerak lebih leluasa baik maju ke depan maupun diagonal.
(Baca juga: Gara-gara Makanan Ini Seorang Raja Harus Menyamar Jadi Rakyat Jelata untuk Menikmatinya)
Perlahan catur mengalami perubahan. Dari nama, bentuk, serta peraturan permainannya.
Kesemuanya itu mewakili simboi perubahan peradaban.
Dalam buku The Art of Chess (2002), Colleen Schafroth mengabadikan keanekaragaman bentuk papan dan buah catur di berbagai negara dari zaman ke zaman dalam bentuk foto dan lukisan. (Rina Nazrina)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 2007)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR